part 5

231 18 0
                                    

Tak ada peri yang punya sayap, tak ada harta karun, semua itu tak ada seperti yang diceritakan Rakai dengan menggebu-gebu. Aku sudah diajarkan agar tak terlalu berharap pada sesuatu. Kecuali bagian aku mengharapkan cinta Zein, aku sangat berharap. Sudah kubilang dunia peri itu tidak ada, tapi aku percaya ada dunia dimana kita terlempar ke dimensi waktu yang berbeda. Karena aku yang mengalaminya sendiri, mustahil aku tak percaya.

Kurang lebih satu jam kami melangkah menapaki tanah yang lembap ini, semakin lama suasana semakin lapang karena rerimbunan pohon tidak lagi mendominasi. Ada sebuah rumah, aku dapat melihatnya. Rumah sederhana yang terbuat dari kayu. Lalu, aku ingat percakapan kedua kelompok tentang sebulan lalu ada orang aneh yang juga datang ke tempat ini. Orang aneh itu, maksudnya orang yang terdampar seperti kita kan? Aku berbisik pada Kive yang menyetujui pendapatku tentang ada orang lain dari masa depan selain kami berlima. Bagaimanapun aku harus mencari tahu, lalu mencari jalan keluar bersama dan kembali ke duniaku yang asli. Sial, aku serasa berselancar di dunia fantasi. Tapi, ini nyata kan?

Sepanjang perjalanan tadi, kelompok itu menggunakan parangnya untuk menebas beberapa tanaman dan membawanya ke depan rumah kayu itu. Orang tua yang kuketahui bernama Suwiryo itu memberi kode untuk mengikutinya sementara yang lainnya disibukkan dengan kegiatan masing-masing di rumah-rumah yang mulai nampak banyaknya. Rumah penduduk, aku bernapas lega.

Suwiryo meletakkan parangnya di salah satu rumah. Lalu dari dalam wanita paruh baya dan seorang anak kecil lelaki keluar mengerubungi kami.

"Orang aneh...pak ini orang aneh pak?...bapak nemu orang aneh..."

Teriakkan anak itu membuat heboh rumah-rumah penduduk dan seisinya. Astaga, siapa yang seharusnya menjadi orang aneh? Dengan pakaian mereka yang lusuh harusnya merekalah yang menjadi orang aneh bagiku. Tetap harus diingat, kami kaum minoritas disini. Wajar mereka bereaksi heboh dengan lima orang remaja dengan carrier bag di punggung. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku dikirim ke dunia ini alih-alih ke dunia peri atau dunia kartun, aku akan sedikit menerimanya baik-baik kalau itu terjadi.

"Lima orang pak...lebih banyak dari kerajaan sebelah." kata seorang wanita paruh baya

"Aku mau menghadap Baginda Raja...dan kalian anak muda, lebih baik kalian ganti pakaian anehmu itu."

Aneh dari Mana? Ini baju yang sangat cocok untukku, sengaja kubeli yang terasa lembut dan dapat menyerap keringat dengan sempurna. Mereka ingin menggantikannya dengan sebuah kain yang dililitkan begitu saja? Aku tak bisa  dan tak mau. Tapi kemudian wanita paruh baya itu menyeringai. Jujur, tatapannya membuatku tak bisa membantahnya. Kami diajak masuk ke rumahnya. Tak bisa dibayangkan dalam sekejap aku yang merupakan orang dari kota tiba-tiba menjadi penduduk kampung seperti ini. Bukan hanya aku yang bingung, teman-temanku juga. Tapi tatapan Zein mengisyaratkan kalau ada saatnya untuk membahas masalah ini. Sementara itu, turuti saja apa yang penduduk itu perintahkan.

Kive melancarkan tipuannya, tentunya dia tak mau memakai pakaian wanita yang hampir memperlihatkan belahan payudaranya. Bahkan aku ragu dia punya payudara yang berkembang layaknya perempuan normal.

"Suwiryo bisa marah, Kiv."

"Tak apa aku dimarahi asalkan tidak menunjukkan identitas kewanitaanku."

Kive memang tomboy yang sudah mendarah daging. Lalu di depan rumah, layaknya orang asing, kami berdiam diri meratapi nasib. Penduduk banyak yang sengaja lewat hanya untuk melihat kami. Ada yang berbisik tentang betapa anehnya kami.

"Temen-temen, aku tahu ini terlalu mustahil untuk kalian alami. Tapi sungguh, aku tak tahu kalau akhirnya seperti ini. Kukira dunia peri itu..."

"Berhenti membual tentang dunia peri, Kai..."

Destiny : The Third Daughter (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang