01. Ulang Tahun Clara

195 23 5
                                    

“Semakin bertambahnya usia,
semakin singkat waktu di dunia.
Lakukan hal yang berharga.
Hidup di dunia tak akan lama.”

•••✏️ •••

"Pengen juga digituin," kata Clara sambil memasang wajah memohon. Semoga saja Dimas bisa mendengar apa yang dia katakan. Namun, yang terjadi adalah Dimas ikut bertepuk tangan bersama teman-temannya yang lain saat Farel memasangkan kalung di leher Gisel.

Hari ini, Gisel berulang tahun yang ke tujuh belas. Jadi kedua orang tua Gisel mengatur pesta sederhana di rumah untuk merayakannya. Tidak banyak orang yang diundang, hanya beberapa teman sekolah, dan para tetangga. Itu adalah permintaan Gisel karena dia memang tidak menginginkan adanya pesta besar-besaran yang hanya menghabiskan banyak uang. Perayaan yang sederhana seperti ini juga cukup menurutnya.

Clara memanyunkan bibir kesal. Sepertinya Dimas tidak mendengarnya, atau pura-pura tidak dengar.

"Romantis banget, sih." Kali ini Clara sengaja mengeraskan suaranya dengan harapan Dimas akan mendengar apa yang dia katakan, sehingga bisa memberikan inspirasi bagi Dimas untuk memberi kejutan di hari ulang tahunnya yang tinggal dua hari lagi.

Sayangnya Dimas tidak merespon. Jangankan merespon, menoleh ke arahnya pun tidak. Jadi, Clara hanya bisa menghembuskan nafas kasar lalu menatap ke arah Farel dan Gisel yang sedang romantis-romantisnya di depan sana.

"Gue telat." Seseorang tiba-tiba berdiri di samping Clara dengan nafasnya yang ngos-ngosan. "Udah pada makan belum?" tanyanya pada Clara dan Dimas.

"Eh, Kak Gama. Belum, Kak. Tenang." Clara tersenyum lebar. Dimas mengamati senyuman itu.

"Lo cantik, deh, pake gaun itu," puji Gama setelah melihat penampilan Clara yang memang terlihat cantik. Gadis itu mengenakan gaun berwarna hijau tosca.

Clara menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga sambil tersenyum malu-malu. "Makasih." Saat matanya tidak sengaja menatap Dimas, dia bisa melihat tatapan tidak mengenakkan yang dipancarkan Dimas.

Sepertinya ada yang cemburu. Clara berkata dalam hati. Rasain! Makanya pacarnya dipuji dikit, biar gak dipuji cowok lain.

Sebuah ide cemerlang hinggap di otaknya. Clara mengalihkan tatapannya dari Dimas untuk menatap Gama. "By the way, Kak Gama juga ganteng pake kemeja itu."

"Wah, wah, wah, makasih. Gak salah emang gue pilih kemeja ini. Cocok banget, ya?"

"Iya, cocok banget."

Gama tertawa senang. Namun, tawanya perlahan memudar saat matanya berpas-pasan dengan mata Dimas yang sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Eh, Dimas." Gama terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue ... samperin yang lain dulu, ya." Untuk menghindari tatapan itu, Gama pergi meninggalkan mereka.

Clara tersenyum puas melihat ekspresi wajah Dimas yang seperti itu. Awalnya tatapan itu menyeramkan, tapi lama-kelamaan Clara merasa lucu jika melihat tatapan itu.

"Jangan gitu."

"Kenapa?" Clara langsung menatap Dimas yang berbicara kepadanya.

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang