۝Chapter #46۝

552 53 4
                                    

۝BROKEN۝

Sudah seminggu sejak kejadian di taman belakang itu, hari ini Arga mengajak Clarissa pergi ke suatu tempat. Entah kemana, Pemuda itu tak memberi tahu Clarissa tentang tujuannya.

Motor yang Arga kendarai memasuki sebuah pekarang yang cukup luas, banyak sekali anak kecil disana. Dan ternyata, itu adalah sebuah panti asuhan, terlihat dari papan nama yang terpampang jelas bertulisan 'Panti Asuhan Bakti Darma'.

Clarissa turun dari motor Arga, lalu membuka helm yang bertengker di kepalanya.

"KAK ARGA," teriak beberapa anak lalu berlari menghampiri Arga.

Pemuda itu tersenyum, lalu berjongkok sambil merentangkan tangannya. Anak-anak itu tak segan-segan memeluk Arga, sampai-sampai pemuda itu hampir terjungkal.

"Kak Arga kemana aja? Kok baru ke sini?" tanya seorang gadis kecil yang terlihat paling mungil diantara semuanya.

"Kak Arga lagi sibuk, Maafin ya. Nih buat kalian, bagi yang adil ya," ucap Arga sambil menyerahkan sekantong cemilan dan cokelat kepada gadis kecil itu.

"YEAY ... Makasih, Kak Arga," ucap mereka semua kemudian berjalan menjauh untuk menemui anak yang lain, membagikan makanan yang di berikan Arga.

Clarissa tersenyum, mungkin tak akan ada yang menyangka jika sosok kejam seperti Arga bersikap begitu baik.

"Ayo." Arga menarik tangan Clarissa, keduanya berjalan beriringan memasuki panti itu.

Ketika Clarissa sedang asik menatap sekeliling, Arga tiba-tiba membuka suara.

"Ini panti tempat aku tinggal dulu, Cla."

Clarissa tampak tak terkejut, ia sudah menduga itu dari awal. Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk.

"Aku tau," ucapnya.

Sekarang giliran Arga yang tersenyum, lalu kembali menarik tangan gadisnya.

"Ehh, Den Arga," ucap seorang pria paruh baya. Pak Deden namanya, tukang kebun yang juga membantu membersihkan panti ini.

"Siang, Pak. Bunda Ani ada?"

"Ada, Den. Masuk aja ke dalam," jawab Pak Deden.

"Makasih, Pak. Oh iya, kenalin ini Clarissa," ucap Arga.

Clarissa tersenyum, lalu menyalami pria patuh baya itu.

"Clarissa, Pak," ucapnya.

"Cantik, pacar aden ya?" tanya Pak Deden.

"Calon istri, Pak," jawab Arga. Clarissa melotot, mencubit lengan Arga pelan yang sama sekali tak berpengaruh untuk pemuda itu.

Pemuda itu justru tersenyum senang menatap Clarissa. Sedangkan gadis itu telah merona merah, ia senang sekaligus malu ketika Arga mengakuinya sebagai calon istri.

"Wah, semoga beneran sampe nikah den," ujar Pak Deden.

"Amin... Ya udah, saya ke dalam dulu ya pak. Mau ketemu bunda," pamit Arga.

Pak Deden mengangguk, lalu sepasang kekasih itu berlalu pergi. Arga membawa Clarissa memasuki sebuah ruangan, entah ruang apa Clarissa tak tahu.

Setelah masuk beberapa langkah lebih jauh, ternyata ruangan itu semacam tempat pertemuan. Terbukti dari sofa dan meja yang disusun rapi, dan disana juga terdapat seorang wanita yang duduk berhadapan dengan sepasang suami istri, seperti tengah membicarakan hal penting.

"Tunggu dulu ya, kayaknya ada yang mau adopsi anak," ujar Arga keduanya berdiri agak jauh dari tempat orang-orang itu.

Clarissa mengangguk paham, sepertinya ruangan ini memang di peruntukkan untuk hal itu.

Beberapa saat menunggu, akhirnya sepasang suami itu keluar. Dengan segera, Arga menarik Clarissa menghampiri wanita tadi.

"Bunda," panggil Arga.

Wanita itu menoleh, lalu tersenyum senang. Mendekati Arga lalu memeluk pemuda itu.

"Kamu kemana aja, nak? Kok baru kesini?" tanya wanita itu. Bu Ani namanya, atau yang anak-anak panti sering panggil bunda. Pemilik sekaligus pengurus panti asuhan ini.

"Maaf, Bun. Akhir-akhir ini banyak yang harus Arga urus," jawab Arga.

Ani mengangguk tanda mengerti, kemudian matanya beralih kepada Clarissa.

"Siapa yang kamu bawa?" tanya Ani sambil melirik Clarissa jahil.

"Calon bunda dari anak-anak Arga," balas pemuda itu yang kembali membuat Clarissa merona.

"Ahh, akhirnya kamu bawa calon mantu buat bunda," ucap Ani tersenyum kemudian beralih memeluk Clarissa.

"Nama kamu siapa nak?" tanya Ani setelah pelukan itu terlepas.

"Clarissa, bunda," jawab Clarissa sopan dengan senyum manis.

"Cantik, seperti orangnya," puji Ani membuat Clarissa tersipu malu.

"Ehh, ayo. Duduk-duduk, kita ngobrol bareng," ajak Ani.

Ketiganya kemudian berbincang-bincang sambil sesekali tertawa. Bunda Ani tampak sangat antusias menceritakan semua hal kepada dua anak muda itu, dimulai dari kondisi panti hingga perkembangan anak-anak disana. Tak lupa juga wanita paruh baya itu menceritakan tentang masa kecil Arga di panti itu.

"Mau lihat foto Arga dulu?" tanya Ani.

"Bun," tegur Arga, ia tak mau Clarissa melihat wajahnya yang dulu hancur.

"Gapapa, sayang. Clarissa juga perlu tau wajah kamu yang dulu," ucap Ani memberi pengertian.

"Ta—"

"Kak Arga, ayo main bola," ajak seorang bocah laki-laki yang tiba-tiba datang membawa sebuah bola.

"Nanti aja ya," balas Arga lembut dengan mengelus puncak kepala anak itu.

"Gak mau, mau nya sekarang. Ayo!" Anak itu menarik-narik tangan Arga.

"Sudah, kamu temenin anak-anak main sana. Clarissa biar sama Bunda," ucap Ani.

Arga menoleh kepada Clarissa, meminta persetujuan. Clarissa pun mengangguk sebagai jawaban.

"Ayo," ucap Arga kepada bocah itu yang membuatnya memekik kegirangan. Lalu dengan semangat menarik tangan Arga keluar ruangan.

"Sebentar ya," ucap Ani kemudian berjalan menjauh menuju sebuah lemari kecil. Membukanya lalu mengambil sebuah album foto dari sana.

Wanita itu kembali duduk di samping Clarissa, membuka lembar demi lembar album itu.

"Nah, ini sahabatnya Arga dulu. Ketika yang lain tak mau berteman dengan Arga karena wajahnya yang rusak, anak ini satu-satunya yang mau bermain dengan Arga. Namanya Aksa," ujar Ani menunjuk sebuah foto yang berisikan anak laki-laki dengan rambut keriting dan kulit sawo matang.

"Terus sekarang dia kemana, bun?" tanya Clarissa. Seketika wajah Ani berubah sendu, membuat Clarissa kebingungan.

"Dia sudah meninggal. Sebulan sebelum Arga menjalankan operasi plastik, Aksa meninggal karena gagal ginjal," jelas Ani.

"Ahh, maaf bun," ucap Clarissa merasa bersalah karena sudah membuat Ani kembali teringat hal menyedihkan itu.

"Tidak apa-apa. Nah, sekarang kita cari foto Arga. Eum ... Mana ya," kata Ani mencari-cari foto Arga.

"Ahh, ini dia. Lihat, ini sebelum Arga melakukan operasi plastik. Sebagian wajahnya rusak, walau sebagian lagi tampak bagus," ucap Ani menunjukkan satu foto.

"Nih." Ani memberikan album itu kepada Clarissa, yang langsung di terima gadis itu.

Clarissa melihat foto yang tadi di tunjuk Ani, memperhatikan dengan seksama. Lalu...

Deg...

۝BROKEN۝

HAYYO... KENAPA LAGI TUH?

ADA YANG UDAH BISA NEBAK?

OHH IYA, INI MEMASUKI KONFLIK UTAMANYA

SIAP-SIAP YA

Broken (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang