۝Chapter #1۝

2.2K 171 28
                                    

۝BROKEN۝

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

۝BROKEN۝

Gadis itu meringis dalam tidurnya, ia kemudian terbangun karena rasa perih yang semakin menjalar di lengan dan perutnya.

Matanya terbuka sepenuhnya, melihat senyum menyeramkan seorang pemuda yang tengah asik membuat lukisan indah diperut dan lengan gadis itu menggunakan pisau lipat.
Goresan demi goresan terpatri, tetes demi tetes darah mengalir.
Tapi gadis itu hanya diam dengan wajah datar, seperti patung tak bernyawa yang bisa seenaknya dihancurkan oleh siapa saja.

Clarissa Putri Andini namanya, atau yang orang-orang panggil gadis ansos.
Gadis yang saat ini terdiam saat kakaknya menggoreskan setiap luka ditubuhnya, dan juga menghancurkan jiwanya.
Sudah sejak ia menginjak usia 9 tahun Clarissa mengalami hal seperti ini.
Bukan suara lembut dan hangat yang membangunkannya setiap hari, tapi goresan luka dan darah mengalir yang diciptakan keluarganya sendiri yang membangunkannya.

Sebentar, apa tadi? Keluarga? Apa mereka masih bisa Clarissa anggap keluarga?

Setiap hari yang Clarissa dapatkan hanyalah makian, bentakan, tamparan, pukulan dan goresan-goresan.

Ia tersiksa, fisik dan psikisnya sudah hancur sehancur hancurnya.
Ia selalu berpikir, ia akan mati segera.
Namun sepertinya luka yang ia dapatkan belum seberapa, hingga dirinya masih bertahan sekarang.
Bertahan dengan kepura-puraan, menjadi gadis datar dan anti sosial.

Tapi ketahuilah, hatinya sudah mati sejak lama.

"Oke, selesai," ucap pemuda itu tersenyum senang melihat karyanya di tubuh sang adik.

Bramansya Adiandra namanya, atau yang sering dipanggil Bram. Tampan, tapi tak punya rasa kasihan. Seorang pemuda yang punya hasrat besar untuk menyiksa dan membunuh. Ya, dia seorang psychopath. Begitu juga dengan keluarganya yang lain, kecuali Clarissa. Karna disini, objek yang dijadikan bahan penyiksaan adalah dia.

"Gimana bagus kan?" ucap Bram sambil tersenyum devil melihat goresan-goresan yang ia buat ditubuh Clarissa.

Clarissa hanya diam tak menanggapi, dan hal itu membuat Bram naik darah.

"HEH... GUE NANYA TUH DIJAWAB! BAGUS KAN KARYA GUE?" bentak Bram sambil mencengkram pipi Clarissa kasar dengan satu tangannya.

Clarissa mengangguk, air matanya perlahan mulai turun. Kenapa semenyakitkan ini, padahal ia sudah sering mendapatkan perlakuan seperti ini, pikir Clarissa.

"Gitu kek, jawab gitu aja susah" Ucap Bram kemudian melepas tangannya dari wajah Clarissa.

"Duduk!" Perintah Bram.

Clarissa kemudian bangkit dengan susah payah karena rasa perih yang menjalar di perutnya.

"Hm... Gue udah berapa hari ya gak nampar lo? tiga? empat? atau lima?" ucap Bram sambil mengusap dagunya seolah-olah tengah berpikir keras.

"Kak, Kakak gak sayang Sasa? Kenapa Sasa selalu disiksa? Sasa kan juga adik kakak?" ucap Clarissa dengan air mata yang berjatuhan.

"Apa? Adik? Hahaha... Sejak kapan lo jadi adik gue? Dan apa tadi? Sayang? Gak pernah ada rasa sayang buat lo. Dan menyiksa lo itu adalah sebuah kebahagiaan bagi gue dan keluarga gue," balas Bram sambil tertawa remeh.

"Kenapa kalian semua jahat sama Sasa? Kenapa Kak? Sasa juga pengen di sayang, di manja, dipeluk, Sasa pengen ngerasain itu semua. Apa gak boleh? Apa Sasa gak berhak bahagia?" ucap Clarissa menangis tersedu-sedu.

"Gak, lo gak bakal bisa dapetin itu semua haha." Bram tertawa jahat.

"TAPI KENAPA KAK? KENAPA?" Teriak Clarissa, ia sungguh lelah dengan semua ini.

Plak...

"BERANI BERANINYA LO TERIAK DI DEPAN GUE HAH?" bentak Bram.

"Sasa capek, kenapa kalian gak bunuh Sasa aja? Kenapa kalian menyiksa Sasa?" Isak tangis Clarissa begitu memilukan, namun tak membuat Bram merasa kasihan.

"Lo bakal kita bunuh kok, tenang aja. Tapi gak sekarang, karna kita masih butuh lo disini."

"Setelah ini lo bersihin kamar gue!" ucap Bram kemudian pergi dari sana tanpa rasa bersalah sedikitpun.

☯☯☯☯☯☯
☯☯☯☯☯☯

Clarissa terduduk di dalam bathup yang berisi air hangat.

Perih, itulah yang ia rasakan sekarang.

Bukan hanya karna luka di tubuhnya tapi karna hati yang sudah hancur seperti kepingan gelas kaca yang jatuh berserakan di aspal.

Kapan penyiksaan ini berakhir? Kapan ia bisa merasakan kebahagiaan? Kapan ia bisa berhenti berpura-pura tegar? Kapan ia bisa melepas topeng yang ia gunakan?

"Bunda, Ayah... Kenapa Sasa gak ikut mati aja waktu itu sama kalian kalo pada akhirnya Sasa bakal dibunuh secara perlahan oleh kesakitan? Kenapa Sasa harus selamat?" ucap Clarissa mulai menangis kembali.

"Dulu Paman sama Bibi selalu yakinin Sasa kalo mereka bakal memperlakukan Sasa seperti anak mereka sendiri. Tapi nyatanya mereka selalu menyiksa Sasa. Hanya 3 bulan mereka bersikap manis, setelah itu hanya penyiksaan yang Sasa dapat. Sasa capek, Sasa pengen nyusul Ayah sama Bunda aja. Jemput Sasa, Yah, Bun."

"Apa Sasa salah kalo pengen dimanja, dipeluk, disayang? Mereka juga keluarga Sasa kan? Tapi kenapa mereka jahat?" Clarissa semakin menangis tersedu-sedu.

"Dulu mereka yang maksa Sasa buat tinggal sama mereka, jadiin Sasa anaknya, ngeyakinin Sasa buat percaya sama mereka. Tapi nyatanya Sasa tidak di anggap, Sasa hanya dijadikan kelinci percobaan mereka. Sasa tidak bisa hidup dengan keluarga yang seperti ini, mereka semua jahat, mereka juga psycho. Tapi Sasa harus bagaimana? Sasa mau pergi tapi kemana? Keluarga Sasa tinggal mereka."

۝BROKEN۝

HAI... AKU KAMBEK...

PART INI SEMPAT AKU PUBLISH SELAMA 3/4 HARIAN

GIMANA, FEEL-NYA DAPET GAK?

ADA YANG UDAH NYESEK?

ATAU ADA YANG KURANG? KOMEN AJA KOMEN

KRITIK DAN SARAN DITERIMA DENGAN LAPANG DADA KOK

TAPI JANGAN MENGHUJAT YA
HARGAI USAHA SESEORANG DALAM BERKARYA

OKE, SEE YOU NEXT PART GUYS

Publish awal : 15 Sep 2020
Republish : 4 Okt 2020

Broken (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang