Palestina

18 6 0
                                    

Dentuman bom menggelar di setiap penjuru
Siang-malam resah hati menghampiri, seakan enggan untuk berpaling
Sanak saudara menjerit ketakutan
Tubuh lemah tergeletak tak berdaya
(Ayyara_Admin)

Mendung pun masih menggantung
Awan masih tertawan
Di sela rintik nadanya mengawang
Pada kenangan yang belum menghilang
(Cikaa_B)

Suara rintih pilu terdengar
Hati resah tak terbendung
Hanya Gelap gulita menemani
Pada akhirnya hanya kepiluhan yang tertanggung
(Jushar_B)

Beribu tetesan darah menempel di kaca
Yang sedari awal sudah berdebu
Pecahkan hening yang seolah bisu
Diiringi jeritan yang menggebu
(Icha_B)

Rintihan mulai menggelegar
Noda darah bertetesan beriringan air mata
Perlawanan rakyat kecil tumbang
Anak dara mematung masa kecilnya dirampas kolonel
(Ifara_B)

"Perjuangan belum mati!" ucar sekar di ujung nanar
Perlawanan rakyat kembali mengguncang
Gempar menggelegar seantero bangsa
Getir darah penjajah dijajah api perjuangan
(GundulKeriting_B)

Langit cerah seakan terganti oleh kegelapan
Menyelimuti luka yang menggebu
Seakan terkikis oleh penderitaan
Merasakan sakitnya kekejaman yang melanda
(Elmitakirana_B)

Raga lemah menyerah ingin rasanya kutepis
Meski berat membuat jiwa memberontak kuteriris
Selalu terpikirkan mengapa negeriku mengalami hal ironis
Nasib dan puing kenangan yang kulihat membuat hatiku menangis
(Winansa)

Jerit tangis menggelegar di penjuru tempat
Tempat dimana semua tak mengenal diri
Lupa akan keluarga dan terus berusaha pergi
Karena semua itu habis dengan menyisakan sejuta pahit
(Nadia Elvi Novia Anwar_A)

Membuat semua orang merasa terpuruk
Akan perbuatannya yang tak senonoh
Demi pentingnya sendiri
(Nurul Istiqamah_B)

Mereka haus akan kekuasaan
Membunuh tanpa kata kasiha
Lihatlah anak-anak tak berdosa itu
Yang mau tak mau harus menjadi korban
(Hannisa Novita_B)

Suara gemuruh terdengar di berbagai penjuru
Orang-orang kian berlari kesana kemari
Guna menyelamatkan diri
Dari serangan musuh yang tiada henti
(Annisa Alifia Nafisa_B)

Sejak lama teraniaya dalam penjara beratap langit
Mereka tidak pernah diam lalu menyerah pada keadaan
Pertumpahan darah sebagai bukti pembelaan
Demi melawan kebenaran
(Sohilah_A)

Kini lara yang harus mereka rasakan
Seakan bianglala yang mereka impikan terlanjur punah
Sayangnya semesta hanya terdiam sumarah
Dan kini dirgantara pun menjadi saksi mala
(Rebecca Jehovira_B)

Jerit dan tangis seakan menulikan telinga
Rintihan terdengar di mana-mana
Ada rasa takut yang terlukis jelas di wajahnya
Yang kami inginkan hanyalah ketenangan
(Azizah_Hr)

Kekacauan di mana-mana
Darah juga berceceran di mana-mana
Semua mencoba bertahan di dalam situasi yang sangat genting Orang-orang yang tak bersalah juga ikut kena imbasnya
Mereka berjuang tuk hidup, walau sudah tak memiliki apapun lagi
(Nici_B)

Walaupun begitu tak membuat mereka gentar
Tak membuat mereka menyerah
Meninggalkan setumpuk penderitaan
Dengan berbagai luka
(Riski_Perwati_B)

Palestina adalah negara yang menjadi motivasiku
Karena, dari Negara inilah aku belajar bahwa Islam itu harus dijaga
Beribu ribu orang di Negara Palestina mati, karena mempertahankan Masjid Al-Aqsha.
Aku selalu berdoa, agar saudara-saudaraku di sana selalu diberi kesehatan dari-Nya.
(Silvia Agustin_A)

Perjuangan yang tiada henti demi mempertahankan Masjidil haram
Air mata dan darah sudah saling menyatu
Suara tembakan dan ledakan bom sudah biasa didengar
Kini kami hanya bisa berdoa
Semoga peperangan ini selesai
(Nur Atma Layla Syahfitri_B)

Kutadahkan tangan
Merintih dan mengadu pada-Nya
Menatap saudara semuslim penuh penganiayaan
Untuk memperjuangkan agama Islam
(Nailin Najah_B)

Saat tawa tak lagi tercipta
Rintihan tangis pilu menggantikannya
Seruan rasa sakit terdengar di mana-mana
Pertumpahan darah, bahkan kehilangan nyawa
Tercatat menjadi bukti fi sabilillah.
(Siti Nur Islamiyah_A)

Begitu miris aku melihat kejadian itu
Meski tidak secara langsung
Rasanya kutak sanggup bila mendengar berita
Berita tentang kondisi mereka yang di Palestina
(Amalia Khasanah_B)

Apalah dayaku
Aku tak mempunyai apa-apa
Aku hanya seorang gadis belia biasa
Yang bisa kulakukan untuk mereka hanya berdoa saja
(Amalia Maulvi S._B)

Rasa pedih terlalu perih
Semuanya kelabu hingga mengabu
Suara tawa tak lagi menyambut kalbu
Suara tangis terlalu mengikis ulu hati
(Ismi Miftadilah_A)

Bangunan sudah tak berwujud
Semuanya hancur tak tersisa
Kini hanya tinggal puing-puing
Berserakan tak utuh
(Maharani_B)

Tanah ini menjadi saksi bisu
Di saat mereka semua menjerit, menangis, mencoba melawan peperangan ini
Dengan itu kita semua bersatu
Untuk menghadapi peperangan dan penyerangan yang telah terjadi
(Sifanie_B)

Perasaanku pun tak kalah ajurnya
Mungkin, detik lalu beberapa peluru akan membunuh mereka
Walau sekelebat bayangan mati menghantuiku
Atau kematian yang nyata bagi mereka
(Prico Rubis_B)

Bunyi ledakan yang membuat jatuh air mata
Orangtua yang meninggalkan buah hatinya
Dan buah hati yang kehilangan orangtuanya
Namun semua sudah ditakdirkan, dan akan berakhir, bila terjadi hari akhir.
(Kristin_A)

Tangis suram terlihat di wajahmu
Isakan kepedihan yang terdengar pilu
Tiada bertemu orang tersayangmu
Teriakan kesenduan berlabur menjadi satu
(Nurulafaa_A)

Awan-awan kelabu seolah tahu
Tanpa terdengar syahdu, rindu pun menjadi tamu
Aku si puan celatuh
Yang menangis peluh setelah semua menggelegar piluh
(Nrlb_B)

Mata menangis tiada henti
Hati teriak tiada peduli
Mereka seolah tak peduli
Melihat negri hancur tak terbentuk
(Riska_A)

Tetes tangis berpadu darah
Kukuh mengerat teguh
Walau ranah seakan runtuh
Takdir Allah tak salah arah
(Suci Amalia Putri_A)

Bentang Literasi, 10 Juli 2020

PIPA RUCIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang