Berbelanja & Ancaman Baru

2.1K 224 7
                                    

Yena berjalan-jalan di tengah desa untuk melihat baju serta barang-barang bagus. Baju yang ia miliki sebelumnya sudah begitu kotor dan bau darah. Dirinya tak mau membuat orang jadi menaruh curiga terhadapnya karena pakaian lusuh serta baunya. Oleh karena itu, dirinya pergi ke pusat desa untuk membeli beberapa helai baju.

Yena mendatangi sebuah toko baju yang tak begitu ramai. Pemilik toko yang sebelumnya hanya duduk sambil memakan semangkuk pangsit, langsung bangkit dan menghampiri Yena dengan senyum ramahnya.

“Anda cari baju apa Nona? Kami memiliki baju-baju yang menarik di sini,” ucap pemilik toko itu sambil tersenyum lebar.

Yena tak menjawab dan terus melihat-lihat baju yang ada. Yena masuk ke toko lebih dalam untuk melihat baju-baju yang terlihat lebih baik dari pada baju yang di pajang di depan toko.

“Ini berapa?” tanya Yena dengan suara datar.

“Ah mata Anda sangat jeli, itu baju yang bagus, kainnya sangat halus dan nyaman. Harganya hanya 250 rupiah saja untuk Nona, biasanya baju ini saya jual sekitar 300 rupiah, tapi khusus untuk Nona yang cantik, saya jual 250 saja,” jawab pemilik toko itu semeringah.

Yena memeriksa kantong uangnya. Yena menghitung tiap keping dan menemukan jumlah 1870 rupiah.

“Pendekar itu sangat miskin, untung saja aku tak perlu repot masalah makanan. Aku hanya akan menggunakan uang untuk membeli pakaian dan membayar penginapan,” gumam Yena sedikit bersyukur.

“Saya ambil 3, bisakah saya mendapatkan potongan harga lagi?” tawar Yena.

Pemilik toko itu mengangkat matanya tuk berpikir, “Baiklah, akan saya beri harga 700 rupiah untuk 3 pasang baju. Ku harap Nona tidak menawar lagi, karena harga ini sudah maksimal.”

“Baik, saya ambil.”

Pemilik toko itu langsung membungkus baju yang di beli Yena dengan rapi.

“Ini Nona, silahkan.”

“Ah iya, terima kasih.”

Yena pun pergi dari toko baju itu. Dan berniat membeli barang yang lain. Kali ini Yena menuju toko sandal. Dan kebetulan letaknya tak jauh dari toko baju yang baru ia kunjungi sebelumnya.

“Sandal ini sangat bagus, berapa harganya?”

“Akan ku jual untukmu Nona, harga aslinya 200, tapi untukmu 185 rupiah saja. Itu terbuat dari kulit kijang, jadi tak perlu di ragukan kualitasnya.”
Yena pun menyetujui harga itu lalu membayarnya kontan.

Kini sudah 2 jenis barang ia dapatkan, selanjutnya dirinya menuju toko rias. Namun sayangnya, untuk toko rias di desa ini, hanya memiliki satu toko saja. Dan tentu itu akan membuat harga alat rias di toko itu sangat mahal. Bahkan bisa melebihi harga normal di kota.

Yena masuk dalam toko dan mulai melihat-lihat. Sebagai seorang wanita, pandangannya begitu jeli pada barang yang seperti ini.

“Selamat datang Nyonya, apa ada yang bisa kami bantu? Apa yang Anda cari? Biar saya bantu mencarikan yang cocok dengan Nyonya,” ucap wanita tua dengan make up tebal yang tak lain merupakan pemilik toko alat rias.

“Saya hanya akan melihat-lihat sejenak,” jawab Yena tetap melanjutkan pencarian pada alat rias yang ia butuhkan.

“Baiklah, silahkan melihat-lihat, Nona. Emm oh iya, kalau boleh tahu, apa Nyonya seorang pendatang? Maaf, jika saya lancang, tapi saya belum pernah melihat wajah Nyonya sebelumnya,” pemilik toko itu berbasa basi sambil terus mendampingi Yena ke sana kemari.

“Saya baru datang 3 hari yang lalu, Bi. Bisa kah saya melihat pelapis bibir itu?” Yena menunjuk rak yang menampilkan berbagai macam pelapis bibir (lipstik).

Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang