Voment ya^^
Mulmednya di puter gais. Yahud 👍
Kezia terdiam saat tapak langkahnya berada di ujung tangga yang menghubungkan lantai bawah dan loteng rumahnya. Sorotnya terpaku disana, pada sosok adik iparnya yang tengah sibuk menyiram beberapa tanaman yang ada di pot tanpa menyadari kehadirannya.
Hari ini dia cuti bekerja. Menginjak trimester pertama masih membuatnya sulit menelan makanan karena mual dan itu sangat menyulitkannya untuk melakukan hal di luar rumah. Beruntung, meski Langit tidak ada di sampingnya, ada Rasi yang bisa menemaninya.
Tapi ada yang Kezia sadari bahwa sejak semalam, Rasi lebih sering menyendiri di dalam kamar atau di tempat ini. Bahkan Ganesh harus menghubunginya karena Rasi tidak menerima panggilan atau pesan dari pria itu sejak siang. Maka dari itu, Kezia yang sedang menyiapkan makan malam untuk Langit dan mereka berniat mencari tahu apa yang Rasi lakukan karena betah berlama di loteng yang seharusnya menjadi tempat menjemur pakaian ini.
"Ngapain, neng?"
Rasi menoleh, lalu meringis melihat Kezia menghampiri.
"Mau mati cabenya. Sayang udah ngembang gini." Rasi menatap matahari yang tidak seterang sejak pertama dia datang ke lantai atas itu, "Kena matahari kan kalau siang?"
"Kena biasanya." Kezia menduduki hanmock yang ada disana dan mengambil novel yang sepertinya Rasi bawa dari Surabaya, "Dari tadi bacain ini?"
"Hmm?" Rasi ikut mendudukan diri saat melihat novelnya di tangan Kezia, "Iya. Disini spotnya enak banget, kak. Hehe."
"Enak buat nyendiri ya?" Tanya Kezia yang membuat Rasi terdiam, "Lagi mikirin apa sih? Kok sejak semalem kayak banyak pikiran gitu. Gak betah disini?"
"Enggak tau!" Balas Rasi cepat, kepalanya menggeleng sembari memaksakan senyuman karena sebenarnya Kezia memang benar. Bukan sejak kemarin, tepatnya sejak dia mendengar perkataan Kiara yang sialnya justru sudah kembali ke Bali karena mendapat urusan mendadak.
"Berarti betah kan?" Kezia balik meringis, "Tinggal disini yuk. Nemenin aku, Ras. Biar aku ada temennya kalau masmu keluar kota atau lembur. Kerja disiniㅡya?"
Rasi menghela napas panjang lalu tersenyum mengambang bimbang.
"Ayah sama mama juga mau kesini kan?! Masa kamu mau di Surabaya sendirian?" Bujuk Kezia tidak menyerah, "Kalau gak salah Ganesh juga bilang minat kerja di Jakarta karena ada tawaran sepupunya. Terima aja. Ya?"
"Enak di Surabaya, kak." Jawab Rasi seadanya yang membuat Kezia tidak puas.
"Apa karena Bintang?" Tanya Kezia tenang yang membuat Rasi tertembak telak. "Kalau kamu bilang kalian udah selesai, bukannya harusnya gak ada yang perlu di permasalahin lagi, Ras?"
Andai semudah itu. Rasi ingin berteriak bahwa semua tidak semudah anggapan mereka. Melihat Bintang tidak pernah membuat Rasi merasa biasa saja. Ada sesuatu yang terasa menggumpal ketika mata mereka bertemu sapa dalam tatap saling melempar luka. Dan itu membuat Rasi ingin memaki Bintang yang seharusnya tidak berhak melakukannya.
Tidak pernah sembuh luka yang dulu sempat Bintang buat. Bahkan bertahun-tahun, setelah dia pikir bahwa segalanya telah membaik, semuanya hanya terasa sementara sebelum mereka kembali salin melihat satu sama lain. Bahkan waktu tidak pernah bisa membuat kenangan mereka mengabur begitu saja.
Rindu yang dulu pecah menjadi air mata telah menggores hatinya begitu dalam. Menyisahkan luka menganga yang tidak pernah Bintang obati dengan sekalipun datang untuk menampakan diri. Pagi berganti malam, hari berganti bulan hingga tahun yang beranjak, Bintang menjadi sosok yang berhasil memupuk benci yang sebelumnya tidak pernah Rasi inginkan kehadirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrophile - Complete
ChickLitfic: #bbhlokal (n.) a person who loves stars. Tujuh tahun Rasi hidup dalam kebencian pada seorang Bintang. Tanpa Rasi tahu, Bintang punya banyak hal yang tidak bisa dikatakan karena ketidaksediaannya untuk mendengarkan. Bagi keduanya, segalanya tida...