"Jujur adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah."
••• ️✏️•••
Kegelisahan tampak jelas ketika Gisel melihat Clara memainkan jari-jari tangannya sambil menggigit bibir bawahnya.
Hari ini Clara meminta Gisel untuk menemaninya ke rumah Dimas. Tujuan Clara ke sini setelah kejadian kemarin bukan untuk menemui Dimas, melainkan untuk menemui Tiffany. Ada hal yang harus Clara bicarakan dengan Tiffany sebelum keberangkatan mereka ke New York. Menurut informasi yang diberikan oleh Rava, mereka berdua akan ke New York lusa.
Karena sudah tidak tahan melihat Clara tidak berani menekan bel rumah itu, Gisel berinisiatif untuk melakukannya.
Mata Clara melotot ke arah Gisel ketika dia menyadari Gisel sudah menekan bel rumah itu. "Gisel, kok ditekan?"
"Lah, kalau gak ditekan, kapan Dimas keluarnya? Terus kapan kita pulangnya?" tanya Gisel dengan nada kesal. Setelah beberapa saat tidak ada respon dari penghuni rumah, Gisel menekan bel rumah itu dua kali berturut-turut.
"Gisel ...."
Pintu rumah itu akhirnya dibuka oleh Dimas. Clara yang tidak berani menatap wajah Dimas langsung menunduk.
Gisel menyenggol lengan Clara, sehingga membuat Clara mendongak.
"Ada apa?" tanya Dimas sambil menatap mereka berdua secara bergantian.
"A-aku ke sini m-mau ketemu sama Tiffany. Dia a-ada, 'kan?" Clara bertanya dengan terbata-bata.
"Buat apa?"
"Aku ... mau ketemu d-dia aja sebelum kalian ke New York. Ada yang perlu aku bicarakan sama dia."
"Apa itu?"
Clara menatap Dimas dengan kedua alis yang hampir bertaut karena Dimas terus bertanya. "Aku mau ngobrol sama Tiffany, bukan sama kamu. Untuk apa aku kasih tahu ke kamu apa yang akan aku bicarakan sama dia?"
"Di sini Tiffany adalah tanggungjawab saya. Saya takut kamu akan mempengaruhi Tiffany—"
"Sejahat itu aku di mata kamu sekarang?" sela Clara. Kali ini dia menatap Dimas dengan sorot kekecewaan yang tampak jelas.
Gisel memilih untuk diam, karena dia ingin membiarkan mereka menikmati saat-saat terakhir mereka bisa mengobrol seperti ini. Meskipun isi obrolan mereka mungkin hanya akan menyakiti satu pihak, atau menyakiti perasaan keduanya.
"Silakan masuk," kata Dimas pada akhirnya. Clara menatap Gisel sekilas, sebelum berjalan masuk melewati Dimas begitu saja. Melihat wajah Dimas lebih lama lagi bisa membuat Clara meneteskan air mata.
Untuk saat ini, Clara tidak tahu harus melakukan apa untuk mempertahankan hubungan mereka. Berbagai usaha sudah Clara lakukan, namun tidak membuahkan hasil apa-apa.
Satu-satunya orang yang bisa membantunya hanya Lily. Namun sayang, dia tidak tahu bagaimana caranya menghubungi Lily.
Suara piano yang tentunya dimainkan oleh Tiffany semakin terdengar ketika Clara sudah berdiri di depan pintu kamar Tiffany yang terbuka sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara's Life
Teen Fiction[SELESAI-Sekuel Clara's Mission] Kisah selanjutnya tentang kehidupan Clara setelah menjalin hubungan dengan Dimas. Dimas selalu berubah seperti memiliki kepribadian ganda, Clara tahu. Semua orang juga tahu. Tapi, kali ini berbeda. Dimas benar-benar...