Episode 25

50 2 0
                                    

Mansion Kamar Juan

Malam semakin larut, dan udara yang dingin di luaran sana. Tidak yang menandingi rasa hangat, akan pelukan kedua insan yang tengah tertidur pulas itu.

Namun, salah satu dari kedua insan itu mulai terusik dengan suara alarm jam ponsel sang pria. Pria itu tidak lain adalah Juan, ia dengan meraba-raba mengambil ponselnya yang berada di nakas samping tempat tidur.

Sesaat ia melihat jam dalam layar ponsel itu, dan waktu telah menunjukkan pukul empat pagi.

Sudah menjadi rutinitas pagin, jika sewaktu subuh Juan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dengan sedikit malas, ia enggan untuk bagun dari tidur lelapnya.

Apalagi mengingat ada seseorang yang berada dalam pelukan, membuatnya lebih enggan lagi. Namun, bagi pria itu menjalankan perintah sang pemilik hidup adalah yang paling utama.

Ia pun melawan rasa malasnya, dan mulai bangun lalu melaksanakan kewajibanya seperti biasa. Walaupun itu ia harus berdebat dengan pemikirannya sendiri.

Ya, untuk pertama kali, Juan sedang berdebat dengan pemikiran sendiri. Ia berpikir sebentar, lebih berat mana menjalankan perintah sang pemilik hidup.

Atau memeluk gadisnya, dan berusaha tidur kembali. Namun, dia memilih menjalankan kewajibannya seperti biasa.

Akhirnya Juan memilih melaksanakan kewajibannya, dengan perlah ia bangun. Karena ia tidak mau mengganggu tidur lelap gadisnya. Sebab, ia tahu keadaan Rani masih belum terlalu baik.

Juan melepaskan pelukannya itu, dengan hati tidak rela. Lalu dengan perlahan ia turun dari ranjang king sizenya, menuju ke kamar mandi. Untuk membersihkan diri, dan mengambil wudu.

Setelah keperluan di kamar mandi selesai, Juan pun mulai melaksanakan sholat.

Selesai sholat Juan tidak pernah lupa, mendoakan kedua orang tuanya dan doa untuk kebahagiaannya tentunya bersama Rani. 

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, pada sang pemberi hidup. Ia kembali menghampiri gadisnya, lalu ia mulai merebahkan tubuhnya dengan perlahan. Seperti sebelumnya ia kembali memeluk Rani, dan membawa ke dalam dekapan hangatnya.

Walau ia tidak tertidur lagi, karena Juan sudah terbiasa bangun pagi. Membuatnya tidak bisa tertidur kembali, meski ia mencobanya tetap saja ia tidak bisa tidur juga.

Akhirnya Juan hanya merebahkan tubuhnya, seraya memandang wajah Rani dari dekat. Ia merasa senang, dan perasaan pagi ini sungguh sulit ia lukiskan.

'Kenapa aku bisa jatuh cinta padamu sedalam ini, Sayang. Padahal kita belum saling mengenal, tetapi aku sudah bisa hidup tanpamu.'

'Sehari saja tidak mendengar atau pun melihat wajahmu, itu membuatku gila.'

'Jangan pernah membuatku khawatir seperti semalam, sungguh aku tidak akan bisa hidup jika terjadi sesuatu hal yang buruk padamu.'

'Mulai sekarang kamu adalah hidupku, dan aku akan selalu melindungimu. Tidak akan kubiarkan siapa pun hidup, jika berani menyakitimu. Termasuk, seseorang yang telah berani melukaimu dan membuat asma kamu kambuh. Aku berjanji akan membalas mereka.'

Juan terus bermonolog dalam hati, seraya memandang wajah gadisnya penuh puja. Ia tahu Rani tidak sama dengan wanita-wanita yang pernah ia kencani, maka dari itu ia akan menjaga gadisnya dengan seluruh kemampuannya.

Sebelum ia lupa, Juan pun memerintahkan chaf yang ada di mansionnya melalui interkom. Yang berada di samping tempat tidur, ia ingin saat gadisnya bangun segala keperluan mau pun masakan harus sudah tersedia.

Ia tidak mau jika sampai gadisnya menunggu sarapan paginya, karena semalam ia tahu jika Rani sudah melewatkan makan malamnya.

"Buatkan semua makanan enak, apa saja. Buat menu yang berbeda dan paling lezat, jangan sampai ada kesalahan sekecil apa pun."

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang