14. Kenalin, Namaku Clara

77 13 1
                                    

"Jika kau anggap semuanya sudah berakhir, tidak apa-apa. Aku bisa membuatnya mulai lagi dari awal."

•••️ ✏️•••

Sengaja Clara memelankan langkahnya seraya menyipitkan mata ketika melihat Stefan sedang menunggu seseorang di pos satpam.

Tentu saja Clara begitu percaya diri bahwa alasan Stefan berada di sini adalah untuk bertemu dengannya. Untuk apa lagi Stefan di sini? Mendaftar sekolah di sini? Tidak mungkin, 'kan?

Begitu Stefan melihatnya, cowok itu melambaikan tangannya. Padahal tanpa Stefan melambaikan tangan Clara sudah melihat Stefan sejak tadi.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Clara jutek.

"Jemput kamu."

Benar, 'kan? Jadi, jangan bilang kalau Clara kegeeran karena kenyataannya memang seperti itu.

"Ngapain jemput aku?"

"Kangen."

Mata Clara membulat sempurna saat Stefan mengatakan bahwa Stefan merindukannya. Kenapa Stefan begitu mudah mengucapkan kata itu? Apa mungkin Stefan lupa status mereka sekarang apa?

"Gila, ya?" Clara menyadarkan dirinya sendiri.

"Becanda doang, kok." Stefan mengacak rambut Clara gemas.

"Ih, jangan gituin aku! Kalau ada yang lihat, gimana?" Karena perlakuan Stefan yang menurutnya sudah melebihi batas wajar, Clara jadi murka.

"Kenapa? Mau lapor sama pacar kamu yang di New York itu?"

"Di New York? Hah! Dasar kurang update! Dia udah pulang kali."

Iya, sudah pulang. Bahkan sekarang sangat dekat dengannya. Dari sekolah ini Clara hanya perlu naik ojek selama sepuluh menit untuk menemuinya. Tapi anehnya, Clara merasa sangat jauh. Seakan mereka ada di dunia yang berbeda.

"Udah pulang?" tanya Stefan penasaran. "Kok aku gak tahu?"

"Buat apa juga kamu tahu?"

Menurut Stefan, ada sesuatu yang aneh dari Clara. Harusnya karena Clara sudah bertemu dengan Dimas, kondisinya akan semakin lebih baik. Tapi, kenapa yang dilihatnya justru sebaliknya?

Akhir-akhir ini kondisi Clara jauh lebih buruk di banding kondisinya saat Dimas berada di New York.

"Aku udah pesan taksi online. Bentar lagi sampai," ajak Stefan.

"Yang mau pulang bareng kamu siapa?" Mungkin Clara sudah sedikit keterlaluan karena menolak ajakan Stefan. Tapi, kan, saat ini Clara harus ke rumah baru Dimas. Dia sangat merindukan Dimas, ya, meskipun mungkin saat bertemu dengan Dimas ada hal menyakitkan yang akan dia alami.

"Kayaknya itu, deh, taksinya." Tanpa basa-basi lagi, Stefan menarik tangan Clara untuk ikut dengannya. Clara berusaha memberontak, tapi cekalan Stefan cukup kuat.

"Ih, kamu kenapa, sih?" tanya Clara dengan nada jengkel. Ini adalah untuk yang pertama kali Stefan memperlakukannya secara kasar, yaitu dengan mencekal tangannya dengan sangat erat.

Clara's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang