02. Hadiah Tak Terduga

159 19 2
                                    

"Dia selalu datang dengan kejutan tak terduga. Kadang kejutan itu menyakitkan, tapi kadang juga dia memberi kejutan yang tak akan pernah terlupakan."

••• ✏️ •••

Uluran tangan Dimas hanya ditatap Clara tanpa ekspresi. Sudah lebih dari sepuluh detik tangan itu terulur, tapi tidak juga disambut oleh Clara.

"Pegal," kata Dimas pelan.

Clara tidak merespon. Dia justru membuang pandangannya ke arah lain sambil terus melipat tangan di depan dada. Itu adalah hukuman untuk Dimas karena tidak ada romantis-romantisnya dalam mengucapkan selamat ulang tahun.

"Kenapa marah?" tanya Dimas tanpa menurunkan tangannya. Dia bermaksud untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada Clara, tapi pacarnya itu tidak juga merespon. Justru yang Dimas lihat adalah wajah jutek.

Sebagai jawaban, Clara hanya mengedikkan bahu.

"Kenapa, Clara?"

"Udah dibilangin gak tahu, masih aja nanya!" ketus Clara. Dia tetap bersikeras untuk membiarkan tangan Dimas terus terulur seperti itu.

Tangan kiri Dimas bergerak mengambil tangan kanan Clara agar mereka bisa berjabat tangan.

"Selamat ulang tahun," ucap Dimas setelah mereka sudah berjabat tangan.

"Apaan, sih?!" Clara melepaskan jabatan tangan itu secara kasar.

"Udah makan?"

"Gak nafsu."

"Harus makan."

"Iya, harus makan. Kalau gak makan nanti sakit. Semua orang udah tahu kali kalau gak makan bakalan sakit. Aku juga udah tahu. Kenapa, sih, yang keluar dari mulut kamu cuma itu-itu doang setiap hari?" Clara tidak dapat memendam semuanya lagi. Kali ini emosinya siap meledak, bahkan sudah mulai meledak.

"Selamat pagi, selamat siang, selamat malam, udah makan? Mau ke mana? Mau jalan? Oke, ya udah, terserah. Aku bahkan udah hafal kata-kata kamu karena cuma itu yang aku dengar tiap hari!" Clara mengucapkan kata-kata itu dengan cepat saking hafalnya.

Dimas menatap Clara datar saat pacarnya itu marah. Dia tidak mengelak, karena kenyataannya memang begitu.

"Aku tahu karakter kamu emang gitu. Tapi, bisa gak, sih, bekunya dicairin dikit?"

Bukannya menjawab pertanyaan Clara, Dimas justru mengambil kertas lalu menuliskan sesuatu di atasnya.

Clara berdecih, lalu kembali menatap ke arah lain. Hampir dua menit mereka saling diam sebelum Clara akhirnya memilih untuk berdiri dari tempat duduknya. Namun, tangannya ditahan oleh Dimas.

"Duduk sebentar."

"Aku mau ke toilet."

"Bohong."

Iya, memang benar Clara tidak akan ke toilet. Dia hanya ingin melarikan diri dari Dimas sebelum emosinya benar-benar akan meledak.

"Duduk."

Clara melepaskan tangan Dimas lalu kembali duduk di kursinya. "Ini udah duduk. Kenapa?"

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang