13. Jeritan Luka Lama

802 184 178
                                    

Voment ya^^

Hari ini adalah salah satu hari yang tidak akan Rasi lupakan dalam hidupnya dimana perjuangannya menempuh pendidikan yang penuh lika-liku juga perjuangannya menyelesaikan tugas akhir menemukan titik yang dia inginkan. Rasi tahu, ini bukan akhir, dan dia telah mempersiapkan diri untuk menapaki jalan lebih terjal di hadapannya.

Melihat senyuman bahagia kedua orang tua juga kedua kakaknya membuat agaknya dia memiliki rasa bangga pada dirinya sendiri. Dia masih ingat pertama kali memulai semuanya, yang mulanya dengan berat dia pilih karena sang kakak, tapi di akhir memberikannya kenyamanan hingga berada di titik sekarang.

Seuisai berfoto bersama para temannya, Rasi menghampiri para keluarganya yang menatapi dari jauh.

"Udah?" Tanya Langit sembari merapikan tatanan anak rambut Rasi yang tersapu angin.

Rasi mengangguk pada Langit lalu menoleh pada Kezia.

"Maaf kak, lama banget ya? Harusnya pulang aja, kasian ponakanku." Kata Rasi menatap sesal, "Masih mual gak?? Ayo pulang deh ya."

Kezia tertawa, "Apaan sih? Dia tau bulik nya lagi seneng, jadi gak rewel."

"Ih kok bulik. Kakak aja deh kakak. Tua banget bulik." Protes Rasi tidak terima, "Ayo deh balik sekarangㅡeh bentar, Ganesh telpon. Apa? Aku di luar ini? Neshh!!"

Dari kejauhan, Ganesh melambaikan tangan dan berlari menghampiri. Binar bahagianya sama terangnya dengan milik Rasi. Akhirnya, meski terlambat satu tahun, Ganesh bisa menyelesaikan pendidikannya bersama sang pujaan hati.

"Tante, om." Ganesh memberi salam dan berhighfive bersama Langit dan Kezia sebelum menatap Rasi, "Mau pulang??"

"Iya. Kasian kak Zia ini, aku tadi udah ketemu tante sama om, tapi kamunya gak ada." Kata Rasi kesal.

Ganesh meringis lalu mengusap perutnya, "Udah nahan ee' dari sebelum maju, Cil."

Langit tertawa diikuti yang lain, "Kampret! Gak ke rumah lo, mama mau masak tuh."

"Aduh, absen dulu ya, mas." Ganesh menatap Rasi merajuk, "Maaf ya, Ci Gisel udah bukaan 3, Cil."

"Loh, kakakmu udah mau lahiran?" Tanya Yuda melotot yang diangguki Ganesh.

"Iya, om. Tadi pagi pas mau berangkat ke sini mama dikabarin, ini mau cus ke sana." Raut Ganesh memelas, "Sisain buat Ganesh ya makanannya. Kayaknya itu bayinya nunggu om gantengnya ini. Maknya suka ngerepotin aku soalnya."

"Apa hubungannya!" Desis Rasi tertawa, "Ya udah, titip salam ke cici ya, kabarin kalau udah lahir."

Setelah Ganesh berpamitan, Rasi dan yang lainnya ikut pulang. Hari ini Amira berkata akan masak besar karena kedatangan banyak tamu. Sayangnya, hanya Rasi yang tidak tahu karena Langit berkata bahwa para kakaknya yang lain sangat sibuk dan tidak bisa mengosongkan jadwal karena pekerjaan. Rasi sendiri pun diberitahu secara personal dan dengan lapang dirinya merelakan. Lagipula dia memaklumi, bagaimanapun keadaan mereka sudah tidak seperti dulu karena para kakaknya itu punya prioritas dan tanggung jawab yang lebih penting.

"Ma, emang iya ya kalau lagi hamil tapi suka ngidamnya minta tolong orang, muka bayinya jadi mirip orang itu?"

Rasi tertawa, "Omongan Ganesh kok dipercaya. Dia kan lambe turah. Suka nyablak."

"Ada yang bilang gitu sih." Sahut Amira tertawa, "Sama kayak mitos kalau hamil gak boleh benci orang gitu. Kenapa emang? Takut mukanya gak mirip Langit ya?"

Kezia memasang wajah masam, "Iya, ma. Aku kemarin ngidam ngerepotin Bintang mulu. Minta banana bolu bikinan ibu Wina sama pernah minta jambu biji di depan tokonya dia subuh-subuh. Terus akhir-akhir ini gedek banget sama Dion lagi."

Astrophile - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang