Malem itu

2.2K 293 37
                                    

Alice mau wisuda sebentar lagi. 2 bulan dari sekarang dia udah mempersiapkan segala hal.

Rosie sebagai adek juga udah persiapkan diri buat nyari hadiah keberhasilan kakaknya. Dilain hal dia juga lega setelah jalanin ujian Nasional untuk bisa masuk ke kampus terbaik pilihan orang tua.

Waktu jam makan malam...

" Gimana kalau adek di kirim ke Amerika?" - Dad.

" Amerika banyak kampus terbaik. Gimana Chae? Mau? Anak-anak teman Daddy banyak disana. Kamu bisa berbaur sama mereka juga." - Mom.

Alice berhenti makan. Dia natap Rosie yang bingung mau milih kampus mana. Sedangkan 2 hari yang lalu, dia bisa langsung masuk ke perguruan tinggi karena nilai raport dia mampu masuk di berbagai kampus dan jurusan yang dia mau. Jebolan Sopa high school banyak yang universitas di luar Korea.

" Emm gimana kalau Chae mikir dulu? Yaa emm-- nilai ujian Nasional juga belum keluar. Paling nggak 2 Minggu ke depan baru bisa di prediksi."

" Chae nggak harus nunggu nilai UN. Sekolah kan sudah mengirimkan hasil tes dan di terima di berbagai kampus Seoul bahkan di luar Korea mau menampung nilai adek."

Alice ngelirik Rosie lagi. Keknya adek dia tuh banyak pertimbangan buat pergi jauh dari orang tua. Bukan berarti Rosie anak manja. Tapi mikir aja, dia terlalu sensitif ninggalin Alice yang masih belum menikah. Siapa yang jaga kalau bukan saudara? Adek? Rosie sayang banget sama Alice meski kadang sama-sama menyebalkan.

" Adek belum mau ninggalin rumah Dad. Masih ada yang harus di selesaikan."

" Apa?" Ortu Rosie bingung. Apa lagi yang harus di selesaikan sedangkan Rosie cuman tinggal melangkah aja kalau mau masuk perguruan tinggi.

" Chae masih mau jaga Kakak. Siapa lagi yang merhatiin Kakak kalau bukan adek? Dad Mom sibuk soalnya. Nggak mungkin setiap saat di rumah."

Alice senyum. Senang rasanya punya Rosie sebagai adek yang pengertian. Itu karena Rosie cowok, ngerti perasaan saudara kandung. Pasti sensitif banget kalau kakaknya kenapa-napa. Apalagi karena cowok. Bisa aja Rosie ajak aduh otot kalau Alice sampai terluka hati atau fisik sekalipun.

Ortu mereka yang denger dam perhatiin senyuman anak pada mikir lagi. Mereka nggak maksa kok anak jadi harus apa. Tapi mereka cuman mau jadi pendorong semangat anak-anaknya biar nggak salah jalan.

" Yasudah, Daddy nggak masalah mau adek di perguruan mana. Selagi adek nyaman dengan lingkungan, Daddy sama Mommy setuju aja."

Rosie senyum, ngangguk terus lanjut makan sambil ngelirik keluarga dia yang bahas hal lain lagi setelah menyelesaikan keinginan Rosie soal kuliah.

°°°

Rosie tiduran nyandar di atas kasur. Dia sibuk balasin chat temen kelas dan ada juga sih yang chat, cewek malah. Nanya-nanya Rosie lagi apa, udah makan belum, pokoknya segala hal yang menunjukkan sisi suka mereka sama Rosie.

Rosie nggak masalah kok buat balasnya satu-satu. Lagian kalau ada yang suka yaudah nggak papa. Tapi jangan sampai over. Nanti bisa aja terganggu mental gara-gara suka sama Rosie yang ntah kapan punya pacar.

Eh lihat-lihat snap, ternyata 5 menit yang lalu Jennie post perbaruan foto. Rosie ngeliat bahkan ampe di tatap selama 6 menit.

Dia nggak berani lagi buat chat Jennie karena tau Jennie lebih tua dari dia. Alangkah nggak sopan nya Rosie goda cewek yang lebih paham betul namanya kedewasaan.

Rosie belum mau di bilang dewasa, dia cuman bocah laki-laki yang masih berumur 19 tahun. Sudah ngerti pacaran tapi belum punya pacar.

Ting!!

Eye to heart 1 [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang