😤😘 Halo semua, gimana nih kabarnya? Semoga sehat selalu ya. 😁😁😁
Oh ya, budayakan vote usai membaca ya,,,, agar saya jadi jauuuhhh lebih semangat lagi untuk menulis. Gak butuh waktu lama kok. Cuma 2 detik saja. Dan kalau bisa kasih komen ya,,, karena mungkin banyak typo atau kalimat yang tdk sesuai dalam cerita ini. Kalian boleh komen dan memberi masukan.
😂😂😂
Sekian atas Perhatian terima kasih dan selamat membaca.
😎😎😎Sesuai rencana yang telah dibentuk bersama siluman Merah, Yena membawa pak Jian ke kamarnya saat tengah malam tiba. Ini adalah langkah awal untuk mereka agar rencana yang sudah mereka susun, bisa berjalan dengan lancar.
"Apa benar ada tikus dalam kamarmu?" tanya pak Jian saat untuk ketiga kalinya saat sampai di depan pintu kamar Yena.
Pak Jian seperti tidak percaya dengan apa yang di katakan Yena. Karena ia yakin betul jika penginapan ini jauh dari hama. Bahkan di dapur pun tidak pernah terlihat ada kecoak yang berkeliaran.
"Benar Pak,,, tadi waktu saya tidur tikusnya berada tepat di samping muka saya," terang Yena dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya agar pak Jian percaya.
Melihat wajah serius Yena, Pak Jian jadi tak mempunyai pilihan lain selain percaya dengan apa yang diucapkan Yena.
Pak Jian meminta Yena untuk segera memberi tahu di mana tikus itu berada. Jika memang benar ada tikus di kamar ini, pak Jian berencana untuk melakukan pembersihan dan mencari asal datangnya tikus tersebut.
Yena celingukan, namun tentunya tidak untuk mencari tikus itu berada, karena tikus itu sejatinya memang tak ada. Hanya alasan Yena saja agar pak Jian mau ke kamarnya.
Yena akhirnya menunjuk satu arah.
"Sepertinya dia dia lari ke bawah meja Pak," ujar Yena menunjuk ke arah meja rias.
Berbekal kayu sepanjang 1 meter yang dibawanya dari dapur, pak Jian berusaha merogoh bagian bawah meja. Tubuhnya yang sudah renta membuatnya sedikit kesusahan saat merogoh kolong meja yang sempit.
"Sepertinya tidak ada apa-apa di bawah sini, Nona," kata pak Jian usai merogoh-rogoh kolong meja yang Yena tunjuk.
"Pasti ada Pak, coba cari lagi,,," bujuk Yena.
Pak Jian kembali merangkak memeriksa kolong tersebut.
Di saat pak Jian memeriksa kolong meja kembali, Yena perlahan mendekati pak Jian dan mulai mengeluarkan belati Songgoh Nyowo yang ia sembunyikan dibalik bajunya.
Dengan keraguan yang sekuat tenaga ia pendam, Yena menusukkan belati Songgoh Nyowo ke punggung pak Jian sekuat tenaga. Seketika pak Jian terkapar, namun masih tetap hidup dan sadar.
"Ahh!!! Seharusnya kau tusuk tepat di jantungnya,,," protes siluman Merah saat mendadak muncul dari persembunyiannya.
"Iya aku tahu itu! Aku masih belum terbiasa melakukan ini!" kilah Yena.
"Hei! Kau sudah membunuh 5 nyawa dan juga memakan jantung mereka. Apa itu masih belum cukup untuk membuatmu terbiasa melakukan hal ini?"
Pak Jian yang masih hidup dan tetap sadar begitu terkejut dengan ucapan siluman Merah barusan. Seketika ia jadi tahu siapa dalang di balik kematian Lakso.
"Jangan sama kan yang kemarin-kemarin dengan yang sekarang. Yang sekarang ini agak berbeda..."
"Tak perlu memakai alasan, membunuh tetap saja membunuh. Terlebih untuk saat ini kau tak perlu sampai menyiksa mereka. Jadi seharusnya ini lebih mudah bagimu."
Yena mendengus kesal. Lalu mencabut belatinya dari punggung pak Jian.
Saat belati Songgoh Nyowo dicabut dari tubuhnya, barulah pak Jian bisa menggerang karena kesakitan. Pak Jian yang sadar 100% jika nyawanya sedang terancam mencoba untuk berteriak sekuat tenaga sebelum nyawanya melayang. Namun belum sempat dia melakukan itu, Yena sudah terlebih dahulu menusukkan kembali belati Songgoh Nyowo. Kali ini tepat di jantungnya. Membuat pak Jian kembali terkapar dan tak mampu bergerak atau berbicara sepatah kata pun.
"Nah, kalau bagian vitalnya sudah tertusuk seperti itu, saat kau cabut belatinya, dia akan langsung mati. Oleh karena itu untuk 91 korbanmu selanjutnya, usahakan untuk menyerang jantung atau kepalanya," ucap siluman Merah dengan senyum yang terlihat menyebalkan dimata Yena.
"91 nyawa? Lagi?" batin pak Jian terkejut, ia sampai mengindahkan rasa sakit di dada dan punggungnya akibat tertusuk belati Songgoh Nyowo.
Di ambang kematian, pak Jian mulai membayangkan apa yang akan terjadi usai Yena menghabisinya. 91 penduduk desa akan di bantai Yena. Itu sama saja dengan membunuh ¼ penduduk desa Keputeh.
Pak Jian tak mampu menghapus kekhawatirannya, terlebih cucunya, Ira, bisa saja menjadi korban.
Pak Jian berusaha menggerakkan tubuhnya. Ia juga berusaha keras untuk menjerit atau memohon pada Yena untuk tidak membunuh Ira. Namun semua usahanya itu sia-sia.Diambang kematian, dan rasa putus asa, pak Jian meneteskan air mata. Kini ia hanya bisa berharap pada Dewa agar cucunya bisa selamat. Meskipun kemungkinan itu sangatlah kecil. Karena Ira, sedang ada di penginapan ini.
**
Usai membunuh pak Jian dan mendapatkan semua kunci kamar penginapan, Yena dan siluman Merah melanjutkan rencana mereka. Satu persatu penghuni kamar di bunuh Yena. Dengan di bantu siluman Merah Yena sama sekali tak mengalami banyak kesulitan. Rencana mereka berjalan lancar. Namun,,, di balik lancarnya rencana mereka, siluman Merah tak henti mengeluh.
"Sial,,, ini sangat tak memuaskan,,," keluh siluman Merah saat memakan habis satu persatu korban yang di bunuh Yena. Ia bertugas sebagai pelahap, memakan semua jasad agar tidak meninggalkan jejak atau pun bau bangkai.
"Jangan mengeluh, cepat habiskan," seru Yena sambil memakan 1 jantung korban untuk selingannya menanti siluman Merah memakan habis tubuh seorang wanita muda.
"Ah,, seandainya si tungku bulat itu ada di sini. Pasti makanku akan lahap dan menyenangkan," rengek siluman Merah.
Usai memakan hampir 28 orang dari 19 kamar, keduanya berlanjut ke kamar terakhir yang berada di lantai bawah paling ujung. Namun saat Yena hendak menusukkan belati Songgoh Nyowo ke penghuni kamar yang sedang tidur tersebut, tiba-tiba penghuni kamar itu mengubah posisi tidurnya. Dari yang membelakangi Yena, berubah jadi terlentang. Sehingga terlihat jelas siapa yang sedang tidur di sana.
"I-ra?" celetuk Yena terperangah.
"Wah wah wah,,, si gadis manis yang lezat. Ayo cepat habisi dia, aku ingin tahu seenak apa dagingnya," ucap siluman Merah merasa tak sabar. Nafsu makannya yang turun mendadak bangkit saat ia tahu Ira akan menjadi mangsa selanjutnya.
"Kita cari orang lain."
Yena langsung memutar tubuhnya dan mulai beranjak keluar. Siluman Merah yang sebelumnya antusias jadi termanggu melihat keputusan Yena.
"Hoi hoi, kenapa kau membiarkannya,,, itu tadi korban yang mudah dan lezat. Apa kau-"
Belum selesai siluman Merah berbicara, Yena langsung menghunuskan belati Songgoh Nyowo tepat di leher siluman Merah. Membuat siluman Merah langsung mengangkat kedua tangannya sebagai bentuk menyerah dan tak akan macam-macam.
Siluman Merah bisa menghela nafas panjang usai belati itu ditarik Yena dari lehernya.
"Ah kau ini, seharusnya jangan terlalu pilah pilih."
"Dia masih muda, dan juga gadis yang baik. Aku tak bisa membunuhnya."
"Apa kau bodoh, menurutmu kau dulu seperti apa?"
Yena berhenti melangkah. Sorot matanya menjadi redup dan di penuhi penyesalan.
"Aku yang sekarang, adalah sebuah kobodohan dan kelemahan. Seharusnya, malam itu aku mati saja. Dari pada terjebak dengan dendam seperti ini. Tapi Ira, aku harap ia tak akan mengikuti ku, karena aku tahu dia bukan wanita yang bodoh dan lemah sepertiku."
Siluman Merah menggeleng tak mengerti. Jawaban Yena sudah membuat kepalanya pusing.
"Terserah kau saja," celetuk siluman Merah berjalan melewati Yena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1)
Adventure[21+] Harap bersikap bijak dalam memilih bacaan! TERJADI PEMBANTAIAN DI SEBUAH DESA OLEH SEKELOMPOK PERAMPOK BERNAMA PENUNGGANG KEMATIAN, MENYISAKAN SEORANG WANITA BERNAMA YENA, YANG DIBIARKAN HIDUP DENGAN MENYIMPAN DENDAM TERHADAP KELOMPOK PERAMPO...