06. Kabar Perpisahan

112 15 1
                                    

"Jangan khawatir.
Dia yang pergi akan kembali lagi jika dia memang ditakdirkan untukmu."

••• ✏️•••

Karena begitu khawatir dengan keadaan Dimas, Clara memutuskan meminta izin untuk membawa Dimas pulang.

Untunglah pihak sekolah bisa mengerti dan memberi izin untuknya membawa Dimas pulang. Clara juga meminta bantuan Farel untuk mengendarai mobil Dimas, padahal Dimas sudah bilang kalau dia bisa mengendarai mobilnya sendiri.

"Khawatirmu berlebihan, Clara."

Clara menoleh ke arah Dimas, sementara Farel menggeleng-gelengkan kepalanya ketika mendengar Dimas mengatakan itu.

"Karena kamu gak khawatir sama diri kamu sendiri, aku memutuskan untuk berlebihan dalam mengkhawatirkanmu."

"Rel, ke rumah sakit."

"Oke." Farel yang tahu alasan Dimas menyuruh untuk diantarkan ke rumah sakit pun menurut. Sementara Clara tersenyum lega karena tanpa diminta Dimas mau periksa ke dokter.

Hampir dua puluh menit setelah keluar dari lingkungan sekolah, mereka akhirnya tiba di rumah sakit.

"Kalian duluan aja. Gue nyari tempat parkir dulu," kata Farel setelah Dimas dan Clara sudah keluar dari mobil.

Mereka berdua pun berjalan beriringan memasuki gedung rumah sakit. Hingga akhirnya, Clara terheran-heran karena mereka berhenti tepat di salah satu kamar rawat.

"Loh, kenapa—"

"Masuk," kata Dimas mempersilakan Clara untuk masuk duluan.

Clara yang sempat merasa heran memilih untuk masuk agar rasa penasarannya tentang siapa yang dirawat akan terjawab.

"Permi—" Alangka terkejutnya Clara saat melihat bahwa ternyata yang sedang dirawat adalah Galen. "Om Galen?" Clara menoleh ke belakang untuk menatap Dimas sebelum berjalan mendekati Galen.

"Bi, Om Galen kenapa?" tanyanya pada Bi Lina yang sedang merapikan nakas.

"Kalian datang." Bi Lina tersenyum lebar. "Penyakitnya kambuh, Neng."

"Om Galen sakit apa?"

"Jantung."

"Ya, ampun." Clara menatap Galen yang sedang tertidur dengan tatapan tidak percaya.

"Baru tidur?" tanya Dimas pada Bi Lina. "Iya, Mas."

"Apa kata Dokter?"

"Dokter bilang Tuan jangan terlalu banyak pikiran, harus banyak istirahat, dan rutin minum obat," jawab Bi Lina.

"Jagain baik-baik. Jangan bilang saya ke sini," kata Dimas sambil menarik tangan Clara untuk keluar dari ruangan tempat ayahnya dirawat.

"T-tapi, Dim—"

"Itu alasan aku mukul Rangga."

"Maksudnya?"

"Selebihnya privacy."

Clara menatap tangannya yang sedang digenggam oleh Dimas. Senyumannya mengembang.

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang