"Manusia sering mengeluh untuk luka yang diciptakannya sendiri."
•••✏️•••
Sambil mengepel rumah Dimas, Clara bersenandung pelan mengikuti lagu yang dia dengar. Berhubung hari ini adalah hari Sabtu, jadi Clara bisa berada di rumah ini selama mungkin yang dia mau. Ya, kecuali ... Dimas menyuruhnya pulang seperti yang sudah-sudah.
Di awal Clara menekuni pekerjaan ini, tentunya sangat sulit. Namun, seiring berjalannya waktu, sepertinya Clara sudah terbiasa dengan situasi ini.
Hubungannya dengan Tiffany juga terjalin dengan baik. Semakin Clara mengenal Tiffany, semakin Clara yakin kalau Tiffany adalah orang yang baik.
Clara melepaskan earphone yang sedari tadi tersumpal di telinganya saat mendengar alunan piano yang sangat indah. Karena penasaran siapa yang memainkannya, Clara berjalan ke arah sumber suara itu yang sepertinya berada di lantai atas.
Di anak tangga keempat, Clara berhenti. Dia teringat ucapan Dimas waktu itu.
"Kalau saya gak suruh, jangan kerjain. Termasuk kalau saya gak panggil, jangan ke lantai atas."
Untuk menjaga kepercayaan Dimas, Clara memutuskan untuk tidak ke lantai atas. Namun, saat dia berbalik, dia dibuat terkejut dengan keberadaan Dimas yang sedang menatapnya datar dari bawah.
"J-jangan salah paham!" Clara menggerak-gerakkan kedua tangannya. "Iya, emang aku niatnya mau ke atas. Tapi, gak jadi, kok. Ini baru mau turun," jelas Clara.
"Niatnya untuk?"
"I-itu ... suara piano."
"Itu Tiffany. Kalau pengen lihat, ayo," ajak Dimas. Cowok itu menaiki anak tangga melewati Clara.
"Yes!" Kepalan tangan Clara bergerak meninju udara saking senangnya. Bukan senang karena Dimas mengajaknya ke atas, tapi senang karena Dimas tidak marah. Clara tidak ingin kehilangan kepercayaan Dimas untuk tetap berada di rumah ini, setidaknya sampai dia menemukan jawaban atas semua pertanyaannya.
Clara mengekori Dimas sampai mereka masuk ke kamar Tiffany. Dan, Clara menemukan sesuatu yang aneh. Jika ternyata kamar Tiffany ada di sini, jadi waktu itu Tiffany tidur di kamar Dimas?
Senyuman yang dari tadi menghiasi wajahnya seketika menghilang setelah dia mengetahui kenyataan itu.
Tiffany tetap melanjutkan permainan pianonya meskipun Clara yakin kalau Tiffany pasti sudah menyadari keberadaan mereka di kamarnya.
Clara yang berdiri di samping Dimas menoleh ke arah Dimas yang tampak menikmati permainan piano itu. Meskipun mengalami amnesia, sifat Dimas tidak berubah. Karena Clara bisa melihat bahwa Dimas masih sangat tertarik dengan musik.
Yang berbeda adalah Clara sudah tidak pernah lagi mendengar Dimas memutar lagu-lagu dari Westlife.
"Tiffany jago, ya, main piano," bisik Clara agar tidak mengganggu Tiffany.
Dimas menoleh ke arahnya sekilas, lalu kembali menatap Tiffany yang sedang memainkan pianonya.
Clara memanyunkan bibir kecewa karena sepertinya Dimas tidak ingin berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara's Life
Fiksi Remaja[SELESAI-Sekuel Clara's Mission] Kisah selanjutnya tentang kehidupan Clara setelah menjalin hubungan dengan Dimas. Dimas selalu berubah seperti memiliki kepribadian ganda, Clara tahu. Semua orang juga tahu. Tapi, kali ini berbeda. Dimas benar-benar...