EPILOG

202 23 5
                                    

"Aku percaya, kamu adalah milikku.
Itulah yang membuatku bertahan untuk menunggu."

•••✏️•••

Delapan bulan kemudian.

Lipatan kertas yang jatuh dari salah satu bukunya berhasil menarik perhatiannya.

Saat ini Clara sedang mengemasi barang-barangnya untuk pulang ke Bandung, karena niatnya Clara akan melanjutkan studinya di Bandung saja. Lagipula, Clara tidak ingin berlama-lama di Jakarta yang selalu mengingatkannya pada dua orang yang menuntut untuk dilupakan.

Gadis itu berjongkok untuk mengambil lipatan kertas itu. Dia menoleh ke arah pintu kamarnya yang masih terkunci.

Baru saja dia membuka lipatan kertas itu untuk membaca isinya, dia menutupnya kembali. Itu adalah tulisan tangan Dimas.

Hanya dengan melihat tulisan itu, Clara merasa Dimas kembali lagi dalam hidupnya.

Delapan bulan menjalani hari-hari tanpa kabar dari Dimas benar-benar membuat Clara hampir gila. Suatu keajaiban jika nanti dia bisa lulus SMK.

Clara memilih untuk duduk di lantai sambil menatap lipatan kertas itu dengan keraguan untuk membacanya. Apakah lipatan kertas itu berarti bahwa Dimas sudah kembali?

Sayangnya itu adalah suatu ketidakmungkinan yang Clara harapkan menjadi kepastian. Dia ingat bahwa saat itu, ketika dia tertidur di kamar Dimas, dia sempat melihat Dimas menulis sesuatu di atas selembar kertas.

Ya, itu adalah surat yang ditulis oleh Dimas delapan bulan yang lalu.

Gadis itu menghembuskan nafas perlahan untuk mengumpulkan keberanian. Setelah itu, dia mulai membaca.

Buku bersampul hitam itu ternyata gak cukup. Aku butuh satu lembar kertas lagi untuk memberitahu seluruh rahasiaku.

Kankerku sudah stadium empat. Apa yang kamu harapkan lagi saat mengetahuinya?

Kamu tidak perlu mengharapkan apapun lagi. Cukup aku yang berharap agar kamu bisa segera menemukan kebahagiaanmu yang sebenarnya.

Aku memutuskan untuk pergi darimu, Clara. Tapi, itu bukan berarti aku menyerah.

Aku pergi untuk mencoba mempertahankan hidup dengan menjalani kemoterapi di New York. Aku tahu, itu hanya sedikit memperpanjang umurku—tidak, maksudku memperpanjang penderitaanku.

Jika suatu saat nanti aku kembali dengan membawa keajaiban, apakah kamu akan menyambutku? Aku becanda. Aku gak berharap untuk kembali bersamamu. Aku hanya berharap, jika suatu saat nanti aku memang kembali, kamu sudah menemukan kebahagiaanmu.

Buktikan padaku bahwa kamu akan baik-baik saja tanpaku.

"Bahagia?" tanya Clara setelah membaca isi surat Dimas. Untuk kesekian kali, dia meneteskan air mata.

***

Seharusnya hari ini menjadi hari yang paling membahagiakan untuk Clara. Karena hari ini, dia berhasil menyelesaikan studinya di bangku SMK.

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang