Episode 23

50 3 0
                                    

Di dalam mobil Juan begitu sangat khawatir, ketika melihat gadis yang dicintainya belum juga siuman. Wajah yang ia belai juga begitu sangat dingin, ia takut asma yang di derita Rani akan kambuh.

Setelah mobil mewah itu baru melaju,
Juan langsung membawa tubuh Rani dalam  dekapan dada bidangnya. Rani kedinginan, selain karena baju yang ia pakai basah semua. AC di dalam mobil mewah itu tengah menyala, dan itu membuat asmanya kambuh.

Rani mendengar sayur-sayup ketika Juan memberikan perintah pada sang supir untuk menjalankan mobil.

"Jalankan mobil sekarang, dengan kecepatan penuh!! Kita ke rumah sakit sekarang!" perintah Juan dingin pada supirnya.

"Baik, Tuan l," jawab supir sedikit membungkuk, ia takut mengingat tuannya saat ini suasana hatinya sedang kalut.

Saat Juan tengah dalam rasa khawatirnya, ia tidak tahu kalau Rani yang berada dalam pelukannya sudah mulai siuman. Dengan terbatas gadis yang dicintainya menjawab perintah Juan seperti perintahnya tadi.

"Ja--jangan bawa saya ke rumah sakit, please saya tidak mau, Tuan," mohon Rani tersengal karena asma yang ia derita kambuh.

"Sayang ... kamu sudah sadar, hem? Apa ada yang sakit, di mana yang sakit? Kita ke rumah sakit sekarang, ya. Biar luka kamu mendapatkan pengobatan yang terbaik."

"Ah ... kenapa kamu terbata dan tersengal ketika bicara, apa ada yang sakit Sayang," panik Juan, seraya melihat Rani yang memegangi dadanya. Ia pun paham, dan menyesal karena baru tahu jika penyakit asma gadisnya kambuh.

"Ohh ... Shiitt!! Matikan AC mobil 'BODOH', kenapa tidak kamu matikan AC itu dari tadi, brengsek!!" marah Juan bertubi.

Karena Juan terlalu khawatir dengan keadaan gadisnya, tanpa sadar ia marah sama supir dan Robert karena tidak mematikan AC mobil dari tadi.
Ia yang teringat kalau gadisnya tidak tahan udara dingin, karena itu akan menyebabkan asma gadisnya kambuh.

Rani yang mendengar kemarahan Bosnya Mencoba menenangkan, dengan mengelus tangan Juan dengan lembut.

"Jangan marah, Tuan. Saya tidak apa-apa," lirih Rani, seraya memandang wajah Juan.

Juan yang mendengar nada lembut dari gadisnya berangsur hilang amarahnya, ia dengan lembut pula semakin mendekap tubuh Rani dalam pelukan hangatnya.

"Kita ke rumah sakit, ya," bujuk Juan lembut.

"Saya tidak mau, Tuan. Saya benci rumah sakit, tolong antar saya pulang saja, ya," rengek Rani masih dengan suara lirihnya.

"Tidak, Sayang. Sekarang kondisimu tidak dalam keadaan baik, jadi kita ke rumah sakit sekarang."

"Aku tidak akan membiarkanmu pulang, mengingat sekarang asma kamu juga kambuh. Jika kamu tidak ingin ke rumah sakit, aku akan membawamu ke mansionku saja," tegas Juan, tapi tetap dengan lembut.

" Tap ---"

Belum sempat Rani membalas ucapan Bosnya, ia sudah mendengar perintah dari Bosnya lagi. Tapi bukan perintah untuknya, melainkan untuk tangan kanannya.

"Robert!"

"Iya, Tuan."

"Pesankan beberapa pakaian ukuran Big Size dengan kualitas terbaik beserta dalamannya, dan juga sepatu maupun sandalnya aku tidak peduli berapa mahal semua itu. Dalam 15 menit semua harus sudah ada di dalam mansionku!"

" Jika telat dalam pengirimannya, maka aku akan membakar perusahaan fashion milik Sonya," perintah Juan mutlak.

"Semua ukurannya sudah tertera, di dalam data yang kamu berikan kepadaku waktu itu," lanjutannya masih dengan nada perintah.

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang