27. 17 Jam Bersamamu

63 10 1
                                    

"Jika pada akhirnya takdir kita tidak untuk bersama, aku bersyukur kamu pernah ada dalam hidupku. Karena kamu, aku percaya cinta sejati itu benar-benar ada.
Meskipun cinta abadi yang kuharapkan."

•••✏️•••

Hap.

Cowok itu merapikan jaketnya setelah dia berhasil melompat dari tembok pembatas di belakang sekolah. Mau tidak mau, dia harus menuruti saran Clara untuk menunggu di taman belakang yang memang jarang didatangi orang, kecuali siswa-siswa nakal seperti Dimas dulu.

"Ayo, lompat," kata Dimas pada Clara.

"Tangkap, ya?"

"Iy—" Belum selesai Dimas menjawab, Clara sudah melompat secara tiba-tiba. Untung saja Dimas mampu menangkap Clara meskipun sebenarnya dia belum siap.

"Hehe, maaf." Clara menyeringai. "Kamu ... bisa nunggu di sini, 'kan? Aku mau lapor dulu kalau aku terlambat."

"Oke."

"Jangan ke mana-mana, ya?"

Dimas mengangguk sekali. Clara tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya sebelum pergi meninggalkan Dimas.

Pasti Dimas akan betah di sini, karena dulu tempat ini adalah tempat yang paling disukai Dimas selain di rooftop untuk bersantai. Jadi, Clara tidak perlu khawatir Dimas akan bosan menunggu lama-lama di tempat ini.

Sebagai anak kelas 12 yang baik, Clara melaporkan dirinya yang datang terlambat kepada pengurus OSIS yang sedang memantau siswa terlambat lainnya.

Dia dapat dikatakan beruntung karena tidak ada guru yang memantau bersama pengurus OSIS. Biasanya ada Pak Fery yang selalu memantau.

"Aku terlambat hampir satu jam, nih. Hukumanku apa?"

"Kamu beruntung karena gak ada Pak Fery. Lagi ada rapat guru buat bahas PKL kalian bulan depan," jawab salah satu pengurus OSIS yang sedang bertugas.

"Jadi, sekarang guru-guru lagi rapat?" Clara bertanya dengan mata yang berbinar. Sekarang Clara yakin bahwa hari ini semesta berpihak kepadanya.

"Cuma kajur sama wali kelas, sih. Makanya beberapa kelas cuma dikasih tugas."

"Wah, termasuk kelas aku, dong? Ini, kan, jadwalnya Bu Wyldia!" Gadis itu berseru girang saking senangnya.

"Bu Wyldia? Bukannya emang dari minggu lalu Bu Wyldia udah gak masuk karena cuti melahirkan, ya?"

Clara menyeringai sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Saking bahagianya dia jadi lupa segala sesuatu.

"Hukuman aku apa? Cepetan! Bersemangat banget, nih!"

"Bersihin toilet ... udah, perpus juga. Lab ... kayaknya udah. Apalagi, ya?"

"Taman belakang belum, 'kan?" Clara menaik-turunkan alisnya. "Aku bersihin!"

"Loh, taman belakang, kan, emang—"

"Catat! Clara terlambat hampir satu jam, dan hukumannya bersihin taman belakang," titah Clara sambil melipat tangan di depan dada. "Cepat, catat!"

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang