09 | Hujan

40.3K 3.3K 601
                                    

❇❇❇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❇❇❇

Terhitung sudah 2 hari Raya di rawat di rumah sakit. Kondisinya pun kini sudah mulai membaik. Angkasa masih setia menemani Raya di sana, ya walaupun terkadang Venus sering mencoba mencari cara agar Angkasa tidak pergi ke sana.

Sebenarnya sekarang masih waktunya kegiatan belajar mengajar, bahkan bel baru berbunyi beberapa menit yang lalu namun Angkasa malah membolos dan lebih memilih untuk menemani Raya.

Sedangkan ayah Raya sama sekali belum menjenguk putrinya karena masih ada keperluan di luar negeri yang tidak bisa ditinggalkan. Dalam hati, sebenarnya gadis itu merasa sedih di saat dirinya sedang sakit tidak ada satu pun sanak saudara yang menjenguknya. Namun, dia tetap bersyukur karena masih memiliki Angkasa dan sahabat-sahabatnya yang peduli kepadanya.

"Ra, satu suap lagi, ya." Angkasa kini tengah mencoba menyuapi semangkok bubur kepada Raya.

Raya menahan tangan Angkasa yang masih ingin menyuapinya. "Udah ah, Sa. Kenyang," ucap Raya.

"Tapi ini masih banyak, Ra. Makan lagi ya, biar kamu nggak sakit lagi."

Raya menghela napasnya, sedetik kemudian ia mengangguk sambil membuka mulutnya.

"Nah gitu dong, kan cantik."

"Berarti selama ini aku nggak cantik ya, Sa?"

Angkasa mengusap tengkuknya yang tidak gatal. "Eh bukan gitu, kamu cantik kok. Tapi kalau nurut gini kamu tambah cantik," ucap Angkasa seraya tersenyum.

Raya memutar bola matanya. "Gombal," bisiknya.

Angkasa yang melihat itu langsung mengacak gemas rambut Raya. "Nih makan lagi, aaa." Angkasa menyodorkan satu sendok bubur kepada Raya namun Raya menolak karena sejujurnya ia sudah benar-benar kenyang.

Waktu terus berjalan tidak terasa pagi sudah berganti siang, itu artinya sudah saatnya siswa SMA Buana untuk pulang. Terlihat Senja dan Mentari baru saja tiba di rumah sakit. Dari kemarin mereka berdua belum sempat menjenguk Raya karena ada urusan pribadi, hingga akhirnya hari ini mereka bisa datang ke sini.

"Ruangan Raya yang mana ya, Sen?" tanya Mentari sembari menoleh ke sekelilingnya.

"Kata Angkasa sih di ruang Anggrek nomor 4, Ri," jawab Senja.

Mentari mengangguk. "Oohh... Eh yang itu ya ruangannya?" Gadis itu menunjuk ke salah satu ruangan.

"Iya kayanya, ya udah yuk ke sana."

Senja mulai membuka gagang pintu tersebut secara perlahan dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Namun, seketika senyumnya mulai pudar karena melihat apa yang ada di depannya ini. Di sana terlihat Angkasa tengah bersenda gurau dengan Raya dan terlihat sangat bahagia bersama gadis itu.

Senja menghembuskan napasnya. Tidak. Ia tidak boleh seperti ini, wajar saja Angkasa melakukan seperti itu, karena memang mereka berdua berpacaran. Toh hal itu juga tidak ada hubungannya dengan dia. Senja tidak boleh berharap lebih pada Angkasa, karena mereka berdua hanya sebatas teman biasa. Dari dulu hingga ke depannya nanti.

ANGKASARAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang