Kewaspadaan dari benteng Madura tidak turun sedikit pun selama 2 hari terakhir. Mereka tetap waspada untuk mengawasi wilayah sekitar benteng yang masih terasa damai dan tenang. Seakan tak ada hal berbahaya di luar sana.
Dihyan, Kapten prajurit Serigala Batalion 2 merasa jenuh dalam terowongan bawah tanah. Ia mengutarakan isi hatinya pada anggotanya yang berada tak jauh darinya.
“Bukankah ini sedikit berlebihan untuk menyikapi hal yang belum tentu terjadi?” gumam Dihyan menghela nafas jenuh.
Anggotanya sependapat, namun mereka tak berani berkomentar.
“Sudah dua hari berlalu, tapi belum ada tanda-tanda datangnya musuh. Ku rasa firasat Haryapatih sedikit berlebihan,” lanjut Dihyan.
Tak lama Dihyan menggerutu tanpa ada yang berani menanggapi, seorang anggota tim Elang tiba-tiba berseru. Suaranya yang cukup lantang membuat suasana yang biasa-biasa saja terasa tegang.
“Ada musuh dataaang!!!”
Seruan itu membuat semua prajurit yang bersantai langsung besiaga dan cepat-cepat menempati posisi mereka masing-masing. Dihyan yang sedang bersantai sambil memainkan belatinya juga langsung bangkit dan segera mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Adi Wilaga yang mendapat laporan pertama kali dari anggotanya yang berteriak tadi.
“Musuh datang dari arah Barat Kapten. Mereka tidak menaiki kuda. Jumlah mereka sekitar 1500 kapten!” kata prajurit itu melaporkan.
Bukti laporan prajurit itu didapatkan melalui getaran suara yang terdengar dari tanah. Dengan menempelkan telinga ke dinding terowongan, prajurit itu bisa merasakan kehadiran seseorang lewat getaran suara yang di hasilkan dari langkah kaki. Semakin dekat dan semakin banyak orang yang datang, semakin jelas pula getaran suara yang mampu ia dengar.
Dan keakuratan laporan ini, juga disempurnakan oleh laporan prajurit Elang lain yang ada di atas benteng. Meski terlihat samar dan tak jelas, prajurit elang yang berada di atas benteng bisa melihat bayangan manusia yang bergerak cepat di balik pohon-pohon yang rindang.
Seandainya saat ini siang, tentu sosok pemilik bayangan itu bisa terlihat jelas oleh mata prajurit Elang.
Malam yang gelap membuat prajurit Elang kesulitan melihat musuh yang bersembunyi diantara pohon-pohon rindang. Namun, mereka masih tetap bisa melihat pergerakan musuh yang kini mulai menyebar.
Abyas yang baru sampai di atas benteng langsung mengatur prajurit elang untuk bersiaga di balista masing-masing.
Tak mau kalah dengan Abyas, Fusena juga memerintah batalionnya juga untuk bersiap menyambut musuh yang datang.
Meski jumlah musuh dilaporkan tak begitu banyak, namun semua kapten benteng Madura memerintahkan semua batalionnya untuk tidak meremehkan.
“Jumlah mereka mungkin sedikit, tapi jangan coba-coba untuk meremehkan mereka!” seru Fusena dengan lantang.
**
Diantara semak-semak dan pohon yang lebat, sekitar 1500 Penunggang Kematian bersiap melancarkan aksi mereka.
“Benteng ini memiliki 4 sisi dengan begitu membuat mereka bisa menjaga tiap sudut agat tetap aman dan terkendali. Tapi, kelemahan dari benteng seperti ini adalah, mereka tidak bisa memaksimalkan potensi sepenuhnya untuk bertahan atau pun menyerang,” pikir Alka dalam diamnya menatap arah benteng. Wajahnya terlihat sangat tak sabar.
“Tuan! Mereka sudah bersiap menyambut kita.” Romo bersuara.
Sambil memegang sebuah pedang berwarna merah darah pada tangan kanannya, Volka keluar dari bayangan hutan. Ia melangkah kedepan dengan tenang. Tak ada ekspresi yang menggambarkan suasana hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/238213237-288-k626969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1)
Abenteuer[21+] Harap bersikap bijak dalam memilih bacaan! TERJADI PEMBANTAIAN DI SEBUAH DESA OLEH SEKELOMPOK PERAMPOK BERNAMA PENUNGGANG KEMATIAN, MENYISAKAN SEORANG WANITA BERNAMA YENA, YANG DIBIARKAN HIDUP DENGAN MENYIMPAN DENDAM TERHADAP KELOMPOK PERAMPO...