Seekor burung merpatih berwarna abu-abu memasuki area kerajaan dan hinggap di salah satu menara pengawas.
3 orang prajurit yang sedang berjaga di menara itu langsung memeriksa burung tersebut dan menemukan sebuah surat yang di gulung dan diikatkan pada punggung merpati tersebut.
Salah satu prajurit yang membaca isi surat tersebut membeliakkan matanya usai membacanya. Ia lalu bergegas menuju Aula Singgasana untuk memberikan laporan.
“Sembah hamba Gusti,” hormat prajurit tersebut pada raja Sastro Wijaya, Raja dari kerajaan Jawa Barat.
“Ada apa?”
“Ada kabar dari desa Keputeh, Gusti. Mereka mengabarkan, jika desa mereka di serang oleh siluman rubah."
"Siluman Rubah?" ulang Raja Sastro Wijawa meyakinkan pendengarannya.
"Benar Gusti. Mereka juga melaporkan bahwa ada kemungkinan siluman tersebut telah menjelma menjadi manusia. Ini di kuatkan dengan bukti dari jasad korban yang tampak tak wajar," terang prajurit itu sesuai dengan isi surat yang ia terima.
“Tak wajar bagaimana?”
“Maaf Gusti, hamba tidak tahu. Di suratnya tidak di jelaskan secara rinci.”
Gusti Sastro Wijawa terdiam sejenak sambil jari telunjuk kanannya mengetuk-ngetuk kursi tahtanya.
“Menjelma menjadi manusia? Itu bisa saja terjadi, tapi ini sangat langka. Ini pasti siluman tua,” pikir Gusti Sastro.
“Patih Wicaksoso, coba kau datangi desa Keputeh. Lihat kondisi di sana dan berikan bantuan yang di perlukan. Bawa 100 prajurit untuk berjaga-jaga di sana. Jika memang ini ulah Siluman, selesaikan dengan cepat. Aku yakin, kau ahli dalam hal ini.”
“Baik Gusti, akan hamba laksanakan.”
***
Hastanta, pendekar asli desa Keputeh yang ikut berperan dalam pemeriksaan identitas penduduk beberapa hari lalu itu, masih duduk termenung dalam kamarnya. Dirinya memikirkan hal yang mengganggu pikirannya selama 2 hari belakangan ini.
“Bukankah ada yang tak beres dengan wanita itu? Aku tak bisa melihatnya sebagai orang yang berbahaya. Tapi,,, entah mengapa ada hawa tak enak dari dirinya.”
Hastanta lalu bangkit dari duduknya, dan meraih sebilah pedang di samping tempat tidurnya. Hari ini, dirinya berniat keluar dari rumahnya untuk mendatangi penginapan tempat Yena berada. Guna meyakinkan rasa penasaran yang menggeluti hatinya selama 2 hari belakangan ini.
***
Pak tua Jian, pemilik penginapan tempat Yena menginap, tampak cemas saat Hastanta datang dan langsung menanyakan perihal data pribadi milik semua tamu penginapan.
Awalnya, Pak Jian berusaha menolak permintaan Hastanta, dan malah bertanya balik tentang alasan Hastanta meminta hal yang bersifat pribadi seperti itu. Karena, semua data para tamu yang menginap, merupakan privasi yang harus di jaganya dengan baik. Tak ada orang lain yang boleh tahu, terkecuali atas perintah pemerintah desa.
Namun saat Hastanta menunjukkan lencana perunggu miliknya yang menandakan pendekar asli dari desa Keputeh. Pemilik penginapan itu jadi tak berdaya. Terlebih Hastanta juga mengatakan bahwa ini untuk penyelidikan kasus Lakso.
Dengan sedikit terpaksa, pak Jian akhirnya memberikan sebuah buku tebal yang di mana tersimpan data diri milik semua tamu penginapan.
Dengan teliti, Hastanta mulai memeriksa data tamu penginapan satu persatu. Dirinya mencari nama Lasmini Larasati di buku itu. Namun, dirinya tak dapat menemukan nama seperti itu di buku tamu yang ia terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Legenda Belati Songgoh Nyowo (jilid 1)
Adventure[21+] Harap bersikap bijak dalam memilih bacaan! TERJADI PEMBANTAIAN DI SEBUAH DESA OLEH SEKELOMPOK PERAMPOK BERNAMA PENUNGGANG KEMATIAN, MENYISAKAN SEORANG WANITA BERNAMA YENA, YANG DIBIARKAN HIDUP DENGAN MENYIMPAN DENDAM TERHADAP KELOMPOK PERAMPO...