"Mungkin dia peduli,
atau mungkin juga kamu yang terlalu berharap."••• ✏️•••
Baru sekitar tiga detik Clara duduk di atas jok motor, gadis itu langsung mengeluarkan keringat dingin. Kenangan itu muncul lagi saat dia memejamkan matanya. Tubuhnya gemetar. Dimas bisa merasakannya.
"Pegang pundak aku," kata Dimas.
Dengan tangan yang gemetar, Clara memegang pundak Dimas. Kenangan itu tidak kunjung hilang. Kedua tangan Clara beralih mencengkeram lengan Dimas dengan erat.
"Jangan tutup mata," kata Dimas lagi saat melihat ternyata saat ini Clara sedang menutup mata. Clara membuka matanya dengan nafas yang memburu dan jantung yang berdegup cepat.
"A-ku gak—"
"Kamu bisa," potong Dimas cepat.
Air mata yang berusaha dia tahan dari tadi akhirnya menetes.
"Peluk aku." Dimas memegang kedua tangan Clara, lalu melingkarkannya pada perutnya. "Kita mulai, ya?"
Clara tidak menjawab. Dia masih berusaha menghilangkan kenangan buruk itu dari ingatannya. Sedangkan Dimas mulai menjalankan motor itu secara perlahan.
"I love you, Clara." Satu kalimat yang tiba-tiba keluar dari mulut Dimas membuat Clara terpaku beberapa saat. Tepat setelah Dimas mengatakan kalimat itu, kenangan yang membuatnya berkeringat dingin hilang dalam sekejap.
"I love you," kata Dimas lagi. Clara yang awalnya menangis sekarang tersenyum tipis.
"I love you too, Dimas."
Dimas melirik Clara melalui kaca spion. Dia kemudian tersenyum saat melihat Clara sudah lebih baik dari sebelumnya.
"The wheels on the motorcycle go round and round, round and round, round and round. The wheels on the motorcycle go round and round, all through the town." Dimas tiba-tiba menyanyikan lagu anak yang berjudul The Wheels on the Bus. Bahkan Clara tidak tahu lagu itu. Apakah Dimas sering mendengarkannya? Anehnya lagi, Dimas mengganti lirik yang sebenarnya 'Bus' menjadi 'Motorcycle'.
Saat mendengar Dimas menyanyikan lagu itu, Clara tertawa kecil.
"The horn on the motorcycle goes 'beep, beep, beep', 'beep, beep, beep', 'beep, beep, beep'. The horn on the motorcycle goes 'beep, beep, beep' all through the town." Dimas terus menanyikan lagu itu, kali ini sambil menekan klakson.
"Dim, udah! Sakit perut aku karena ketawa." Clara memukul pelan pundak Dimas sambil mencoba untuk meredakan tawanya. Perutnya sudah cukup sakit karena ulah Dimas.
Seseorang yang dingin dan sulit berekspresi seperti Dimas ternyata menyimpan sisi funny yang tidak diketahui banyak orang.
"Kok bisa tahu lagu itu, sih?" tanya Clara penasaran.
"Sering dengar."
"Hah? Di mana?"
"Kalau ke rumah Gama. Adiknya suka nonton itu."
Clara kembali tertawa. "Hebat kamu. Cuma dengar doang bisa sehafal itu."
"Aku juga hafal Baby Shark."
KAMU SEDANG MEMBACA
Clara's Life
Fiksi Remaja[SELESAI-Sekuel Clara's Mission] Kisah selanjutnya tentang kehidupan Clara setelah menjalin hubungan dengan Dimas. Dimas selalu berubah seperti memiliki kepribadian ganda, Clara tahu. Semua orang juga tahu. Tapi, kali ini berbeda. Dimas benar-benar...