BROKEN
Kedua insan berbeda gender itu menatap langit temaram tanpa bintang dengan saling bersandar. Saling terdiam dengan pikiran menerawang.
"Nyatanya takdir kita sejahat ini ya," ucap pemuda itu, menatap gadis yang tengah merebahkan kepala di bahunya.
"Aku mencintaimu, tapi kenapa rasanya sesakit ini," lanjutnya. Matanya berkaca-kaca, memancarkan sejuta rasa kecewa.
"Kita masih tetap bisa bersama kan," balas si gadis yang juga telah menatap sang pemuda.
"Iya, tapi semuanya akan berbeda."
"Bolehkan aku mencium bibir itu untuk terakhir kalinya," lanjut sang pemuda membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata gadisnya.
Ia mengangguk, kemudian memejamkan mata. Tidak ada lumatan disana, hanya ciuman perpisahan dan kerinduan serta kesakitan yang amat dalam.
"Apa kita bisa kabur?" Ucap sang pemuda tiba-tiba setelah ciuman berakhir.
"Itu gak bener." Gadis itu menggeleng.
"Aku tau, tapi aku tak mengingat segalanya. Aku yakin semua itu tidaklah nyata."
"Ta—"
"Ayo!" ucap sang pemuda menarik gadisnya pergi dari sana.
"Aku gak mau, ini gak bener." Sang gadis meronta, namun kekuatannya tak seberapa.
"Cuma ini caranya agar kita tetap bisa bersama menjadi sepasang kekasih." Pemuda itu terus menarik gadisnya yang meronta-ronta.
"Jangan gila, itu gak mungkin." Sang gadis menghempaskan tangannya. Membuat si pemuda berhenti berjalan dan berbalik menatapnya.
Jalanan sepi menyaksikan perdebatan keduanya, memecah hening dengan suara yang menggema.
"Aku mencintaimu. Dan aku ingin kita tetap bersama, kita akan pergi lalu membangun keluarga bahagia," ucap sang pemuda keras kepala.
"Gak, aku gak mau," balas sang gadis kemudian berbalik hendak pergi, namun tangannya terlebih dahulu ditahan si pemuda.
"Ayo, setelah ini kita pasti bahagia," ucap sang pemuda.
"Gak, kita gak akan bahagia dengan cara kayak gini."
"Tapi a,-"
"AWAS, KAK!" teriak sang gadis tiba-tiba karena sebuah mobil yang melesat maju kearah keduanya.
Gadis itu hendak mendorong sang pemuda, namun sepertinya semesta tak berpihak kepada keduanya. Mereka sama-sama terpental, berguling membentur aspal.
Darah segar mengalir, menciptakan bau anyir. Pemuda itu masih tersadar, menatap sekeliling dengan mata buram. Ia mencari gadisnya, yang berjarak beberapa meter darinya.
Namun tubuhnya tak bisa apa-apa, raganya mati rasa. Mulutnya terbuka seperti berbicara, namun suara tak terdengar dari sana.
Setetes air mata jatuh dari pelupuknya, menatap gadis di depan sana yang terbaring tanpa daya. Ia menyesali semuanya, kemudian berharap bisa memperbaikinya.
Matanya memberat, kemudian perlahan menutup. Namun ia masih mendengar semuanya, suara beberapa orang yang datang mendekati mereka.
Pikirannya hanya tertuju pada kondisi gadisnya, berharap ia akan selamat dan baik-baik saja. Pemuda itu tak apa jika nyawanya terenggut, asalkan gadisnya tetap hidup.
Perlahan, kesadarannya mulai hilang. Suara-suara itu memudar.
Pemuda itu menarik napas dalam, berharap dirinya dan sang gadis akan tetap sealam.
Setelah itu kesadarannya terenggut bersama tubuh yang terasa remuk.BROKEN
HAI... GIMANA PROLOGNYA?
JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMEN DAN VOTE YA
MASUKIN CERITA INI KE READING LIST ATAU LIBRARY KALIAN, BIAR GAK KETINGGALAN UPDATE-AN NYA
SAMPAI JUMPA DI PART BERIKUTNYA
Publish awal : 13 Sep 2020
Republish : 01 Okt 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (END)
Teen FictionBELUM DIREVISI Judul awal : Topeng ________-----_______ Sejak kepergian kedua orang tuanya, dan hilangnya sang kakak, CLARRISA harus tinggal bersama bibi tirinya beserta keluarga wanita itu. Awalnya ia pikir semua akan berjalan lancar dan baik-baik...