part 13

98 11 0
                                    

Sudah lama sekali, bagai warisan yang diturunkan turun temurun, permusuhan antar kerajaan tak terelakkan. Tak perlu sebuah konflik yang rumit untuk memiliki musuh, mereka percaya pada apa yang diwariskan nenek moyang mereka. Tak ada catatan resmi yang membenarkan apa yang menjadi asumsi orang-orang. Apa yang mereka dengar maka mereka akan mempercayainya. Kerajaan Nagendra percaya bahwa dahulu kerajaan merekalah yang pertama berdiri, lalu ada seorang yang berkhianat, dia dirikan lagi satu kerajaan sebaagi bentuk kekecewaan pada sistem pemerintahan. Pengikutnya sangat banyak, peperangan pun terjadi antara keduanya. Tak ada yang menang, maka mulai dari situ mereka melakukan sebuah perjanjian.

Kebencian sudah mendarah daging sejak konflik itu terjadi. Lain lagi jika seorang penduduk kerajaan Rajendra yang membuka suara, dahulu kerajaan yang pertama berdiri adalah kerajaan mereka. Kerajaan Nagendra adalah kumpulan pengkhianat-pengkhianatnya. Selama bertahun-tahun mereka hidup dengan cerita itu, dari mulut ke mulut, tak ada yang mau mengalah. Hebatnya mereka bisa bertahan dengan semua itu, tanpa saling bergantung, seharusnya mereka tau kalau suatu hari nanti hidup berdampingan dengan damai itu perlu. Hanya perlu memecah dinding keegoisan keduanya, tapi itu bukanlah hal yang mudah.

"Sejak isu meninggalnya putri ketiga, konfliknya makin panas. Kerajaan Rajendra merasa dirugikan."

"Siapa itu putri ketiga, Naga?"

Tentu saja putri kerajaan yang ketiga. Putri yang keberadaannya miaterius dari kalangan warga Rajendra sekalipun. Tak ada yang tahu bagaimana rupanya, malangnya dia menghabiskan seluruh hidupnya dalam belenggu istana megah nan indah.

"Putri itu, hanya keluarga kerajaan saja yang tahu keberadaannya. Aku yang setiap hari bolak-balik ke istana saja tak tahu bagaimana dia."

"Kenapa kedengarannya seolah-olah dia terkurung, Naga?"

"Karena penyakitnya. Penyakit yang sangat parah, raja berpikir dengan keluar dari istana akan memperburuk kondisinya. Dia adalah putri kesayangan raja, lahir dengan penyakit seperti itu membuatnya sangat berhati-hati dalam menjaganya."

Aku mematahkan sedikit pendapat mengenai tinggal di dalam istana adalah sebuah kenikmatan. Sayang sekali putri ketiga itu tak bisa menikmati jernihnya sungai, birunya langit maupun indahnya hamparan sawah yang menghijau. Kehidupan akan indah tergantung siapa yang menikmatinya. Orang yang buta tak menikmati indahnya pemandangan, orang tuli tak menikmati merdunya suara aliran sungai dan orang bisu tak menikmati betapa puasnya jiwa kita ketika bernyanyi walaupun dengan suara sumbang macam Rakai. Masih ada kehidupan, itu satu-satunya yang meyakinkan mereka akan kenikmatan Tuhan yang luar biasa.
Aku bisa saja menjadi sangat puitis jika sudah menyangkut kehidupan setiap orang. Seringkali aku menyesal telah mengeluhkan berbagai hal. Mengeluh boleh, mencari jalan keluar itu keharusan.

Sampai sekarang aku belum menemukan titik terang bagaimana akhirnya, Sandy, orang dari masa depan itu terlibat.

"Yah, kejadian ini terjadi sebulan lalu..."

"Kak Naga, dimakan dulu manisannya," Ranu menyela

Dibukanya anyaman bambu yang sejak tadi Ranu bawa di tangannya.

"Dapat darimana manisan itu, Ranu? Tak mungkin kamu beli, katanya ibumu itu pelit."

Aku hampir tertawa mendengarnya. Ya, betul, Lasmi itu sangat pelit sejauh yang aku kenal.

"Tunggu, jangan bilang..." Kive tampak berpikir

Anak itu, benar kalau Ranu juga menjadi pelanggan kolektor gila nan kaya di sebuah bangunan kecil pasar. Kupikir untuk apa kami memberikannya barang-barang masa depan kami agar dia mau mengatur pertemuan dengan Naga, kecil-kecil sudah memanfaatkan keadaan ternyata.

Destiny : The Third Daughter (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang