Desa Keputeh

2.3K 175 5
                                    

Desa Keputeh, merupakan sebuah desa besar yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Membuat desa Keputeh menjadi jalur perdagangan antara 2 wilayah yang sangat ramai. Kebanyakan penduduk desa berprofesi sebagai pedagang. Hanya beberapa belas kepala keluarga saja yang bekerja sebagai petani dan peternak.

Dari pagi sampai menjelang pagi kembali, desa Keputeh selalu ramai. Bisa di katakan desa ini tak pernah tidur.

Sejarah desa Keputeh sangatlah unik. Awalnya desa Keputeh bukanlah desa, melainkan sebuah pos jaga yang berada di dekat perbatasan antara dua wilayah, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pos tersebut biasa di gunakan prajurit kerajaan untuk menjaga perbatasan. Namun kini sudah tak lagi di gunakan lantaran di pindah ke tempat lain yang lebih baik.

Tak jauh dari pos jaga itu, terdapat sebuah peternakan sapi perah milik, Karto, warga desa Banyu yang masih masuk wilayah Jawa Tengah. Suatu hari saat matahari bertengger tenang di ubun-ubun, ada seorang pedagang sayur bernama Sanur yang kelelahan membawa sebuah gerobak. Sanur memutuskan untuk berhenti sejenak guna melepas lelah di pos tersebut. Tanpa sengaja, Sanur melihat Karto yang sedang membawa 2 sapinya untuk di bawa ke hilir. Sanur menghampiri Karto dengan maksud bertanya soal sapi yang di bawanya.

“Sapi perah Pak?” tanya Sanur dengan wajah letihnya.

Karto yang tak menyadari kehadiran Sanur sedikit terkejut. Ia tak langsung menjawab pertanyaan Sanur. Dirinya melihat sekeliling untuk memeriksa keadaan sekitar. Dirinya begitu cemas jikalau Sanur adalah perampok yang hendak mengambil sapinya. Kecemasan Karto bukan tanpa alasan, beberapa waktu lalu ada segerombolan perampok yang katanya melintasi desa tetangga dan menyebabkan kekacauan. Sehingga Karto harus berhati-hati terhadap orang asing. Terlebih, Sanur memiliki perawakan tinggi dan badan yang lebih berotot ketimbang dirinya.

“I-iya, ada apa ya Pak?”

“Apa ada susu sapinya? Kalau boleh, saya mau beli satu gentong.”

Karto sedikit ragu. Ia takut jika dirinya kembali kepeternakan untuk mengambil susu, Sanur akan mengikuti dan melakukan kejahatan padanya.

“Wah, sapi saya lagi sulit menghasilkan susu pak, jadi belum ada kalau untuk di jual,” kilah Karto menolak dengan cara sehalus mungkin.

“Wah benarkah? Sayang sekali. Memang sapi bapak makannya apa, kok sampai sulit menghasilkan susu?”

“Makan rumput saja pak,” jawab Karto sambil terus menerka-nerka kemana arah pembicaraan Sanur. Ia masih begitu waspada dan curiga.

“Di tambahkan gubis dan jagung pak, kasih perasan air tebu sedikit kalau ada. Nanti bakalan melimpah susu sapinya,” tutur Sanur.

“Wah, di sini sulit sekali mendapat jagung pak, cuacananya kurang mendukung. Kalau ada pun harganya lumayan mahal.”

“Mahal berapa pak?”

“Sekitar 5 rupiah.”

“Wah, lumayan mahal juga ya, Pak? Saya kalau jual cuma 2 rupiah pak.”

'2 rupiah?'

Rasa curiga Karto mulai mengendur, ia merasa jika Sanur memang tidak ada niatan jahat padanya.

“Apa Bapak jual sayur-sayuran?”

“Iya, saya jual jagung, tomat, wortel, gubis dan kedelai. Apa Bapak minat? Mumpung saya bawa lebih,” Sanur menawarkan.

“Boleh, dagangan Bapak di taruh di mana?” Karto mengamati ke arah sekitar Sanur untuk menemukan gerobak sayur  miliknya.

“Ada di pos pak, saya tinggalkan gerobak saya di sana.”

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang