29. Dimas dan Rahasianya

71 13 1
                                    

"Sekarang aku sadar bahwa sikapmu selama ini bukan untuk menyakitiku, tapi untuk melindungiku dari rasa sakit itu sendiri."

•••✏️•••

Setelah kurang lebih satu jam menunggu, momen yang mereka nantikan tiba.

Dulu, Clara pernah melewatkan momen seperti ini bersama Dimas sehingga membuat pacarnya itu membentaknya. Dari situ Clara belajar bahwa tidak semua momen harus diabadikan dengan kamera. Cukup dengan tatapan mata, kenangan indah itu tidak akan hilang dari ingatan.

Dimas memberinya banyak pelajaran yang sering terlihat sederhana, namun sangat berharga.

"Sejak kapan kamu suka senja?"

Cowok itu mengedikkan bahu sebagai jawaban. Dirinya tampak begitu menikmati cahaya orange matahari yang sebentar lagi akan terbenam.

Kali ini Clara tidak ingin mengganggu dan merusak semuanya. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Clara menidurkan kepalanya di bahu Dimas. Respon Dimas yang sedikit terkejut membuat Clara tersenyum. "Gak apa-apa, 'kan?" tanyanya.

"Iya," jawab Dimas singkat.

Hampir setengah jam mereka menikmati pemandangan indah yang menyejukkan mata. Sekarang giliran bulan dan bintang yang menampakkan wujudnya.

Sensasi dingin semakin terasa. Di saat itulah Dimas menunjukkan perhatiannya, sekali lagi tanpa berkata-kata. Cowok itu membuka jaketnya, lalu mengenakannya kepada Clara. Dan untuk kesekian kalinya, Clara dibuat bahagia dengan perhatian yang diberikan oleh Dimas.

"Mau pulang?" tanya Dimas karena tahu Clara sudah kedinginan.

Bukannya menjawab pertanyaan Dimas, Clara justru memeluk tangan Dimas sambil kembali menidurkan kepalanya di bahu Dimas. "Kalau masih bisa lebih lama kayak gini, kenapa harus terburu-buru pulang?"

"Kamu kedinginan."

"Setelah malam ini berakhir, kamu pikir aku gak akan kedinginan di malam-malam selanjutnya?"

Entah tidak tahu harus menjawab apa atau memang tidak ingin menjawab, Dimas diam.

"Dimas."

"Hm?"

"Ada pertanyaan yang membebani pikiranku saat ini."

"Apa itu?"

"Kamu ... ingat semuanya, 'kan?" tanya Clara setelah terdiam cukup lama. Dia tidak tahu apakah timing-nya tepat saat ini. Akan tetapi, semakin Clara menahan diri untuk tidak bertanya, semakin rasa penasaran akan jawaban itu meningkat.

Beberapa saat Clara menunggu, Dimas tidak juga memberi jawaban.

"Dimas?" panggil Clara. Sesungguhnya Clara tidak sanggup melihat bagaimana ekspresi wajah Dimas saat ini. Namun, sesuatu yang membuat kedua alis Clara saling bertaut adalah ketika dia melihat tangan Dimas terkepal. Dia juga bisa mendengar suara nafas Dimas yang memburu.

Tiba-tiba jantung Clara ikut berdetak tak karuan. Dia takut Dimas akan marah, dan meninggalkan kesan yang buruk di saat-saat terakhir kebersamaan mereka.

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang