Voment yau^^
Pagi ini, Rasi mengawali harinya dengan perasaan buruk. Bahkan Langit dan Kezia dibuat bingung dengan adiknya itu. Keluar dari kamar seusai mandi, wajah kusutnya nampak jelas, pun sikapnya terlampau random dengan sangat tidak masuk akal. Jangankan Langit dan Kezia yang hidup, benda mati bernama gelas yang jatuh pun tidak luput dari amukan Rasi.
"Jatuh lagi aku tendang ya! Caper banget jadi gelas."
Langit menatap Kezia, lalu segera mengusap perut agak buncit istrinya itu sembari merapalkan kalimat 'amit-amit jabang bayi' dengan suara lirih yang sayangnya masih didengar jelas oleh Rasi sampai perempuan itu menatap sang kakaknya bengis.
"Kamu kenapa sih? Masih pagi lho, Ras. Masa udah ngomel-ngomel gitu." Tegur Kezia sembari mengunyah sarapannya.
"Pamali, pagi-pagi ngamuk gitu." Timpal Langit menambah, "Mimpi apaan sih? Mimpi ketiban utang apa gimana?"
Rasi melirik tambah sinis, "Gak usah rese bisa?!"
"Lah? Gue yang dikatain." Langit menghela napas, "Makanya kalau mau tidur berdoa."
"Kayak lo ingat berdoa aja." Balas Rasi tak mau kalah.
Baru hendak membuka mulut, Langit sudah mendapat pelototan Kezia sebagai peringatan yang membuat pria itu menelan cibirannya dan menghela napas kasar. Di sampingnya, Kezia ikut menghela napas panjang memilih diam. Lantas kepalanya menoleh pada si suami.
"Entar malem sambang Bintang lagi?" Tanya Kezia meminta jawaban, "Albi bilang, dia sama Nanta ntar mau kesana soalnya."
Di tempatnya, Rasi menyimak. Niatnya tidak perduli, tapi sialnya salah satu nama yang disebut kakak iparnya itu memang tidak pernah mudah untuk dia abaikan. Susah payah dia mengumpulkan aura positif agar perasaannya ini lebih baik dari semalam, tapi kedua kakaknya itu malah sengaja membahas Bintang secara terang-terangan.
"Iya. Ntar aku kesana." Lalu Langit melempar pandang pada Rasi yang berlagak fokus pada roti selai stroberinya, "Heh, bener ya temen lo tuh kenal Binti?"
Rasi jelas sadar bahwa Langit menekan dua kata terakhirnya. Dan itu sangat membuatnya sebal.
"Gak tau! Bodo amat juga, bukan urusan gue!" Jawab Rasi ketus.
"Ya santai aja, ngegas banget baru isi roti segigit jugaㅡ"
"Siapa yang ngegas?!!"
Kezia dan Langit melotot terkejut karena seruan Rasi barusan. Wajahnya betulan memerah. Tatapannya menyalak terlihat sangat marah.
"Gue yang ngegasㅡgue Ras." Balas Langit memilih mengalah.
Siku Kezia menyenggol lengan Langit saat melihat Rasi yang berdiri dan mendorong kursi mundur dengan kakinya.
"Aku berangkat duluan ya, kak." Pamit Rasi pada Kezia dan mengabaikan tatapan protes Langit.
"Lah, sarapan dulu, Ras." Kata Kezia sebelum Rasi betulan pergi.
"Ntar aja di kantor." Balas Rasi seadanya dan benar-benar meninggalkan meja makan meninggalkan kedua kakaknya yang menatap heran.
"Kamu sih?!" Seru Kezia menepuk bahu Langit kencang.
Langit menunjuk wajahnya yang membulat karena masih mengunyah, "Aku salah apa, heh?!"
"Tau, ah! Jadi abang gak pengertian banget!" Balas Kezia dan segera ke dapur untuk membuatkan bekal Rasi.
"Buset dah." Keluh Langit frustasi, "Ini nih gara-gara gue mimpi nginjek tai. Jadi kena sial pagi-pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Astrophile - Complete
Literatura Femininafic: #bbhlokal (n.) a person who loves stars. Tujuh tahun Rasi hidup dalam kebencian pada seorang Bintang. Tanpa Rasi tahu, Bintang punya banyak hal yang tidak bisa dikatakan karena ketidaksediaannya untuk mendengarkan. Bagi keduanya, segalanya tida...