Play mulmed biar feelnya dapet:)
BROKEN
Mobil Arga berjalan menjauhi kota, menuju sebuah tempat yang katanya begitu cocok untuk melihat bintang bersama.
Tidak jauh, namun tidak dekat juga dengan kota. Tempat itu seperti sebuah perbukitan atau dataran, tapi ada jalan besar yang menuju kesana. Walau tampak lenggang, namun mereka harus berhati-hati karena ada beberapa mobil yang melaju kencang.
Hanya membutuhkan waktu kurang dari 25 menit mereka sudah sampai.
"Ayo," ajak Arga, lalu keduanya keluar dari mobil. Pemuda itu mengajak Clarissa untuk duduk di kap mobilnya.
"Waw." Clarissa berdecak kagum melihat kemerlap kota yang begitu indah dari sana. Cahaya dari perumahan dan gedung-gedung yang menjulang tampak begitu memukau.
"Yah, tapi gak ada bintang kak," ucap Clarissa sedih.
"Mungkin bintangnya minder karna tau kamu mau liat mereka," kata Arga.
"Minder kenapa coba?"
"Ya minder, karna kamu lebih bercahaya dan cantik dari mereka."
"Dasar gombal," ucap Clarissa tertawa kecil.
"Kita masih punya besok buat liat bintangnya," kata Arga mengelus rambut Clarissa lembut.
Gadis itu mengangguk, lalu menyandarkan kepalanya di bahu Arga.
Keduanya menatap langit temaram di atas sana, gelap tapi terasa menenangkan.
Sama-sama terdiam, pikiran keduanya menerawang. Cukup lama, hingga Arga tiba-tiba berceletuk...
"Kita beneran harus putus ya?"
Clarissa terkejut bukan main dengan pertanyaan tiba-tiba itu, namun gadis berusaha untuk tetap terlihat santai. Ia mengangguk, walau sebenarnya begitu berat.
Kembali, hening mendominasi semuanya.
"Nyatanya takdir kita sejahat ini ya," ucap Arga lagi sambil menatap menatap Clarissa yang masih merebahkan kepala dibahunya.
"Aku mencintaimu, tapi kenapa rasanya sesakit ini," lanjutnya. Matanya berkaca-kaca, memancarkan sejuta rasa kecewa.
"Kita masih tetap bisa bersama kan," balas Clarissa. Ia menegakkan tubuhnya, lalu menatap Arga dengan tatapan sendu. Keduanya memang akan tetap bersama, tapi sebagai keluarga.
"Iya, tapi semuanya akan berbeda."
"Bolehkan aku mencium bibir itu untuk terakhir kalinya," lanjut Arga membuat setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Clarissa. Kenapa begitu menyesakkan? Kenapa seolah ini adalah sebuah perpisahan? Padahal mereka masih punya besok untuk bersama bukan?
Namun sejurus kemudian ia mengangguk, kemudian memejamkan mata. Arga memanggutnya. Tidak ada lumatan disana, hanya ciuman lembut bagai tanda perpisahan dan kesakitan yang amat dalam.
"Apa kita bisa kabur?" ucap Arga tiba-tiba setelah ciuman berakhir. Clarissa menggeleng, apa pemuda itu sudah gila hingga berencana untuk kabur?
"Itu gak bener."
"Aku tau, tapi aku tak mengingat segalanya. Aku yakin semua itu tidaklah nyata." Pemuda itu tampak begitu putus asa, air mata telah mengalir di pipinya.
"Ta—"
"Ayo," ucap Arga menarik Clarissa pergi dari sana.
Ia akan meninggalkan mobilnya. Karena jika mobil itu dibawa, orang-orang akan mudah mengetahui keberadaannya dan Clarissa.
"Aku gak mau, ini gak bener." Clarissa meronta, namun kekuatannya tak seberapa. Arga terus saja menariknya berjalan menyusuri jalan raya.
"Cuma ini caranya agar kita tetap bisa bersama menjadi sepasang kekasih," ucap Arga. Saking putus asanya, Pemuda itu hingga berpikiran nekat seperti ini. Ini benar-benar di luar dugaan Clarissa.
"Jangan gila, itu gak mungkin," sarkas Clarissa sambil menghempaskan tangannya. Membuat Arga berhenti berjalan dan berbalik menatapnya.
Jalanan sepi menyaksikan perdebatan keduanya, memecah hening dengan suara mereka yang menggema. Beberapa jangkrik dan kodok sepertinya ikut menjadi penonton, dimana suara-suara hewan itu kini hilang entah kemana.
"Aku mencintaimu. Dan aku ingin kita tetap bersama, kita akan pergi lalu membangun keluarga bahagia," ucap Arga keras kepala. Keegoisan sepertinya sudah mendominasi hati dan otak pemuda itu sekarang, hingga ia tak bisa berpikir jernih.
"Gak, aku gak mau," kukuh Clarissa kemudian berbalik hendak pergi, namun tangannya terlebih dahulu ditahan si pemuda. Membuat Clarissa kembali menatap Arga.
"Ayo, setelah ini kita pasti bahagia," ucap Arga, pemuda itu terus saja memaksa Clarissa.
"Gak, kita gak akan bahagia dengan cara kayak gini," balas Clarissa.
Bagaimana mungkin mereka bisa bahagia sedangkan Tuhan tak merestui keduanya? Mereka bersaudara, menikah? Itu mustahil.
"Tapi a—"
"AWAS, KAK!" teriak Clarissa tiba-tiba karena sebuah mobil yang melesat maju kearah keduanya.
Gadis itu hendak mendorong Arga, namun sepertinya semesta tak berpihak kepada keduanya. Mereka sama-sama terpental, berguling membentur aspal.
Darah segar mengalir, menciptakan bau anyir. Pemuda itu masih tersadar, menatap sekeliling dengan mata buram. Ia mencari gadisnya, yang berjarak beberapa meter darinya.
Namun tubuhnya tak bisa apa-apa, raganya mati rasa. Mulutnya terbuka seperti berbicara, namun suara tak terdengar dari sana.
Bersusah payah ia mencoba mengerakkan tubuhnya, namun tak bisa. Tubuh nya kaku, kali ini bukan hanya hatinya yang remuk dan hancur, tapi juga tubuhnya.
Setetes air mata jatuh dari pelupuknya, menatap gadis di depan sana yang terbaring tanpa daya. Mata Clarissa terpejam, namun beberapa kali mulut gadis itu tertutup dan terbuka seperti mencari oksigen.
Apa ia salah jika berharap keduanya bisa bersama dan hidup bahagia sebagai dua orang yang saling mencinta?
Tapi takdir memang tak bisa dilawan. Ego besar Arga, Tuhan balas dengan seinstan ini.
Ia menyesali semuanya, kemudian berharap bisa memperbaikinya. Walau tak bisa merubah apa-apa untuk sekarang, namun ia berjanji semuanya akan ia bayar lunas nantinya.
Matanya memberat, kemudian perlahan menutup. Namun ia masih mendengar semuanya, suara beberapa orang yang datang mendekati mereka.
Pikirannya hanya tertuju pada kondisi gadisnya, berharap ia akan selamat dan baik-baik saja. Pemuda itu tak apa jika nyawanya terenggut, asalkan gadisnya tetap hidup.
Ia sadar, jika dari awal dirinya lah yang memulai. Mulai mendekati Clarissa, lalu meyakinkan gadis itu jika ia akan mencintainya sepenuhnya dan tak akan menghancurkan hatinya.
Namun semuanya tak sesuai apa yang katakan serta harapkan. Bukan hanya hati dan hidup Clarissa yang hancur, hidupnya pun juga begitu.
Perlahan, kesadarannya mulai hilang. Suara-suara orang itu memudar.Pemuda itu menarik napas dalam, berharap dirinya dan sang gadis akan tetap sealam.Setelah itu kesadarannya terenggut bersama tubuh yang terasa remuk.
BROKEN
HAI... HAI...
PART INI UDAH AKU SPOILER DI PROLOG YAH...
DAN BEBERAPA PART LAGI ENDINGNYA YUHU...
SO, KALIAN TIM HAPPY END ATAU SAD END?
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (END)
Ficção AdolescenteBELUM DIREVISI Judul awal : Topeng ________-----_______ Sejak kepergian kedua orang tuanya, dan hilangnya sang kakak, CLARRISA harus tinggal bersama bibi tirinya beserta keluarga wanita itu. Awalnya ia pikir semua akan berjalan lancar dan baik-baik...