Gejolak Desa Keputeh (bagian 2)

1.8K 171 7
                                    

Sesuai perintah yang diberikan oleh Kepala Desa, pemeriksaan identitas pun segera di mulai. Beberapa pendekar, serta petugas keamanan di kerahkan untuk menjaga ketertiban selama pemeriksaan identitas berlangsung.

Banyak yang mengeluh atas pemeriksaan dadakan ini. Karena mau tak mau mereka harus menutup toko mereka untuk beberapa jam kedepan. Namun mereka yang mengeluh masih bisa maklum, karena berita yang mereka dengar dari mulut ke mulut itu, terdengar begitu mengkhawatirkan. Dan tentunya mereka sadar bahwa ini semua untuk keselamatan dan keamanan mereka juga.

Tak hanya memeriksa pendatang dan penduduk asli desa Keputeh, para gelandangan pun juga tak luput pemeriksaan, namun sayangnya, hampir 90% gelandangan yang ada, mereka tak memiliki identitas diri. Banyak yang beralasan bahwa tanda penduduk mereka hilang atau sebagainya. Namun para petugas tetap mengamankan mereka sesuai prosesur yang di berikan oleh Kepala Desa.

“Bagaimana perkembangannya sejauh ini? Apa ada tanda-tanda?” tanya Kepala Desa yang ikut turun tangan dalam mengawasi pemeriksaan identitas penduduk.

“Masih terkendali, Pak. Hanya saja banyak yang tak memiliki identitas diri. Untuk saat ini dari penduduk desa Keputeh sendiri, ada sekitar 13 orang tidak memiliki identitas. Lalu untuk pendatang ada sekitar 6 orang, itu terdiri dari 6 pedagang luar desa. Lalu untuk tuna wisma, ada 34 orang. Dan jumlah ini masih bisa bertambah, Pak,” jelas sekretaris Desa.

“Kalau begini, kita harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada orang-orang yang tidak mempunyai identitas, pasti salah satu dari mereka, merupakan siluman.”

Sudah hampir tengah hari pemeriksaan berlangsung, dan hampir setengah wilayah desa sudah di periksa. Tak ada satu pun orang boleh keluar atau pun masuk ke wilayah desa Keputeh selama pemeriksaan identitas belangsung. Semua wilayah di luar desa di jaga ketat oleh petugas keamanan serta pendekar.

***

Yena sedang tidur dalam kamarnya saat tiba-tiba seorang mengetuk pintu kamarnya. Yena bergegas membukakan pintu tersebut, dan menemukan seorang pria tua yang tak lain adalah pemilik penginapan.

“Ada apa Pak?” tanya Yena heran. Ia melihat wajah panik pada muka pemilik penginapan tersebut.

“Sebentar lagi petugas akan datang melakukan pemeriksaan identitas. Saya sarankan nona untuk segera menyiapkan identitas nona. Dan juga mohon kerja samanya. Saya ingin pemeriksaan ini berlangsung aman dan lancar agar tidak terjadi kekacauan,” jelas pemilik penginapan itu.

Yena menjadi panik. Identitas? Tentu saja dirinya saat ini tak memilikinya. Identitasnya tertinggal di desanya yang sudah musnah terbakar.

“Ba-baik, Pak. Terima kasih atas informasinya. Saya akan menyiapkannya.”

“Baguslah kalau begitu, aku akan mengingatkan penghuni kamar lainnya.”

Selepas perginya pemilik penginapan, Yena menjadi bingung dan panik. Ia tak tahu untuk apa pemeriksaan identitas ini dilakukan. Namun dirinya yakin, ini ada kaitannya dengan kematian Lakso.

“Sial! Seharusnya ku kubur jasadnya waktu itu. Aku sangat ceroboh!” batin Yena mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Yena berusaha tenang agar bisa berpikir jernih. Untuk sesaat, dirinya berpikir untuk melarikan diri atau bersembunyi, karena takut jika pemeriksaan identitas ini akan mempersulit dirinya. Namun saat dirinya mengintip keadaan di depan penginapan, dirinya langsung mengurungkan niatnya tersebut. Di depan penginapan sudah ada 6 petugas yang sedang berjaga. Beberapa orang yang hendak keluar dari penginapan pun di larang untuk keluar dan diperintahkan untuk kembali masuk.

“I-ini benar-benar gawat.”

Yena tak tahu mesti bagaimana menghadapi situasi ini. Satu-satu cara adalah melarikan diri. Namun untuk dirinya yang sekarang, tak mungkin baginya melarikan diri. Kecuali jika dirinya memiliki kemampuan seorang pendekar dengan kemampuan tinggi.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang