Episode 22

55 3 0
                                    

J. A. RESTORAN'S

Suara musik dansa mengalun dengan indah, dan suasana dalam ballryoom itu juga sangat meriah. Namun, tidak bisa membuat hati seorang Juan Alexander bahagia dan tenang.

Bagaimana Juan bisa tenang perasaanya, ketika dalam hatinya selalu diliputi perasaan gelisah dan juga khawatir pada gadisnya. Yang sedari tadi pergi ke toilet tidak kunjung kembali menemuinya, ia ingin merasakan bahagia di pesta yang sengaja ia buat untuk lebih dekat dengan gadis pujaannya.

Tapi nyatanya hatinya selalu gundah bahakan menjadi semakin gelisah, di tengah pesta yang begitu meriah.

Sejak Rani berpamitan pergi ke toilet, Juan seakan tidak rela melepasnya pergi sendirian. Puncaknya ia merasakan perasaa gelisah dan entah mengapa hatinya tiba-tiba merasa sakit.

Seketika perasaat takut mulai menyelimuti hatinya, ia merasa takut kehilangan sesuatu yang teramat bahagia. Tapi apa itu, ia pun tidak tahu. Ingin rasanya ia menyusul gadisnya ke toilet, dan mastikan kalau dia tidak apa-apa.

Namun, ia urungkan karena ia tidak mau membuat hati gadisnya tidak nyaman.

'Ini sudah terlalu lama dia pergi, apa terjadi sesuatu dengannya? Apakah tiba-tiba asmanya kambuh, haruskah aku menyusulnya, sungguh hatiku merasa tidak tenang saat ini,'  gumam Juan lirih, dengan pikiran bingung sekaligus khawatir.

'Sahabat Rani sedang sibuk berdansa dengan Dom, dan tas Rani juga masih ada di salah satu bodyguarku. Tidak mungkin 'kan dia pulang sendiri tanpa membawa tasnya,' monolog Juan.

Dengan pikiran serba tidak menentu, akhirnya Juan memutuskan untuk menyusul Rani ke toilet.

''Saya permisi dulu, Anda sekalian bisa menikmati pestanya,'' pamitnya, seraya mulai bergegas pergi ke toilet.

"Oh, baik silahkan. Terima kasih atas jamuan malam ini, yang begitu memuaskan kami," jawab salah satu kolega Juan dengan senyuman yang mengambang di bibirnya.

Juan terus berusaha bersikap tenang walau sebenarnya, dalam hati ia begitu sangat mengkhawatirkan gadisnya saat ini.

Setelah berpamitan pada para koleganya Juan mengambil langkah sedikit cepat menuju toilet, dengan diikuti orang kepercayaannya dan beberapa bodyguard-nya.

Sesampai di depan pintu toilet utama Juan melihat suasananya disekitarannya terlihat sepi, merasa ada yang janggal ia mulai mengecek ke dalam toilet juga terlihat sepi tidak ada seorang pun.

Ketika Juan mulai melangkah menyusuri tiap bilik toilet, di salah satu bilik kamar mandi toilet ia mendengar suara air yang mengalir yang begitu kencang.

Ketika ia sampai di salah satu bilik yang terdengar suara air mengalir, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara sayup-sayup rintihan seseorang.

Juan tidak peduli tentang suara air dan suara rintihan seseorang di dalam toilet, karena yang ada dalam hatinya hanya ingin cepat menemukan keberadaan Rani. Ia pun berniat keluar toilet melewati pintu utama, sebab ia tidak menemukan gadis yang ia cari sedari tadi.

Saat Juan berniat pergi meninggalkan toilet, di dalam salah satu bilik itu ada seseorang yang mulai tersadar dari pingsannya.

Walaupun masih belum sepenuhnya sadar, seseorang yang tidak lain adalah Rani yang sedari tadi pingsan. Karena ulah dari ke dua wanita jahat kepadanya.

'Aahh ... sakiit, hiks ....'

'Hiks ... tolong,' rintih Rani dengan suara lirihnya.

'Tuann ... tolongg,' Rani memanggil nama seseorang yang berada dalam pikirannya.

Saat Juan berniat keluar melewati pintu utama, ia mulai berpikir tentang gadisnya dengan kemungkinan-kemungkinan terjadi pada dirinya.

Dengan perasaan takut, dan juga khawatir Juan membalikkan badannya lalu berlari menuju bilik yang membuat pikirannya takut. Ia ingin memastikan jika di dalam bilik itu bukan suara gadisnya.

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang