part 28

55 11 0
                                    

Keringat masih bercucuran, ketika mereka buru-buru menyeretku, aku langsung menjatuhkan keranjang berisi kemangi di tempat aku memetiknya. Tak sia-sia aku sering menonton kisah detektif, dengan meninggalkan jejak, siapapun pasti mengetahui kalau aku sedang tak baik-baik saja.

Meski aku tak dibius atau matanya ditutup kain, penculikan ini sungguh menyusahkan. Aku bisa saja menghapal jalan yang kulalui untuk kabur nantinya. Untuk melangkah saja aku harus berkelahi dengan tanaman, semua sudut tampak sama. Aku tak bisa menghapal jalan yang benar satupun.

Dilemparnya aku ke dalam bangunan tua berlumut, kayu yang menyangganya tampak reyot. Pilar di bagian paling depan jika tak sengaja tersenggol mungkin akan roboh. Suara jangkrik datang bersahutan ketika aku sampai di dalamnya.

Ketika mereka akan meninggalkanku, aku tak boleh diam saja tanpa penjelasan begini.

"Sampaikan salamku pada pangeran bedebah itu."

"Apa kau bilang?"

"Bedebah, kamu pikir aku tak tahu siapa dalang dibalik peracunan putri ketiga? Kenapa hanya temanku yang dipenjara, kenapa kalian tidak?" Aku menatap berapi-api pada pria dengan pengikat kepala merah saga

"Kenapa seorang pangeran dan pengikutnya harus dipenjara? Tak ada sejarahnya seorang anggota keluarga kerajaan dan pengikutnya dipenjara, bodoh."

"Itu karena kalian berusaha menutup-nutupinya, bodoh. Apa yang dilakukan raja jika mengetahui ini? Bukan dipenjara lagi, aku yakin kalian akan dipenggal."

Sepertinya dia terpancing. Ah, nyaliku besar juga untuk beradu mulut dengannya. Padahal sebatang tombak terpegang erat-erat di tangannya.

"Kau ini sangat berani ya!"

"Tentu. Aku berniat menemui raja sebelumnya, untuk itu kalian diperintah pangeran untuk menculikku kan? Kenapa? Dia takut betul kalau raja tahu aku mirip dengan putrinya. Apa yang terjadi memangnya kalau aku menampakkan diri?"

"Banyak bertanya," jawabnya sambil mengikat sesuatu di pintu reyot sehingga bisa dipastikan pintu itu mau membuka jika ditarik dari dalam

Mereka tak peduli lagi, sungguh tak punya nurani meninggalkan gadis di tengah hutan begini.

"Semua akan tahu! Siapa orang yang meracuni putri ketiga, semua penduduk akan tahu."

Mereka benar-benar pergi, yang aku harapkan sekarang adalah semoga Kive dan Tania lebih peka sedikit. Kadang mereka tak memedulikan apa yang terjadi di sekitar, aku saja pernah ditinggal di pabrik tempe saat melakukan wawancara. Ketika sudah sampai di rumah masing-masing baru mereka ingat kalau pulang tadi mereka tak melihatku. Telat, aku sudah lebih dulu memesan ojek online sambil memaki di jalanan.

Dugaanku ternyata selama ini benar. Meski berkali-kali ragu karena pangeran tatapan dingin sendiri yang bilang kalau pangeran pertama adalah seorang kakak yang baik. Apa motif di balik itu? Kakak mana yang tega merencanakan pembunuhan adiknya sendiri? Aku tahu dia tak memiliki harapan hidup lebih panjang lagi, maksudku, membunuh orang yang masih ingin hidup itu bukan kejam lagi namanya. Sadis. Darimana ia mendapat dorongan kuat untuk membunuh keluarganya sendiri? Seperti yang Zein bilang kalau ada masalah internal dalam kerajaan. Tapi pangeran kedua tak menyadari apapun, dia seperti orang polos dan lembut yang selalu menyayangi adiknya.

Pengeran iblis dan pengeran malaikat aku menyebutnya. Putri ketiga sangat bergantung pada mereka, namun kedua kakaknya merespon dengan tindakan yang bertolak belakang. Kepalaku jadi sakit, kursi reyot yang kududuki di dalam sewaktu-waktu bisa roboh karena rayap sedang berdisco di dalamnya. Memikirkan semuanya aku jadi sakit, aku tak bisa menutup mata karena akhir-akhir ini sekelebat mimpi selalu muncul.

Destiny : The Third Daughter (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang