VOTE ✨
COMENT✨
FOLLOW ME✨•••
"twins gimana?" tanya Jihyo."sepuluh menit lagi Nayeon dateng kok" jawab Daniel lalu mengangkat kunci mobilnya.
"oh oke" Jihyo bangkit dari tempat duduknya lalu jalan dibelakang Daniel.
Daniel keluar dari rumahnya bersama Jihyo di belakangnya, tepat di depan mobil Nayeon dan kekasihnya Jinyoung sudah datang dangan pakaian kerjanya.
"sore sore mau kemana nih" tanya Nayeon sambil menaikan kedua alisnya.
"hus, sana masuk" Jihyo hanya tersenyum malu.
"heh, Adek gue tuh yang bener dijagainnya, jangan dikasih makan rumput" ucap Daniel menahan lengan Jinyoung.
"sip ntar gue kasih makan Seledri" ucap Jinyoung asal asalan.
"udah sana, anak gue dijagain juga" Jinyoung mengangkat kedua jempolnya.
Daniel membukakan pintu untuk Jihyo lalu dirinya berbalik dan duduk di bangku supir, Daniel sebenarnya enggan berbicara, dia juga tidak tahu harus mengajak Jihyo kemana Agar luka tadi siang tidak benar benar membekas.
"kak" panggil Jihyo.
"iya kenapa?" tanya Daniel lalu tersenyum.
"ko nggak jalan, kita mau kemana emang?" tanya Jihyo.
"ke rumah saya aja yuk, ambil barang saya" ucap Daniel.
"emang kakak mau tinggal di rumah saya?" tanya Jihyo, pipi Daniel memerah.
Jika Jihyo yang terlihat bingung dan tidak bersalah beda dengan Daniel yang mengalihkan wajahnya yang memerah, dia bingung harus menjawab apa.
"eh maaf bukan gitu maksudnya kak emm-" ucap Jihyo yang baru menyadari apa yang terjadi.
"saya tidur di sofa aja ya sementara, cuma sementara tapi" ucap Daniel menjawab dengan usil.
"yaudah gapapa" Jihyo tertawa.
"ke rumah saya ya?" tanya Daniel sekali lagi memastikan.
"iya boleh, nanti anterin ke supermarket buat belanja sebentar ya" ucap Jihyo mengangkat kertas yang berisi list.
"siap bu boss" mereka berdua sama sama tertawa.
Sebenarnya didalam mobil mereka cukup canggung, mengingat Daniel masih merasa bersalah kepada Jihyo membuatnya takut untuk berbicara terlalu banyak.
"Hyo, mafin saya ya tadi saya gak tau kalo kamu sebenernya dokter" ucap Daniel dengan suara pelan.
"bukan masalah ko kak, lagian aku sendiri yang bilang ke Nayeon buat ga kasi tau kakak, hehe" Jihyo menjawab dengan tenang.
"kenapa kamu berhenti, anak saya ya?" tanya Daniel agak tidak enak hati, tanganya meraih tombol mati untuk radio.
"awalnya kaya gitu, tapi aku lebih suka jaga mereka seperti seorang ibu yang sesungguhnya, mengajarinya berjalan sudah seperti hal yang aku inginkan, jujur aku tidak ingin menikah di usia muda waktu itu, tapi aku lebih ingin merawat mereka" ucap Jihyo lalu tersenyum pada Daniel.
"maaf kalau merepotkanmu, saya hanya ingin kedua anak saya tidak seperi saya" Daniel berhutang banyak pada Jihyo.
"aku sebenarnya sempat ingin menyerah, aku ingin kembali seperti dulu lagi dan menjadi dokter dengan banyak pasien, tapi aku sendiri tidak bisa berhenti memikirkan Seora dan Seojun dalam janka panjang" ucap Jihyo lalu mengalihkan matanya yang memerah.
"terimakasih ya, kamu merawat mereka dengan baik" Daniel mengacak rambut sebahu milik Jihyo.
"dan kayaknya aku dalam jangka pendek bakal kembali jadi dokter lagi kak" ucap Jihyo mengusap matanya lalu kembali tersenyum.
Daniel bersimpuh, sedikit tersengat ucapan Jihyo yang cukup menandakan wanita itu tidak mau berlama lama lagi menjadi pengasuh kedua anaknya.
"ayo turun" ucap Daniel saat mobilnya tepat terparkir di depan rumah besar yang belum sama sekali pernah dia kunjungi.
"ayo masuk" Daniel menggandeng tangan Jihyo dan berjalan menuju pintu.
Bel sudah dipencet olehnya selama beberapa kali, tetapi tidak ada yang membukakan pintunya seorangpun, sampai akhirnya seorang wanita paruh baya datang.
"yaa ampun Daniellll" wanita paruh baya itu menaruh keranjang belanjaannya di lantai.
"bibi dari mana, ini ibunya anak anak mau masuk" ucap Daniel yang membuat Jihyo menaikan alisnya karena terkesan aneh.
"ya ampun, sini masuk atuh kan nggak dikunci" wanita itu membuka pintunya dengan mudah.
"cantik banget ya kamu, aduh pantes si Daniel naksir" ya kalo dibayangin ini pembantunya agak ngehype gitu, Jihyo cuma mesem bingung.
"panggil Jihyo aja bu, Park Jihyo" Jihyo menyalami Wanita tadi.
"eh neng geulis kan mau jadi nyonya, panggil bibi aja atuh, sini ayo pada masuk" Bibi mengangkat kembali keranjang belanjaannya lalu masuk kedalam rumah.
Sudah Daniel duga rumahnya akan tetap bersih terawat di tangan bibi erla yang sudah merawatnya sejak ditinggal ibunya, merawat Nayeon juga.
Jihyo memperhatikan foto foto yang terpasang di dinding, mulai dari Daniel kecil bersama dengan Nayeon sedang bermain di pantai dengan ayah mereka.
Memang dari umur mereka lima tahun, mereka ditinggal sama Orang yang mereka panggil 'bunda' tapi tidak hadir ketika keuangan perusahaan turun drastis akibat krisis ekonomi.
Ayah mereka jadi pengangguran buat dua tahun gara gara gak ada pekerjaan yang cocok sampai buka kembali perusahaaanya, belum ada satu tahun keuangan mulai melonjak, bahkan bisa stabil kembali seperti dulu.
Mata Jihyo terpaku pada sebuag foto yang sepertinya baru dipajang, foto yang mereka ambil di kebun binatang tadi dengan gembira, tangan Daniel yang merangkul bahu Jihyo dan kedua anaknya yang tersenyum lebar.
Tiba tiba sebuah tangan melingkar di lehernya, seseorang yang dia kenali memeluknya secara Back Hug, Daniel.
Mereka berdua sama sama tediam, Jihyo tak paham apa yang telah terjadi sampai lelaki itu memeluknya erat, sangat erat.
"maaf" ucap Daniel lalu menjatuhkan kepalanya di bahu Jihyo.
"kak, nanti kalo bibi lihat gimana" ucap Jihyo canggung.
"nyaman" ucap Daniel di telinga Jihyo yang membuat bulu rona nya meremang.
Desiran halus, Jihyo kembali merasakannya lagi seperti waktu itu, enam tahun yang lalu.
Jangan biarkan Jihyo terbang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Revisi Total] (Bu)kan Mommy twins - Daniel • Jihyo
RandomJihyo galak banget, tapi sama twins udah bersahabat, apa karena itu anaknya Daniel? Apa harusnya jihyo gak usah nerima twaran Nayeon waktu itu buat ngerawat dua bayi? Terlanjur Kang Seora sama Kang Seojung terlanjur panggil Park Jihyo dengan sebutan...