۝Chapter #49۝

551 51 8
                                    

۝BROKEN۝

Rigo dan Caramel berjalan memasuki sebuah ruangan bernuansa putih, kemudian menghampiri seorang pemuda yang berbaring terlentang diatas brankar.

Pletak...

Belum apa-apa, Arga sudah mendapat jitakan menawan di kepalanya. Siapa lagi pelakunya jika bukan Rigo.

"Bego, lo kenapa bisa bersikap bodoh kayak gini? Ada masalah apa? Kalo ada masalah cerita sama gue, jangan nyakitin diri sendiri. Lo mau bunuh diri? Gue bantu, kita naik ke puncak Monas terus lo loncat dari sana," cerocos Rigo tanpa rem.

"Kak, yang bener ngasih nasihatnya," tegur Caramel. Rigo nyengir sambil mengangkat dua jarinya meminta maaf.

"Tau darimana gue disini?" tanya Arga.

"Pembantu lo ngasih tau Clarissa, dan Clarissa minta gue buat kesini cek keadaan lo. Lo ada masalah apa sama dia? Gue tau dia khawatir banget sama lo, tapi dia bilang dia gak bisa nemuin lo untuk sekarang," jawab Rigo.

Arga menghela nafas mendengar jawaban Rigo, kemudian ia menggeleng pelan.

"Pasti masalahnya berat ya kak? Sampe kak Arga ngelukain diri sendiri." Perkataan Caramel tepat sasaran, membuat Arga kembali meratapi nasibnya dan Clarissa.

"Gue terlalu dalam mencintai dia," ucap Arga mengusap wajahnya frustasi.

"Makanya kalo cinta sama orang itu jangan berlebihan, Kan gak ada kembaliannya," celetuk Rigo bercanda.

"Kak, jangan bercanda. Waktunya gak pas," tegur Caramel, sedangkan Arga menatap Rigo tajam.

"Iya, iya. Maaf," sesal Rigo, kemudian ekspresi wajahnya berubah serius.

"Jadi, kalian ada masalah apa?" tanya Rigo serius.

"Foto gue yang dulu sama persis dengan foto Ciko, kakak kandung Clarissa," ucap Arga sambil menatap kosong ke depan.

"Jadi?" Rigo tampaknya belum paham.

"Kak Arga dan Ciko itu orang yang sama?" tanya Caramel setelah berpikir beberapa saat.

"Awalnya gue gak percaya, tapi semua fakta bilang kayak gitu."

"What? Jadi lo sama Clarissa bersaudara?" Rigo terkejut bukan main, begitu juga dengan Caramel.

"Gak tau, gue masih gak bisa terima."

"Berarti kalian gak bisa pacaran dong," kata Caramel.

"Tapi gue cinta dia."

"Tapi kalian bersaudara, ga. Lo harus bisa terima itu, kalian gak bisa pacaran. Ubah rasa cinta lo jadi rasa sayang untuk seorang adik," nasihat Rigo.

"Pasti sakit banget ya? Aku gak bisa bayangin betapa hancurnya kalian."

"Gue terlalu mencintai dia, gue gak yakin bisa anggap dia adik," ucap Arga menghela nafas. "Hati gue sudah selayaknya serpihan kaca sekarang," lanjutnya setelah memberi jeda beberapa saat.

"Gue yakin lo berdua bisa. Lo tau kan, dulu gue secinta apa sama Clarissa sampai berambisi buat milikin dia seutuhnya. Asal lo usaha sama ikhlasin semuanya, lo bisa anggap dia adik kok, kayak gue sekarang," ucap Rigo menepuk bahu Arga.

"Gue masih butuh waktu."

"Gue paham, kita bakal support kalian kok."

"Thanks," ucap Arga tulus yang dibalas anggukan Rigo.

Kemudian terjadi keheningan yang cukup panjang, hingga akhirnya suara ringtone ponsel mengalihkan perhatian.

"Halo," sapa Rigo kepada seseorang di seberang sana.

Broken (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang