Episode 20

50 3 0
                                    

Selangkah demi selangkah Juan berjalan menghampiri gadis yang berada tidak jauh di depannya. Ya, gadis yang sangat ia rindukan selama seminggu ini.

Juan terus berjalan hatinya pun berdebar cukup kencang, ketika langkah kakinya semakin mendekat pada gadisnya itu. Ada rasa bangga saat melihat gadisnya malam ini, tampil begitu memukau dengan kecantikan alaminya.

Namun, Juan juga merasa marah sekaligus kesal saat gadisnya menjadi pusat perhatian bagi pria-pria yang ada di dalam ballroom itu. Sungguh ia ingin mencongkel mata pria yang memandang gadisnya, dengan tatapan mesum yang di arahkan ke arah Rani.

Sesampainya di depan Rani, Juan melihat kalau gadisnya masih tenggelam dalam lamunanya. Bahkan ketika ia menyapa, gadisnya masih diam seraya menundukkan kepala.

Dengan keberanian, dan juga rindu Juan memberanikan dirinya untuk menyapa Dari dan sahabatnya Talita.

"Selamat malam, Nona-nona," ujar Juan dengan suara khasnya, jangan lupakan pandangannya yang terus mengarah ke arah Rani dengan tatapan rindu.

Talita yang melihat kedatangan CEO barunya, begitu senang. Bahkan ia tidak sungkan untuk berbicara dengan Juan.

"Malam juga, Pak Bos."

"Aduh ... Pak Bos jangan terlalu formal kepada kami, Pak. Soalnya kami hanya pekerja di restoran ini,.lho," jawab Talita sopan, seraya tersenyum. Ia juga sempat kaget ketika melihat sang bos tiba-tiba menghampiri dirinya dan sang sahabat.

Juan sama sekali tidak merespons ucapan Talita, karena tujuannya satu yaitu gadisnya.

"Boleh, saya bicara dengan teman kamu sekarang," ucap Juan to the poin, seraya menunjuk dengan dagunya ke arah Rani.

"Oh ... Silahkan, Pak Bos. Kalau begitu saya permisi dahulu," jawab Talita patuh, seraya melangkah sedikit menjauh dari tempat yang tadi. Namun dengan rasa penasaran. 

Juan masih memperhatikan Rani yang tengah melamun, gadisnya juga masih belum mengetahui akan keberadaannya saat ini.

'Apa yang sedang kamu pikirkan, Sayang. Bahkan kehadiranku di sampingmu, kamu tidak menyadarinya.'

Karena sudah tidak tahan akan keterdiaman Rani, dan juga tidak menyadari kehadirannya. Tanpa di pinta tangan kekarnya tiba-tiba terukur, lalu mengelus pipi chaby Rani dengan penuh kelembutan.

Rani yang merasa pipinya di elus dengan lembut, ia langsung tersadar dari lamunan.

Ya, sedari tadi ia terus berpikir kenapa tuan pengunjung restoran, yang beberapa kali menolongnya kini menjabat sebagai CEO restoran tempat ia bekerja. Malah sekarang sang CEO yang dipikirkan kini berada di depannya, seketika membuatnya terkejut.

"Tu--tuan, kenapa Anda berada disini?" tanya Rani binggung, seraya menunjuk Juan dengan jari telunjuknya.

"Lalu kemana teman saya, yang berada di sini?" lanjutnya, seraya menunjuk samping kirinya.

"Apa tidak boleh, jika aku berada di sini?"

"Buk--bukan seperti itu, Tuan."

"Hanya saja, kenapa Anda menemui saya. Apakah ada sesuatu yang penting, sehingga Anda sendiri yang menemui saya?"

"Tidak!" tagas Juan.

" Terus, apa?" binggung Rani.

Ketika Rani masih binggung, tiba-tiba ia terkejut ketika sang CEO memeluknya dengan lembut dan terasa hangat. 

Karena saking kagetnya Rani memelototkan bola matanya, tapi di sisi lain ia juga merasa senang. Mengingat ia belum pernah merasakan pelukan seseorang seperti saat ini. Apalagi di muka umum, dan dilihatin banyak orang.

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang