part 36

186 15 1
                                    

Hari dimana aku dan teman-temanku akan berpisah dengan penduduk dua kerajaan, mereka menatap dengan ekspresi yang beragam. Ada yang menatap datar, tersenyum sambil mengangguk takzim, bahkan masih ada yang menatap tak suka pada kami. Yang paling dramatis adalah ketika melihat wajah-wajah orang yang sangat kukenal untuk terakhir kali. Raja Rajendra berusaha tegar dengan segala cobaannya, ia menatapku lekat-lekat dan mengelus rambutku untuk terakhir kali. Kakek Buyut yang sudah kuanggap sebagai kakek sendiri tersenyum nanar. Nagata yang polos tapi brillian ternyata bisa mengekspresikan suasana haru juga. Pangeran kedua hanya tersenyum tipis, aku sudah bicara banyak padanya.

Lalu Suwiryo dan Lasmi, aku berkali-kali mengucapkan terima kasih. Suwiryo tersenyum, Lasmi tak berekspresi tapi mulutnya berbicara jika aku dan yang lain harus menjaga diri baik-baik. Ranu sangat polos, dia masih asyik bermain dengan senter yang diberi Rakai.

Yang terakhir adalah Nyi Wulan, perawan tua yang tegar meski melihat banyak kejadian menyakitkan walau hanya dalam sekelebat melalui ramalannya. Satu hal yang tak aku mengerti tentang dirinya adalah ketika dimana aku hendak pergi, dia tak mau melepas tanganku.

Telapak tanganku digenggamnya lama sekali, lalu dia menangis. Aku bilang aku akan baik-baik saja dan kita bisa bertemu lagi walau hanya dalam mimpi.

Sekarang aku sedikit mengerti. Aku bertanya-tanya tentang bagaimana takdirku di masa depan nanti. Pasti banyak hal menakjubkan yang akan terjadi. Harapan yang sedikit demi sedikit akan terkabul, jawaban atas kenyataan menyakitkan yang ternyata amat berarti. Oh, aku mendapatkan semuanya.

Ternyata selama ini aku menginginkan kehidupan yang dipenuhi kebahagiaan. Meski kebahagiaan orang tentu berbeda-beda, aku sendiri mudah bahagia dengan hal kecil sekalipun. Bahkan rasa sakit yang sebelumnya dialami, itu adalah akar dari kebahagiaan.

Rasanya tugasku telah selesai. Ah, bukan tugas. Ketika sudah mendapatkan semuanya, bukankah bisa dibilang jika itu adalah sebuah akhir? Aku tak berani bilang, tapi kenyataannya iya. Aku berkaca di cermin dalam mimpi. Aku seperti melihat dua orang, wajah kami mungkin sama. Tapi apakah kami adalah satu orang yang sama? Tak sepenuhnya benar,  aku hanya bagian dari dirinya yang diciptakan kembali. Ialah sebuah harapan. Kalau begitu selamat, putri ketiga telah terkabulkan harapannya. Aku tak bisa tinggal lebih lama, hari ini bahkan tepat hari ulang tahunku. Tepat tujuh belas, takdir tak mungkin meleset walau satu detik pun.

Tentang salah satu harapan seorang Meika yang terkabul adalah, aku ingin terus di sisi sahabatku sampai akhir hayat. Lihat, bahkan dia sedang duduk tepat di sisiku saat ini. Sementara sebuah kenyataan pahit yang ternyata amat berarti, untuk pertama kalinya aku bersyukur Zein mencintai Tania. Zein harus tetap hidup seperti itu, tanpaku sekali pun.

Ah, ternyata aku bisa menangis tersedu-sedu juga. Tapi air mata ini adalah air mata bahagia. Terima kasih Tuhan, harapanku yang dulu sekali terkabul jauh melampaui dugaan. Aku terlahir kembali, tapi aku tak lupa jati diri. Tugasku, telah selesai.

Sesaat setelah kain putih menutupi seluruh tubuh kakuku, aku berdiri di pojok pintu. Aku sebaiknya langsung menghilang daripada melihat orang-orang menangis untukku. Aku bahagia, harusnya mereka tahu. Saat itu juga, aku telah melihat takdirku.

Destiny : The Third Daughter (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang