19. Di Sampingmu

74 12 3
                                    

"Bahkan di saat kau memintaku untuk pergi, aku akan tetap berdiri di sampingmu untuk mendengar keluh kesahmu dan untuk memastikan kamu tidak akan pernah kesepian."

•••✏️•••

Gisel yang sedang menopang dagu menggunakan kedua tangannya menatap Clara yang begitu lahap menyantap makanan yang dibawanya. Gadis itu terlihat seperti orang yang tidak makan berhari-hari.

Makanan di mulutnya belum sempat ditelan, dia sudah memasukkan makanan lagi sehingga membuat mulutnya penuh.

"Enak?" tanya Gisel pada akhirnya.

Clara mengangguk antusias sebagai respon, kemudian meneguk air mineral yang dia beli di kantin tadi.

"Ini masakan gue sama Tante Helena. Pasti enak, lah," katanya menyombongkan diri. "Mau cobain?"

Gisel memutar bola matanya malas. "Lo mau gue makan tulang?"

Clara cengengesan karena memang makanannya sudah habis. Hanya tersisa satu tulang paha ayam. Jika Gisel tidak keberatan, Gisel bisa menyantapnya. Tapi, itu sangat tidak mungkin.

"Oh, ya. Jadi, gimana rasanya jadi 'pembantu' di rumah pacar sendiri?"

"Hm, gimana, ya? Aku merasa udah jadi ibu rumah tangga yang baik. Itu aja, sih," jawab Clara setelah berpikir panjang. Dia juga bingung harus menjelaskan bagaimana rasanya, karena rasanya campur aduk. Tidak bisa dijelaskan satu per satu.

"Gue, kan, udah janji kalau gue akan bantu lo lewatin semua ini. Tapi, sebagai sahabat sekaligus saudara lo, gue gak tega, sih, lihat perjuangan lo yang berlebihan kayak gini."

"Jangankan lo. Gue juga gak tega sama diri gue sendiri."

"Gak bisa pakai cara lain, ya?"

Clara mengedikkan bahu sambil memainkan jari-jari tangannya. "Yang bisa gue lakuin, ya, cuma ini untuk sekarang."

Terdengar Gisel menghembuskan nafas gusar setelah mendengar jawaban Clara.

"Oh, ya, tadi gue dapat kejutan misterius dari Lily."

Mata Gisel membulat. "Serius?"

"Iya. Gue dikasih surat," Clara mengeluarkan surat tadi untuk ditunjukkan kepada Gisel, "dan bung—ya, ampun! Bunganya ketinggalan di mobil Dimas!"

"What?! Mobil Dimas? Kok bisa ketinggalan di situ?" cecar Gisel kaget sekaligus penasaran.

"Gue lupa kasih tahu lo, ya? Jadi tadi gue dianterin sama Dimas ke sekolah. Saat udah dekat sekolah, tiba-tiba ada dua anak nyamperin terus kasih bunga lili. Nah, abis itu ada tukang sayur lewat terus kasih surat itu." Clara menjelaskan kepada Gisel.

Tatapan Gisel beralih ke arah lipatan kertas yang Clara taruh di atas meja. Gisel yang penasaran pun langsung membaca isi surat itu.

"Terus gimana? Lo dapat petunjuk siapa dia, mungkin?" tanya Gisel setelah membaca surat itu.

"Gisel, udah berapa kali gue bilang kalau fokus utama gue sekarang bukan buat nyari tahu siapa Lily? Kalau gue fokusnya di situ, bakalan percuma. Gue gak akan menemukan petunjuk apa-apa sampai akhirnya dia sendiri yang kasih petunjuk."

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang