Episode 17

36 4 0
                                    

Rani Pov

Entah mengapa hatiku tiba-tiba merasa gelisah, dan tidak tenang. Jantung terus berdebar, seolah akan ada sesuatu yang terjadi. Atau ada masalah dengan jantungku, ya?

Aahh ... rasanya tidak mungkin karena selama ini aku merasa baik-baik saja, jikalau aku merasa sakit ketika udara terkadang dingin lalu membuat asmaku kambuh.

Tapi hari ini entah mengapa, hatiku benar-benar tidak nyaman. Haruskah aku datang ke acara pesta dansa nanti malam, tapi kalau tidak datang aku takut dipecat.

Mengingat malam nanti adalah penyambutan CEO restoran tempat kami bekerja, dan ini adalah kali pertama sang CEO datang berkunjung ke restoran.

Sebenarnya aku sama sekali tidak tertarik untuk datang di acara formal seperti itu, tapi dasarnya CEO aneh itu. Tiba-tiba membuat membuat pengumuman, kalau setiap pegawai diwajibkan harus datang ke acara pesta dansa. Kalau tidak, maka akan di pecat.

Anehkan? Belum juga menampakkan batang hidungnya, sudah aneh-aneh membuat peraturan.

Apa CEO itu memang dasarnya orangnya aneh, aku membayangkan kalau CEO itu datang ke restoran. Dengan kepalanya botak, perutnya buncit dan ada kumisnya. Ya, pasti  seperti itu CEO di restoran kami.

Aku pun terkekeh sendiri, ketika membayangkan rupa sang CEO nanti.

Selama ini aku jarang sekali berias, hanya sekadar pakai bedak bayi dan memakai pelembab bibir. Selebihnya hanya polosan saja, makanya sampai sekarang tidak ada pria yang melirikku.

Spesial untuk malam nanti, ketika aku akan pergi ke acara penyambutan CEO kami. Maka aku ingin sedikit berias, agar tidak mempermalukan diri ini di muka umum. Sudah badan besar, wajah pas-pasan.

Aku tidak mau di ejek teman kerjaku nanti, kalau sampai tidak merias diri. Tugas itu sengaja kuberikan pada sahabatku, Talita. Kenapa begitu? Karena dia lah ahlinya, dalam merias wajah seseorang.

Saat ini aku tengah menunggu Talita, cukup lama menunggunya. Kenapa belum belum juga datang. Padahal sekarang sudah sore, aku takut kami tidak sempat berias karena tidak cukup waktu.

Saat aku tengah memikirkan Talita, tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Berharap semoga saja, dia yang datang.

Tok, tok, tok! 

Cekelek!

"Assalamualaikum ... Ran."

''Waalaikumussalam ... Ta. Ayo masuk,kok telat," tanyaku seraya mempersilahkan masuk.

"Apa kita masih sempat berias, Ta? Soalanya acara pestanya 'kan jam tujuh," jawabku tidak semangat.

"Ya sempatlah, tenang saja. Kita masih banyak cukup waktu untuk berias diri. Sekarang tugas kamu hanya menyiapkan gaun yang akan kamu pakai, dan jangan lupa high heels-nya, ya," jawab Talita tenang, tanpa raut wajah panik sepertiku.

"Kalau itu sudah kusiapkan sedari tadi."

"Baguslah."

"Oh, iya dimana Ibu. Kok sedari tadi tidak kelihatan?" tanya Talita, seraya mencari Ibu.

"Ada di kamar lagi istirahat, ayo kita bersiap keburu malam lho," aku mengajak Talita ke kamarku.

"Ayo ... sekarang kita percantik diri,  biar pria-pria tampan nanti terpesona melihat kita," jawab Talita dengan percaya dirinya, dan itu membuatku tersenyum melihat tingkahnya.

Aku masih cemberut, ketika Talita masih merangkulku dengan tangan satunya membawa kotak alat make up seraya menenangkan keresahanku.

"Tenang saja, Ran. Kita cukup waktu untuk melakukan semua, jangan khawatir.''

MAFIA FALL IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang