52 | Promnight (END)

63.1K 2.5K 521
                                    

▪️▪️▪️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️▪️▪️

Vote dulu yuk sebelum baca

Selamat membaca part terakhir dari cerita ini:)

...

Satu bulan kemudian...

"Auntie, auntie. Jessie ngompol," ucap Raya dengan suara cukup keras supaya Rana yang berada di dapur bisa mendengarnya.

Bukannya Rana yang datang tetapi malah sepupunya, Altair.

"Kenapa kau berteriak, Ra? Hei ingat ini rumah bukan goa."

Raya tidak menghiraukan ucapan Altair, ia bersikap masa bodoh.

Altair yang tadinya di bibir pintu kemudian berangsur mendekat ke ranjang. Di sana ada Raya dan Jessie– adik Altair yang masih bayi.

"Jessie buang air kecil nggak bilang, basah semua deh jadinya," keluh Raya.

Altair terkekeh. "Lucu sekali, bayi mana bisa berbicara. Aneh-aneh saja kau ini."

Raya mendelik menatap Altair dengan sebal. "Suka-suka diriku lah."

"Ya ya ya, terserah kau saja. Sekarang ganti celana adikku dengan celana yang masih kering, cepat," titah Altair.

"Kenapa harus aku yang mengganti? Kau kan kakaknya, ya sudah kau saja yang mengganti."

"Hei, aku lelaki dan kau wanita, jadi kau lah yang harus mengganti." Altair tidak terima.

"Tapi Jessie kan adikmu bukan adikku."

"Tapi dia kan sepupumu, bukan sepupuku."

Dan mulailah perdebatan tidak berguna itu. Memang selama satu bulan hidup bersama Altair, membuat Raya harus ekstra sabar menghadapi tingkah menyebalkan sepupunya itu.

"Sudah jangan bertengkar lagi, biar aku saja yang mengganti celana Jessie," ujar Rana yang baru saja datang, ia berkacak pinggang menyaksikan tingkah mereka yang mirip seperti kucing dan tikus.

Altair nyengir. "Sorry mom, ini semua Raya dulu yang mulai."

"Yak kau! Bu-bukan aku auntie tapi Altair."

Rana memijit pelipisnya. "Lebih baik kalian keluar, biar Jessie auntie yang urus."

"Baik auntie," balas Raya.

Mereka berdua akhirnya keluar dari ruangan itu. Kemudian Raya berjalan ke ruang keluarga dan menyalakan televisi disusul Altair di belakangnya.

Selama menonton televisi, Raya hanya bungkam.

"Hei kau, mengapa diam saja dari tadi?"

Raya menoleh, memasang muka datarnya. "Karena kau."

Dahi Altair berkerut, tangan kanannya menunjuk dirinya sendiri. "Karena aku? Memangnya aku kenapa?"

ANGKASARAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang