Episode 21

44 3 0
                                    

Debaran-debaran dalam hati keduanya masih sama-sama mereka rasakan, dan dengan pandainya mereka mencoba untuk bisa menyembunyikan rasa itu.

Walaupun tanpa mereka sadari gerakan alami kedua tubuh itu, tadak bisa membohongi perasaan keduanya.

Rani yang masih berada dalam dekapan pria tampan itu, hanya bisa terdiam seraya menundukkan kepala menyembunyikan perasaan malu. Sambil berbicara dengan nada yang sangat kecil, ia memberanikan diri pada pria yang saat ini ada di belakangnya.

"Tuan ... bisakah Anda melepaskan pelukannya sebentar, saya ingin pergi ke toilet," ucap Rani sedikit berbohong, karena sesungguhnya ia hanya ingin terlepas dari pelukan tangan kekar itu.

'Bukan karena aku tidak suka, atau tidak nyaman berada dalam pelukamu, Tuan.'

'Tetapi berada di dekat denganmu seperti ini, membuat jantungku serasa ingin meledak. Hingga aku takut kerasnya suara detak jantungku, sampai di telingamu,' batin Rani.

Juan yang sedang menikmati orama harum rambut dan tubuh Rani langsung tersadar, ketika ia mendengar suara lembut dari gadis yang berada dalam dekapannya.

Dengan lembut ia membalik tubuh Rani, agar ia bisa melihat wajah cantik gadisnya dan mengetahui lebih jelas apa yang tengah gadis di hadapannya ucapkan.

"Ada apa, hem?" tanya Juan seraya membelai lembut pipi chubby Rani dengan punggung jarinya.

"Tolong lepaskan pelukan Anda, Tuan. Saya mau pergi ke toilet sebentar," izin Rani seraya menundukkan kepala, takut sekaligus malu hingga jantungnya berdetak lebih cepat.
Karena keduanya sangat ini berada dalam jarak yang cukup dekat.

"Kalau bicara pandang mata pasangan bicaramu, Nona. Jangan menunduk, apa mau aku mengantarmu?" tawar Juan seraya menaikan dagu Rani dengan lembut. Ia ingin saat berbicara dengan gadisnya, ia bisa melihat wajah cantik netra Rani.

"Tidak, terima kasih Tuan. Saya bisa sendiri," tolak Rani halus, seraya menggelengkan kepala yang terlihat di mata Juan begitu menggemaskan. Apalagi saat pria tampan itu melihat rona merah di kedua pipi gadisnya.

"Baiklah, aku akan menunggumu di sini. Tapi jangan lama, ya," pesan Juan seraya melepaskan pelukannya, walaupun sebenarnya ia tidak rela.

"Iya, Tuan," jawab Rani malu.

Setelah mendapatkan izin dari Juan, Rani pun bergegas menuju toilet. Ia sedikit berlari kecil menuju toilet, dengan senyuman di bibir. Sedangkan salah satu tangan kanannya memegangi dadanya yang terus berdebar ketika ia mengingat perlakuan manis Juan.

Hingga Rani sampai di dalam toilet, dengan gerakan cepat ia menyandarkan punggungnya ke tembok. Sambil terus tersenyum dan tangan masih berada di atas dadanya.

'Kenapa di dalam sini rasanya begitu aneh, jantungku terus berdetak. Perutku seperti ada kupu-kupu yang bertebangan, dan aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini.'

'Apakah aku mulai jatuh cinta padanya. Tapi diakan sudah punya kekasih, apalagi kekasihnya adalah Fransisca. Wanita yang selalu ingin kuhindari, karena tidak ingin berurusan dengannya.'

'Haruskah aku menghindari Tuan itu lagi, lalu bagaimana perasaan yang mulai tumbuh di sini,' gumam Rani dengan perasaan tiak menentu, ia binggung dengan perasaannya saat ini.

Apalagi mengingat Juan adalah CEO di restoran tempat ia bekerja, tentu saja ia tidak akan mudah lagi untuk menghindari pria tampan itu karena ia akan selalu berada di tempat dan naungan yang sama dengannya.

***

Ketika Rani masih bergelut dengan pikirannya, di dalam ballroom sahabatnya tengah berdansa dengan pasangan yang baru dia kenal.

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang