Bab 14

71 20 0
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽




















.




















.

Kereta kuda sedang melaju dengan kencang menuju gerbang kota milik Klan Netral. Buru-buru, seorang pemuda langsung menahan kereta kuda itu masuk karena ia sudah telanjur kaget ada kereta kuda milik klan kanan mendatangi kota ini. Ia takut jika terjadi kerusuhan seperti tempo hari yang lalu.

"Maaf Tuan biarkan kereta kuda Tuan saya lewat, " Kata sang kusir.

"Saya tidak bisa karena saya tidak diperintahkan untuk membiarkan Anda lewat, " ucap pemuda itu.

"Jika Anda tidak menyingkir dengan cepat, Tuan saya akan memarahi saya, " Kata sang kusir memelas. Sebenarnya pemuda itu kasihan tapi protokol peraturan harus tetap ditegakkan.

Lalu, seorang pria keluar dengan pakaiannya yang serba mewah. Tangan kirinya membawa sebuah pedang yang gagangnya ditaburi baru berlian. Ia memandang pemuda itu dengan senyum ramah miliknya.

"Saya harus mendatangi Nona Gayoung ada hal darurat yang harus saya sampaikan, " kata Juyeon dengan sopan.

"Ah maafkan saya Tuan Juyeon. Saya tidak tau jika Anda yang kemari, " kata pemuda itu sambil membungkuk.

"Baiklah tidak apa-apa. Biarkan aku berjalan saja dari sini karena aku tidak mau kota ini menjadi ramai hanya karena kereta kuda melaju ke dalam sana, " Kata Juyeon sambil berjalan melewati gerbang dengan cepat.

Ia sudah tak memiliki waktu banyak untuk beradu argumen lagi. Ada hal yang harus diketahui Gayoung dengan cepat. Tangannya sedikit gemetar ketika mengingat hal yang harus ia sampaikan pada Nona Gayoung yang sudah dirinya jadikan panutan sejak muda.

"Juyeon, " Desis Sangyeon saat melihat Juyeon berjalan menuju kediaman Gayoung.

"Sudah lama tak bertemu Tuan Sangyeon, " Kata Juyeon saat menyadari ada Sangyeon yang keluar dari halaman rumah Gayoung.

"Anda mau apa kemari? " tanya Sangyeon cepat.

"Saya hanya akan bertamu di rumah Nona. Saya harap Anda bisa cepat-cepat ke istana dan berjaga-jaga di ibu kota. Jangan sampai ada kerusuhan seperti dulu yang membuat Nona Gayoung dan Pangeran Sunwoo tak sadarkan diri hingga setahun, "

Lalu, Sangyeon merubah wujudnya menjadi serigala dan berlari menuju ibu kota dengan cepat. Bahkan ia memutar arah menuju hutan belantara agar lebih cepat sampai ibu kota.

Sementara itu, Juyeon langsung memilih memasuki pekarangan rumah itu. Matanya melihat berbagai bunga yang tumbuh. Senyumnya tercipta saat menyadari bahwa semua bunga itu kesukaan Sunwoo. Tangannya bergerak untuk mengetuk pintu rumah Gayoung.

"Nona Gayoung ini Juyeon, " teriak Juyeon.

Lalu, pintu terbuka dan memperlihatkan Gayoung yang siap dengan pakaiannya yang rapi. Juyeon sudah memperkirakan bahwa Gayoung pastinya akan pergi malam ini.

"Tumben Anda kemari Tuan, " kata Gayoung heran.

"Bolehkah saya masuk? " tanya Juyeon yang langsung diangguki Gayoung. Gayoung membuka pintu semakin lebar dan mempersilahkan Juyeon masuk dan duduk di salah satu sofa yang ada.

Juyeon  duduk dan di depannya tiba-tiba saja sudah tersaji susu kambing etawa kesukaannya. "Silahkan minum Tuan, " Kata Gayoung saat menyadari tatapan Juyeon penuh puja pada minuman itu. Langsung saja, Juyeon menenggaknya hingga habis.

"Saya memiliki sebuah informasi penting untuk Anda, Nona. " Kata Juyeon sembari meletakkan kembali gelas tadi ke meja.

Juyeon baru saja memasuki sebuah perpustakaan di Kerajaan karena dirinya ingin sekali meminjam beberapa buku dongeng untuk putrinya yang sangat mencintai kegiatan membaca.

Tapi, langkahnya terhenti ketika mendengar dua buah suara yang seperti sedang berbicara. Tubuhnya ia pepetkan pada dinding di sebelah kirinya. Telinganya bahkan ia tempelkan pada dinding dingin itu.

"Ryukyu, pasukanmu kapan melakukan penyerangan? "

"Saat malam purnama Raja karena di malam itu Natasha akan kehilangan kendali pada dirinya dan hal itu pastinya membuat Gayoung datang. Disana kita pasti bisa menyudutkan Gayoung untuk melepaskan gelarnya karena sudah membesarkan werewolf sihir hitam, "

"Apa kau tak kasihan pada putrimu yang kau jadikan senjata untuk menyerang Gayoung? "

"Saya balik pertanyaan juga, apa Anda tak kasihan pada Pangeran Sunwoo? Anda seperti tak memiliki perasaan karena sudah berencana membunuhnya, "

"Kalau begitu, bagaimana perasaanmu pada Erick yang notabene adalah mantan matemu? "

Tubuh Juyeon merosot karena tak menyangka bahwa istrinya yang paling ia cintai justru merupakan wanita yang telah melepaskan hubungan mate pada sahabatnya yang sudah dirinya anggap seperti adiknya.

"Kalau begitu, saya butuh prajurit klanmu untuk membantu prajuritku yang ada di ibu kota. Saya akan mencoba menghalangi sihir hitam Natasha untuk keluar, " Kata Gayoung mutlak.

'' Baiklah Nona dan saya meminta maaf atas nama istri saya yang sudah memberatkan tugas Anda, " Kata Juyeon membungkuk dalam.

"Tidak apa-apa. Bolehkah saya meminta tolong? " tanya Gayoung.

"Tentu saja Nona, " kata Juyeon mantab.

"Jika pertempuran itu terjadi dan saya tidak sadarkan diri juga, semua keputusan bersama antar klan akan saya serahkan padamu dan Tuan Changmin."

TBC

Hidden MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang