Seorang pria gagah memasuki ruang pemulihan. Dengan di kawal 5 pengawal hebat, ia mengampiri seorang tabib tua yang kini di sibukkan dengan seorang wanita yang tak sadarkan diri.
“Bagaimana keadaannya?”
“Dia baik-baik saja Patih. Hanya mengalami patah tulang pada bagian tangan dan beberapa luka memar di bagian perut dan dada.”
“Memar? Apa ular itu sudah melilit tubuh wanita itu?”
“Sepertinya bukan karena lilitan ular Patih. Luka memarnya terlihat seperti bekas luka pukulan dari benda tumpul.”
Lantas patih itu berpikir kembali, dan mengingat-ingat kejadian yang menimpa wanita malang yang kini tergeletak tak sadarkan diri.
“Apa mungkin karena dia sempat terjatuh dari atas pohon bisa saja ia membentur bebatuan di bawah?”
“Saya tak yakin, Patih. Jika memang karena jatuh dan membentur batu. Tentu tulang rusuknya akan hancur. Dan terlebih, luka memarnya ini lumayan banyak, saya kira bukan karena terjatuh dari pohon. Saya juga mencium bau tanaman kumis kucing dan seledri yang dimana di gunakan untuk meredam rasa nyeri dan mempercepat penyembuhan luka memar,” jelas tabib itu terperinci.
“Berati sebelumnya dia sudah terluka?”
“Dugaan saya seperti itu, Patih.”
Sang patih diam untuk memikirkan hal yang mengganggu pikirannya. Ia melihat wanita yang masih tertidur itu dengan dalam.
“Ini sungguh aneh,” gumam sang Patih masih berpikir keras.
Di tengah sang Patih yang masih berpikir keras seorang prajurit dengan pakaian serba hitam datang dan langsung bersimpuh untuk membawa kabar.
“Lapor, Patih Wiro. Kami sudah melakukan pemeriksaan di lokasi di temuannya siluman ular Xeda.”
“Lalu hasilnya?”
“Kami menemukan sebuah tas yang kami duga milik wanita itu. Lalu kami menemukan jejak kaki yang berasal dari arah utara.”
“Arah utara?” Patih Wiro mengerutkan kening. Tampaknya, dugaannya benar.
Patih Wiro, dari kerajaan jawa timur, merupakan patih yang pandai dalam bidang pengamatan serta strategi. Selain itu dirinya juga sangat pandai dalam ilmu bela diri tangan kosong. Ia juga memiliki tubuh yang besar dan tinggi, serta otot yang terbentuk sempurna pada tiap inci tubuhnya. Wajahnya yang garang membuat siapa pun yang melihatnya akan ketakutan. Terlebih aura petarung yang selalu terpancar darinya, membuat pendekar kelas teri akan langsung menjauh dan tak mau berurusan dengannya. Bahkan para prajurit dan pendekar kerajaan pun mempunyai rasa takut padanya.
“Terima kasih atas laporannya, kau bisa kembali ke pos,” perintah patih Wiro pada prajurit yang melapor.
Selepas prajurit itu pergi meninggalkan ruangan, patih Wiro memerintah salah satu dari 5 pengawalnya untuk menemui empu Suro.
“Katakan pada empu Suro untuk menemuiku sekarang,”
“Baik, Patih,” jawab pengawal tersebut sambil memberi hormat lalu pergi.
Sebelum beranjak menuju ruangannya, Patih Wiro menyempatkan diri untuk melihat kembali kondisi Yena. Ia merasakan ada seauatu yang ganjil dengan wanita itu. Namun ia masih belum tahu apa, dan hanya menduga-duga dalam hatinya.
“Tabib, tolong sembuhkan wanita ini secepatnya. Jika dia sudah sadar cepat beritahu padaku. Ada banyak pertanyaan yang ingin aku ajukan padanya saat ia sadar.”
“Baik, Patih. Hamba akan merawatnya sebaik mungkin, dan akan memberitahu patih jika wanita ini sudah siuman,” jawab tabib itu sambil menundukkan wajahnya.
“Terima kasih.”
Lantas patih Wiro meninggalkan ruangan pemulihan untuk menemui empuh Suro sesegera mungkin.
***
Empu Suro masih diam menanti sang patih membuka suara. Beliau tak berani membuka suara terlebih dahulu karena takut akan menyinggung sang patih. Terlebih, kini patih Wiro masih terdiam memandangi beberapa benda dan obat-obatan yang berasal dari tas milik Yena.
“Empu, apa kau pernah mendengar tentang gunung Selatan?” akhirnya patih Wiro memulai pembicaraan. Namun matanya masih memandangi obat-obatan yang berada di depannya. Beberapa obat-obatan itu menarik perhatiannya.
“Pernah, Patih. Tapi hamba belum pernah melihat gunung itu secara langsung,” jawab empu Suro.
“Apa ada sesuatu yang mengusik pikiran patih? Saya melihat, patih tampak gelisah,” lanjut empu Suro penuh hormat.
“Laporan dari prajurit Elang mengatakan, jika jejak wanita itu berasal dari utara.”
Empu Suro langsung bisa mengerti maksud pembicaraan patih Wiro saat mendengar kata utara.
“Apa patih berpikir, jika wanita itu sedang mencari gunung selatan?” tebak empu Suro untuk meyakinkan dugaannya.
“Benar.”
“Gunung selatan, merupakan sebuah mitos, Patih. Hamba sendiri yang sudah menggeluti ilmu gaib selama hidup hamba, belum pernah melihatnya sekalipun.”
“Namun menurut kabar, gunung itu benar-benar ada. Empu Gading dari kerajaan sumatra selatan pernah melihatnya saat melakukan kunjungan ke kerajaan jawa tengah. Dan menurut kabar yang beredar ada 3 orang yang katanya pernah ke gunung itu.”
“Maaf Patih, jika ucapan saya lancang. Tapi kabar seperti itu tak bisa di pastikan kebenarannya. 3 orang yang katanya pernah ke gunung selatan, tak jelas asal usulnya. Dan empu Gading,,,” empu Suro menahan sejenak kata-katanya, “Mungkin beliau salah mengira.”
Pernyataan empu Suro langsung membuat Patih Wiro menatapnya tajam. Patih Wiro merasa jika dugaannya yang mengira jika Yena hendak pergi ke gunung selatan di pandang sebelah mata oleh empu Suro. Dan terlebih, secara tak langsung empuh Suro telah meremehkan empuh Gading dari kerajaan Sumatra Selatan. Hal itu tentu membuat patih Wiro tak senang. Patih Wiro sangat menghormati kerajaan-kerajaan d tanah Nusantara. Tanpa terkecuali para empu dari tiap kerajaan.
Namun di sisi lain, patih Wiro masih memberi maklum pada empu Suro. Keberadaan gunung selatan memang tak bisa di prediksi dan benar-benar sangat mustahil untuk di temukan, bahkan bagi ahli gaib sekalipun.
“Kau tahu tanaman kumis kucing?” tanya patih pada empu Suro mengubah arah pembicaraan.
“Iya patih, saya pernah mendengarnya. Namun belum pernah melihatnya secara langsung.”
“Tanaman ini berasal dari Alas Tengah, dan tentu itu letak yang sangat jauh dari sini. Dengan berkuda saja, membutuhkan waktu seminggu untuk sampai ke Alas Tengah.”“Itu berarti,,,”
“Iya, kemungkinan dia sudah berjalan selama berminggu minggu untuk sampai ke sini. Mungkin itulah yang menyebabkan kenapa di bisa di serang siluman ular xeda. Itu karena ia tak tahu lokasi yang ia lewati merupakan Hutan Gelap, sarang para siluman ular. Tapi,,,”
Patih Wiro masih memiliki dugaan lain, yang berhubungan dengan luka memar Yena. Namun ia belum mampu menemukan gambaran mengenai hal itu.
“Tapi apa Patih?”
“Luka memar yang di alami wanita itu sungguh masih meninggalkan tanda tanya bagiku. Apa dia di serang perampok?”
Empu Suro tak mampu memberi komentar apa-apa, karena beliau tak ikut dalam penyeledikan Yena, serta tak melihat kondisi Yena secara langsung. Ia di panggil patih Wiro hanya untuk mendiskusikan dugaan patih Wiro atas dugaannya mengenai gunung selatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1)
Adventure[21+] Harap bersikap bijak dalam memilih bacaan! TERJADI PEMBANTAIAN DI SEBUAH DESA OLEH SEKELOMPOK PERAMPOK BERNAMA PENUNGGANG KEMATIAN, MENYISAKAN SEORANG WANITA BERNAMA YENA, YANG DIBIARKAN HIDUP DENGAN MENYIMPAN DENDAM TERHADAP KELOMPOK PERAMPO...