Kabar untuk Prabu Siro Arjuna

3K 244 8
                                    

Berita kemunculan gunung Selatan sudah tersebar cepat di tanah Nusantara. Prabu Sekti mengutus beberapa pendekarnya untuk memberi tahu kerajaan-kerajaan di Nusantara untuk waspada.

Haryapatih Dwi, yang di tugaskan untuk pergi mencari informasi di kerajaan Jawa Tengah, juga memberi kabar serupa. Dirinya juga tak lupa untuk menanyakan perihal wanita yang telah di selamatkan Patih Wiro dari siluman ular Xeda.

Prabu Siro Arjuna, Raja kerajaan Jawa Tengah ke-7 itu masih terdiam usai Haryapatih menceritakan hal yang telah menimpa kerajaan Jawa Timur beberapa waktu lalu.

Seorang Empu kerajaan meminta izin kepada Prabu Siro untuk bertanya pada Haryapatih. Dirinya begitu penasaran dengan cerita Haryapatih Dwi barusan, terutama mengenai kemunculan gunung Selatan.

Prabu Siro mempersilahkan.

“Maaf jika saya lancang, Haryapatih Dwi. Perihal peristiwa yang sangat langkah ini, apa Empu Suro yakin jika beliau merasakan energi gaib itu? Maksud saya, banyak siluman gaib di tanah ini yang memiliki energi gaib yang besar. Apa Empu Suro bisa menjamin, jika itu benar-benar berasal dari gunung Selatan?” Empu Roku bertanya dengan wajah sedikit meragukan.

Haryapatih Dwi tertunduk sesaat lalu mengangkat wajahnya kembali. Nafas berat tercela dari mulutnya.

“Saya dan juga Empu Suro tak mampu memberi jaminan. Karena seperti yang kita tahu, banyak dari kita yang beranggapan, jika gunung Selatan merupakan sebuah mitos yang sudah terbentuk sejak dulu. Dan kita sendiri belum pernah melihat secara langsung gunung Pengabdian tersebut. Namun jika di rasakan dari energi gaib yang juga saya rasakan saat itu, itu merupakan energi gaib terbesar yang pernah saya rasakan selama hidup saya,” jelas Haryapatih Dwi dengan teramat yakin.

Empu Roku kembali diam dan berpikir kembali. Dia berpikir, jika seorang Haryapatih sampai berkata demikian, tentu itu bukan bualan.

“Terlepas dari mana asal energi gaib itu, tentu kita harus tetap waspada. Jika energi gaib yang Haryapatih rasakan memang besar, meskipun itu bukan berasal dari gunung Selatan, tetap saja itu bukan hal baik, dan bisa menjadi ancaman,” Prabu Siro akhirnya buka suara.

“Lalu untuk wanita yang kau maksud, mungkin ini berhubungan dengan sebuah desa kecil yang terletak di dekat sungai Kutai. Beberapa waktu lalu, pendekar kami melihat sebuah asap kebakaran di sekitar sana. Dan saat pendekar kami mendatangi tempat tersebut, desa itu telah hancur dan tak ada satu warga desa pun yang bisa di temukan,” lanjut Prabu Siro memberi penjelasan terkait wanita yang di tanyakan oleh Haryapatih terkait insiden yang terjadi di kerajaan Jawa Timur.

“Maaf Prabu, apa ada kemungkinan terjadi perampokan?” terka Haryapatih Dwi.

“Sepertinya begitu, pendekar kami menemukan jejak belasan kuda serta banyak kaki manusia yang mengarah ke barat. Tapi, jika kejadian itu merupakan perampokan, tentu akan ada banyak jasad. Sedang pendekar kami, tak menemukan satu mayat pun di sana.”

Suasana Bale Pertemuan menjadi sedikit menegang, semua orang yang berada di dalam bale, memasang wajah serius untuk memikirkan kejadian yang terjadi di desa dekat sungai Kutai. Sekaligus memikirkan perihal wanita yang di duga berasal dari desa kecil tersebut.

Di tengah suasana yang masih tak tenang, tiba-tiba tercium bau lezat dari arah luar. Prabu yang sadar akan kedatangan para juru masak kerajaan langsung memerintah penjaga untuk mempersilahkan para juru masak untuk menyajikan makan siang.

“Untuk masalah wanita yang Haryapatih pertanyakan, serta masalah desa yang ada di wilayah kami, sebaiknya kita tunda sejenak, karena makan siang sudah datang. Tak baik berpikir dengan perut kosong,” Prabu Siro mempersilahkan Haryapatih untuk turut makan siang bersama.

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang