Episode 14

46 3 0
                                    

Rani Pov

Kami masih terus saling memandang, dan aku bisa melihat mata hitam kelamnya. Memandangku dengan padangan lembut sekaligus puja,  hingga menusuk ke jantung.

Seketika membuat jantungku berdebar kencang untuk pertama kalinya pada lawan jenisku. Yaitu berdebar pada pria, yang baru beberapa kali kulihat.

Sesungguhnya ini adalah pertama kalinya aku bisa sedekat ini dengan seorang pria, dan pertama kalinya aku memegang wajah serta tangan pria.

Aku merasa seperti berada di dalam mimpi, ketika tangan ini merasakan hangat tubuh dari pria tampan yang ada di hadapanku sekarang.

Aku pun tersadar dari khayalanku, karena yang kurasakan saat ini nyata. Merasa malu, dan tidak tahu dengan apa yang akan kulakukan. Tanpa sengaja kudorong dada bidang pria pengunjung restoran itu.

Namun, yang terjadi malah aku akan terjatuh, merasa takut tanpa sadar aku memejamkan mata.

Untuk beberapa detik aku berpikir, kenapa kalau jatuh aku tidak merasakan sakit pada tubuhku. Karena penasaran kubuka mata secara perlahan, kenapa aku tidak merasakan sakit ketika jatuh dan lagi aku merasakan ada sesuatu yang melingkar di pinggangku.

Betapa terkejutnya saat aku membuka mata, ternyata pria pengunjung restoran yang menahan berat tubuhku. Aku sedikit malu, sekaligus bersyukur karena tidak sampai terjatuh di lantai tadi.

Saat aku akan berterima kasih padanya, tiba-tiba ada yang meraih pergelangan tanganku dengan sangat kuat. Hingga aku merasakan sakit di pergelangan tanganku.

Namun, yang paling menyakitkan, ketika tiba-tiba ada seseorang dengan beraninya menampar pipiku cukup keras. Hingga aku memekik kesakitan.
Aku begitu shock. Karena selama ini tidak pernah membuat kesalahan pada siapa pun termasuk seseorang yang berada di hadapanku saat ini.

''Aww ...," pekikku seraya memegangi pipi.

Aku memandang Fransisca, dengan pandangan terkejut sekaligaus tanya. Mengapa dia marah, dan menamparku tiba-tiba.

***
Juan Pov

Sungguh aku merasa sangat bahagia bisa berada dalam posisi sekarang ini, akhirnya aku bisa berdekatan dan menyentuh gadisku.

Ketika kami dalam posisi dekat, aku bisa melihat bibir merah alaminya. Ingin sekali menyentuhnya pasti sangat lembut bibir itu, bahkan aku menahan diri agar tidak menciumnya.

Gerakan tiba-tiba saat gadisku hampir terjatuh, bersyukur aku dengan sigap menyanggah berat badanya dengan tangan kekarku.

Tanpa sengaja tanganku memegang pinggangnya, dia masih memejamkan mata. Mungkin dia takut benar-benar akan terjatuh, aku yakin dia tidak tahu kalau saat ini dia berada dalam dekapanku.

Posisinya yang sedekat ini, sesaat aku bisa menghirup aroma tubuhnya  yang memabukkan seketika membuatku gila. Karena diri ini tidak tahan untuk mendekapnya, bahkan menghujani wajahnya dengan ciuman.

Kalau saat ini bukan di tempat umum, aku yakin sudah membopong dan menguncinya dalam kamar mewahku.

Aku pun hanya bisa terkekeh dengan pikiran liarku, entah mengapa hanya memegang pinggang gadisku saja aku bisa berpikiran mesum.

Padahal selama ini aku sama sekali tidak pernah berpikiran seperti itu, ketika dekat dengan wanita-wanita yang menemani malam panasku.

Saat gadisku sudah membuka matanya, kupandang wajah cantiknya terlihat dia ingin ingin mengatakan sesuatu. Namun, tiba-tiba ada seseorang yang menarik pergelangan tangannya.

Bahkan dengan beraninya seseorang itu menampar gadisku, tepat di depan mataku sendiri dan itu membuatku marah. Karena dengan beraninya menyakiti milikku, aku ingin sekali langsung meledakkan isi kepalanya dengan pistol kesayanganku.

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang