BROKEN
Clarissa terbangun dari tidurnya karena rasa perih pada perutnya. Ia kemudian disuguhkan pemandangan dimana adiknya, Dinda, tengah asik membuat sayatan disana.
"Dek, kamu ngapain?" ucap Clarissa berusaha bangkit.
"Diem, gak usah gerak!" ucap Dinda tegas kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya. Clarissa pun hanya diam tak melawan, ia kemudian melirik jam dinding di kamarnya, Pukul 02.15.
"Nah, selesai. Bagus kan?" tanya Dinda tersenyum menatap sayatan yang ia buat di perut Clarissa.
Clarissa menatap perutnya, disana terdapat sayatan yang membentuk kata 'Fuck'.
"Dek, bisa gak jangan lukai kak Sasa sekali aja?" ucap Clarissa pelan dengan suara tercekat.
"Gak bisa, Karna pisau gue, Kak Bram dan Mama, Papa setiap saat merindukan kulit lo. Ia seperti berteriak ingin membuat karya indah di tubuh lo," ucap Dinda sambil mengeluarkan smirknya.
"Dek-"
"Gak usah panggil gue dek, karna gue bukan adik lo," ucap Dinda memotong pembicaraan Clarissa.
"Masih untung ya, kita gak buang lo dan ngebiarin lo terlantar di jalanan. Tapi jangan harap gue mau lo panggil dek, atau gue mau manggil lo kak. Jangan pernah berharap itu terjadi," ucap Dinda kemudian berlalu pergi meninggalkan Clarissa.
Clarissa menghela nafas, dirinya tak menangis. Namun ia tidak bisa menafikan jika hatinya sakit.
Selama 7 tahun ia hidup bersama keluarga ini, semua makian, hujatan, hinaan, bentakan, tamparan dan pukulan telah ia dapatkan. Namun tetap saja, hati siapa yang tidak akan sakit mendapat perlakuan seperti itu dari keluarga sendiri.
Clarissa sadar jika dirinya bukanlah keluarga kandung mereka. Tapi tidak bisa kah mereka memperlakukan Clarissa dengan baik sekali saja?
"Huh..." Sekali lagi, ia menghela nafas kasar kemudian berjalan menuju balkon kamar. Tak peduli rasa perih diperutnya, atau darah yang mengalir dari sana. Ia hanya ingin menghirup udara segar, walau dinginnya malam hanya akan membuatnya sakit nantinya.
Clarissa duduk dibangku yang tersedia di sana, menatap langit malam yang gelap gulita. Seperti hidupnya, yang kelam dan tak bercahaya. Tak satu pun bintang disana, bahkan bulan pun tertutupi awan kelabu. Seperti dirinya yang selalu seorang diri, tanpa hadirnya teman, keluarga, apalagi cinta sejati.
Kadang ia berpikir, apakah hidupnya memang ditakdirkan untuk seperti ini? Takdir yang tak menyenangkan, hidup sendirian dengan banyak beban. Ia sadar jika dirinya tak seharusnya selalu mengeluh, tapi rasa sakit yang menghancurkannya membuatnya tak lagi teguh. Dia lelah, Otak dan hati memintanya bertahan dan tegar, namun keadaan membuatnya goyah dan ingin menyerah.
Jika ia bisa memutar ulang semua kejadian, ia ingin kembali ke masa lampau. Di saat dirinya masih bisa tersenyum senang bahkan tertawa terpingkal-pingkal. Bersama kedua orang tua dan saudara laki-lakinya.
Ya, Clarissa punya kakak laki-laki bernama Ciko Putra Aditama. Perbedaan umur mereka hanya setahun, dan mereka sangat dekat. Namun sampai sekarang ia tidak tau keberadaan kakaknya, entah ia masih hidup atau meninggal.
Dulu, saat mereka mengalami kecelakaan Ciko tidak di temukan. Sementara itu kedua orang tua nya meninggal dan dirinya selamat walau harus mengalami koma selama 3 hari.
Clarissa selalu berharap jika kakaknya itu masih hidup, walau sampai sekarang mereka belum dipertemukan.
☯෴☯☯෴☯☯෴☯
Temaram bulan menemani kesunyian Arga, menghempasnya kembali ke realita dimana dirinya berada. Ia punya segalanya, harta serta tahta, tapi tidak dengan keluarga.
Hidup Arga senyap dan selalu ditemani gelap, Itu pula yang membuatnya tak segan menjadi psikopat. Tak punya rasa kasihan, dan tak pernah merasakan kasih sayang.
Ia dibesarkan di sebuah panti asuhan, kemudian berusaha keras untuk menjadi seperti sekarang. Hidupnya yang dulu kekurangan, kini penuh kemewahan, namun tetap saja tak ada yang membuatnya merasa spesial.
Matanya yang kelam melihat ke langit malam, tak ada bintang disana. Hanya bulan temaram yang berdiri sendirian. Kadang dia berpikir dia adalah langit itu, yang gelap dan kelam. Namun siapa bulannya? Bulan yang selalu ada disisinya meski bintang pergi meninggalkannya.
Arga masih mencari sosok bulan itu, yang akan mengisi kekosongan dihati dan hidupnya. Yang akan memberi warna dalam setiap perjalanannya.
Namun pikirannya tiba-tiba tertuju pada gadis berhoodie merah malam itu. Senyum tipis itu masih terpampang jelas di benaknya, terasa familiar tapi tak tahu dia siapa.
"Sampe sekarang gak ada yang tau soal kasus pembunuhan itu, berarti tu cewek gak ngelaporin gue," ucap Arga kembali mengingat kejadian itu.
"Tapi kenapa dia tutup mulut?" tanya Arga pada diri sendiri.
Kemudian dirinya menggeleng. Untuk apa memikirkan hal itu, yang terpenting ia aman, pikirnya.
Sebuah lagu dari Justin Bieber berjudul Intentions mengalun dari ponsel Arga, menandakan jika sebuah panggilan masuk disana.
Arga mengambil ponsel yang berada disebelahnya, kemudian menekan tombol hijau ketika tahu siapa yang menelponnya.
"Hallo," ucap Arga dengan ponsel yang menempel ke daun telinga.
"...."
"Hm."
"...."
"Oke."
Hanya seperti itu, lalu panggilan diputus sepihak oleh Arga. Ia kemudian bangkit mengambil jaket hitamnya. Berjalan keluar lalu mengendarai motor merahnya dengan kecepatan diatas rata-rata.
BROKEN
HAI... WELCOME BACK
HM... GIMANA NIH?
MEMBOSANKAN GAK? MAAF YAH KALO BOSAN HEHE
TAPI KEDEPANNYA AUTHOR BAKAL BERUSAHA BIKIN YANG LEBIH MENARIK KOK
TUNGGUIN AJA, SABAR YA
OKE, SEE YOU NEXT PART
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken (END)
Teen FictionBELUM DIREVISI Judul awal : Topeng ________-----_______ Sejak kepergian kedua orang tuanya, dan hilangnya sang kakak, CLARRISA harus tinggal bersama bibi tirinya beserta keluarga wanita itu. Awalnya ia pikir semua akan berjalan lancar dan baik-baik...