Hai, Creambers! 🌈
Kalian pasti nggak asing lagi dengan kata prang, tok tok tok, jleb, atau buk. Ternyata kata-kata itu punya nama, loh. Yap, namanya onomatope, guys.
Dalam KBBI, onomatope dapat diterjemahkan sebagai: ono•ma•to•pe/onomatopé/ n kata tiruan bunyi.
Di masa ini, onomatope menjadi salah satu yang paling sering digunakan oleh penulis pemula seperti kita. Tapi ..., tau nggak awal mula bentuk bermacam suara ini dari mana? Bunyi ini semula hanya ada di kepala Yukio Kawasaki sebagai pengubah komik berjudul Kisah-Kisah Kosmik yang Aneh pada tahun 1980. Jadi, awal penggunaan onomatope ini adalah pada komik. Kalau kalian suka baca komik, pasti nggak asing juga, dong, sama berbagai macam onomatope seperti benda jatuh.
Seiring berjalannya waktu, onomatope yang awalnya untuk memperjelas visual efek dari tokoh komik, kian beralih menjadi salah satu ikon di dalam cerita novel atau cerpen. Cara penulisannya yang benar yaitu dengan menaruh onomatope di paragraf sendiri, di-italic, serta diberi tanda seru di akhirnya. Contohnya:
Plak!
Tok tok tok!
Prang!
Dor!
Dan lain sebagainya.
Untuk penggunaan pada derap langkah dan ketukan pintu, biasanya menggunakan elipsis, tetapi tetap di-italic.
Tap ... tap ... tap ....
Tok ... tok ... tok ....Sebenarnya, penggunaan onomatope ini dibolehkan, nggak, sih?
Jawabannya, boleh. Akan tetapi, penggunaannya nggak boleh banyak-banyak. Maksimal penggunaannya di dalam satu bab buku yaitu tiga. Hal ini ditujukan agar karya tulis tak urung menjadi sebuah karya mirip komik. Sebagaimana kita tahu, onomatope ini awalnya dari komik. Jadi kalau di karya tulis digunakan juga, nanti nggak ada perbedaannya, dong. Hihi.
Kelebihan dari penggunaan onomatope itu sendiri yaitu memperjelas efek visual yang hendak diberikan penulis. Namun, kembali lagi ke awal, penggunaan onomatope seperti kurang efektif karena terkesan menyamaratakan dengan karya komik.
Daripada memakai banyak onomatope, lebih baik mendeskripsikan hal apa yang sedang terjadi. Kalian tidak perlu menambahkan onomatope karena sebenarnya akan merusak estetika dari karya tulis itu sendiri.
Contoh:
Deburan ombak lantas menyambutku kala kaki baru saja menginjak pasir putih nan halus. Semilir angin meniup lembut helai rambutku yang bebas. Baru beberapa menit menikmatinya, aku kemudian dikejutkan dengan suara ledakan besar. Di sana, tepat di tengah laut, sesuatu terbakar di atas air. Membentuk gumpalan asap hitam menyeramkan hingga membuatku terpaku saking terkejutnya.
Okay, cukup sekian.
Semoga bermanfaat, ya. ^^Salam kreativitas tanpa batas. 🌈
Materi oleh: Nisrina Aliya Hana (Mba_Han)
Sumber: Google dan berbagai sumber.
Edit oleh: vanilla-shawty
KAMU SEDANG MEMBACA
Recette de CreaWiLi
No FicciónSelamat datang di Perpustakaan CreaWiLi! Sekedar informasi, Perpustakaan CreaWiLi tidak memiliki batasan waktu untuk 'para tamu' berkunjung. Jadi ..., silahkan datang kapan saja ketika kalian sedang butuh asupan. Di sini, kami menyediakan menu beru...