14

163 15 0
                                    

Langkah demi langkah melaju dengan cepat dan cekatan di atas aspal yang sepi dari lalu-lalang kendaraan. Tentu saja sepi dari lalu-lalang kendaraan, karena ia berlari di jalan khusus orang-orang melakukan jogging. Oh ya, jogging itu harusnya berlari dengan santai, tidak perlu cepat-cepat. Namun, karena Fadil mengajak Bara berkompetisi di taman itu, maka mereka pun larinya tidak lamban.

"Yes, gue menang!" teriak Bara kegirangan setelah ia lebih dulu mencapai garis finish yang sebelumnya ditentukan oleh mereka berdua. Ia melompat dan mengarahkan tangan kanannya lurus ke atas. "Winner!"

Tak lama, Fadil berhenti di dekat Bara. Punggungnya sedikit membungkuk, karena tangannya memegangi lutut. Napasnya keluar ngos-ngosan, dan keningnya dipenuhi tetesan keringat. Wajar saja, mereka berdua sudah berlari selama dua jam. Satu jam lari-lari biasa, dan satu jamnya lagi melakukan kompetisi itu.

"Ada kemajuan lo Bro," ucap Fadil dengan napasnya yang masih terengah sembari menepuk-nepuk pundak Bara.

"Alhamdulillah." Bara menunjukkan senyumannya yang cerah.

Persahabatan yang berfondasi sportivitas, membuat mereka berdua tetap akur, walau kompetisi membuat salah satu di antara mereka menang, dan satunya lagi kalah. Tak ada umpatan yang keluar dari mulut Fadil ketika bendera kekalahan menghampirinya di garis finish. Ia bisa menerima keputusan akhir dengan lapang dada, tanpa perlu memperkarakan kemenangan yang digapai sahabatnya.

Justru, Fadil senang sekali bisa melihat raut gembira di wajah sahabatnya karena menang dalam kompetisi sehat ini. Setidaknya, hal ini bisa menjadi hiburan untuk Bara, agar ia tidak terus-terusan larut dalam angan yang merindu kasih sayang Hana.

"Ya udah, sekarang kita pendinginan dulu," ajak Fadil yang kemudian beralih ke atas hamparan rumput hijau yang terpandang rapi di taman itu. Lalu, ia pun duduk di atasnya dengan kakinya yang diluruskan. Kemudian, Bara pun mengikuti apa yang baru saja Fadil lakukan setelah mengiyakan ajakannya tadi.

Oh ya, sudah sebulan berlalu. Kaki Bara yang semula harus dipen, dan selalu memakai tongkat ke mana-mana, kini sudah bisa normal kembali. Buktinya, Bara sudah bisa berlari dan menang dari kompetisinya dengan Fadil. Ya, itu juga alasan lain Fadil mengajak Bara berlari di weekend dan pagi yang cerah ini, agar kaki Bara bisa lebih baik lagi, insyaallah.

Selama Bara memakai tongkatnya, tadinya ia kira, ia akan terus mendapat ledekan dan tindakan bullying dari Dion. Namun, realitanya tidak seperti apa yang ia bayangkan. Dion justru tak acuh lagi kepadanya setelah mendapat hukuman dari guru BK hari itu. Entah mengapa? Biasanya Dion juga mendapat hukuman dari BK dan malah ada hukuman yang jauh lebih berat daripada hukuman hari itu, tapi Dion tidak berubah. Sekarang dia malah berubah? Ah, tapi disyukuri saja. Semoga Dion berhenti dari tindak-tanduknya yang meresahkan.

"Eh, Bar ... motor lo yang rusak gegara kecelakaan itu di kebengkelin dan dibayarin biaya perbaikannya sama Pak Budi, ya?" tanya Fadil sambil melakukan kegiatan pendinginan.

"Iya, Dil. Heran gue, kenapa baik gitu? Terus, gue juga gak denger mamah ngelarang Pak Budi atau ngambek sama gue. Kan kemarin dia ke rumah gue tuh, tapi dia gak ngomel. Kayak ada yang aneh," opini Bara.

"Dia jadi baik?"

Bara menggeleng pelan. "Mana mungkin, Dil. Dia cuma diemin gue aja, maksudnya gak ngomel tuh gitu."

"Ooh. Lo gak ada niatan ngucapin terima kasih atau memberikan hadiah sebagai tanda terima kasih sama Pak Budi gitu?" usul Fadil. Ia memberikan usul itu, agar hal tersebut bisa menjadi jalan bagi Bara dan ibunya untuk memiliki hubungan yang sehat.

"Wah, ide bagus tuh. Gue beliin apa ya? Takut kemurahan, dia kan orang kaya."

"Yang penting niatnya, gak usah musingin masalah harga. Nanti gue batu cariin sesuatu yang pas, gimana?"

"Setuju!"

...

 Kendaraan roda empat yang elegan melaju di jalan tol. Penghuni-penghuni di dalamnya begitu berseri setelah menjalani liburan, meski satu hari, di pantai Pangandaran. Dalam perjalanan pulangnya, mereka tak henti berbicara hangat satu sama lain. Bahkan, tidak ada rasa canggung yang terlihat dari anak perempuan Budi pada ibu sambung yang sudah menemani mereka sejak dua tahun lamanya.

"Pokoknya Mih, Sella mau liburan ke Raja Ampat kalau libur panjang nanti," ucap Arsella—akrab disapa Sella—dengan gaya bicaranya yang manja, dan sikapnya yang masih childish—di umurnya yang sudah menginjak 17 tahun (seumuran Bara).

"Iya iya, pasti kok Mimih sama Pipih nanti ajak kalian liburan ke sana," balas Hana sembari mengelus rambut Sella dengan lembut.

"Aaah, makasih Mimihku sayang," tutur Sella sambil memeluk Hana dengan hangatnya.

"Arsel gak ikut," timpal Arsel yang dingin, sedingin kulkas, seusai mendengar rencana liburan bersama yang akan dilaksanakan setelah sekolah mengumumkan libur panjang dari kelulusan Sella.

Sella langsung cemberut mendengar kakaknya tak mau ikut. "Yaah Kakak, ikut dong. Kan seru bisa liburan bareng."

Arsel dan Arsella memang berbeda. Arsella lebih mudah menerima sosok ibu sambung dalam hidupnya. Sedangkan, Arsel masih tidak menyukai kehadiran sosok ibu sambung itu. Ia tahu jelas, kehadiran ibu sambung bukan berarti mengganti ibunya yang telah meninggal—sejak ia berumur 15 tahun. Ibu kandungnya akan selalu ada di dalam hati. Namun, butuh waktu yang lebih lama lagi agar Arsen bisa menerima Hana dalam hidupnya. Terlebih, ia memang bukan tipe orang yang mudah percaya pada orang lain, sehingga cukup sulit bagi Hana untuk mendapat perhatian dari putra suaminya itu.

"Kamu libur, tapi kerjaan kantor Kakak, nggak," balas Arsel yang umurnya sembilan tahun lebih tua dari Sella. Ia sudah lulus S2 dan sudah bekerja di perusahaan cabang milik PT. Budi Cahaya—perusahaan ayahnya.

"Kamu bisa izin, Arsel. Nanti Pipih bisa atur, turuti permintaan adek kamu dong," bujuk Budi yang membuat Arsel menghela napasnya berat.

"Hm ... Arsel pikirin dulu aja, sama mau liat kondisi nanti gimana."

Hana tersenyum tipis mendengarnya, dan ia berharap, semoga Arsel bisa segera membuka hati kepada sosok ibu barunya ini.

***

Bara✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang