38. Penenang

797 144 84
                                    

Voment ya^^

Sejak kemarin, Bintang mencoba mencari hiburan untuk mengobati rasa sebalnya. Tapi sayangnya, Rasi yang memang dari dulu menjadi salah satu obatnya selain doa ibu itu sedang tidak bisa dia temui. Faktanya juga, rasa sebal dan kesal Bintang itu sebenarnya juga bersangkutan dengan Rasi yang sedang ada di Bogor untuk menghadiri acara family gath dari kantornya yang berulangtahun.

"Biasanya kebucinan lo kan berinovasi, Bi. Samperin lah kesono. Bogor doang ini, ke Surabaya aja dijabanin, masa ke Bogor tinggal kedip aja gak bisa." Kata Albi memprovokasi.

"Tinggal kedip pantat lo kelip! Bukan bisa gak bisa, kalau gue digondokin ibu negara karena tau-tau nongol disana, mau lo tanggung jawab?" Cerocos Bintang menggebu sewot, "Baru tanya gue boleh nyusul apa enggak aja dia udah matiin telepon gue. Nambah beban hidup yang ada ntar."

Galen terpingkal heboh, "Sialan, ternyata udah niat duluan, njir."

"Mana nih gak dibaca-baca chat gue. Aruna aja bikin story. Ngapain aja sih disono, gak sempet banget apa pegang telpon?"

"Disuruh babatin rumput sawah sedusun kali." Kata Dion tertawa.

"Wah bego! Lo gak kepikiran minta tolong Aruna apa gimana gitu? Gini nih kalau udah bucin. Otaknya peler." Komentar Yandra tak habis pikir.

"Emang Langit juga gak telpon Rasi?" Tanya Nanta menoleh pada Langit.

"Enggak. Kayak gak kenal Rasi aja lo, mana ada pernah inget gue." Balas Langit mengedikan pundak, "Temen lo aja yang lebay. Timbang ditinggal ke Bogor aja galaunya kayak ditinggal selingkuh."

"BUJUK! WOI!" Bintang mengetuk-ngetuk dahi dan meja disana bergantian, "Amit-amit. Sembarangan congornya."

"Telpon Aruna aja coba. Tanyain Rasi." Kata Nanta yang nadanya paling bersahabat.

Sejenak Bintang menatap layar ponselnya yang menampakan video yang Aruna unggah. Dia melipat bibir, lalu mendial kontak itu.

"Kenapa, Bintang?"

"Runㅡsorry ganggu, sibuk gak?"

"Hah? Enggak sih, tapi lagi kumpul aja sama anak kantor. Nyari Rasi ya?"

"Eh!" Bintang menatapi satu persatu sahabatnya yang juga mengawasinya, "Iya nih, ditelpon gak aktif, dia gak papa kan?"

Suara tawa Aruna menggema sampai Bintang menjauhkan ponselnya dari telinga, "Malah ngakak. Runㅡ"

"Rasiii!" Aruna terdengar berteriak dan berlari, "Bentar, aku samperin. Tadi gak bareng, dia lagi meratapi nasib."

"Kenapa, mbak?"

Dada Bintang terasa lapang saat mendengar suara itu.

"Nih, sayangnya kamu telpon."

Beberapa saat kemudian, Bintang bisa mendengar Aruna berpamitan untuk kembali ke tempat sebelumnya.

"Ya, Bintang."

"Raaa! Bikin khawatir, kok gue telpon gak bisa sih?"

"Biiiii! Sedihhh!"

Alis Bintang mengernyit bersamaan dengan tangannya yang meletakkan kembali sendok lemon floatnya, "Kenapa? Gue vicall ya?"

"Iya." Seusai mengatakan itu, Rasi menerima panggilan video dari Bintang. Wajah memerah dan memelasnya menyambut pria di seberang, "Sakit hati gue, Biㅡngomong-ngomong dimana tuh?"

"BINTI CELANANYA DIPAKAI DULU HEH!"

"AMERNYA TAROH DULU, NYET!"

"SI BEGO, TISU-TISU! PADA LUBER KE PAHA TUH!"

Astrophile - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang