41 | Saudara Tiri

22.5K 1.8K 461
                                    

❇❇❇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❇❇❇

Seorang laki-laki dengan motor yang dikendarainya berhenti di depan gerbang di sebuah rumah bercat biru. Angkasa melepas helmnya, dan melihat ke arah pintu yang dibuka oleh seorang gadis dengan seragam putih abu-abu yang melekat di tubuhnya itu.

"Angkasa, kok tumben masih jam segini udah jemput aku?" tanya Raya. Pasalnya sekarang memang masih pukul 6 pagi.

Angkasa menyengir. "Sengaja, Ra, biar bisa lama-lama sama pacar aku yang cantik ini." Cowok itu menyubit pipi Raya.

"Dih gombal kamu." Raya memukul pelan bahu Angkasa yang terbungkus jaket hitam itu.

"Bukan gombal. Itu emang fakta kalau kamu itu cantik. Bukan cuma luarnya aja, tapi dalamnya juga. Dan aku sekarang merasa beruntung banget bisa milikin kamu." Angkasa menjeda ucapannya, kini ia membelai pipi Raya dengan ibu jarinya. "Tetap di samping aku terus ya, Ra, apapun yang bakal terjadi ke depannya nanti, kamu harus tetap percaya sama aku ya?" pinta Angkasa.

Raya memegang tangan Angkasa yang berada di pipinya. "Iya, Sa, aku bakalan percaya sama kamu. Tapi aku boleh gak minta satu permintaan sama kamu?"

"Boleh dong, apa itu?"

Raya menunduk. "Kamu ... bisa gak jangan terlalu prioritasin Venus terus kalau lagi sama aku? Iya aku tau, Venus itu sahabat kamu dari kecil. Tapi bisa gak sih kamu itu lebih ngehargain aku yang jadi pacar kamu? Aku gak ngelarang kamu buat temenan sama Venus kok, tenang aja aku gak minta itu. Maksud aku kalian kan cuman sahabat, dan sahabat itu pasti ada batasannya kan, Sa. Wajar kan kalau aku jadi iri sama dia yang cuman sebatas sahabat tapi dapet perhatian lebih dari pacar aku sendiri. Maaf kalau ini keliatan egois, Sa. Tapi itu yang aku rasain selama ini." Raya sama sekali tak berani menatap Angkasa saat mengutarakan isi hatinya, ia justru menatap pada kedua sepatunya.

Ucapan itu membuat Angkasa terpaku, timbul rasa bersalah yang amat besar dalam dirinya. Apa selama ini dia memang sudah keterlaluan memperlakukan Raya hingga seperti ini?

"Ra," ucap Angkasa. Namun, Raya sama sekali tak menatapnya.

Angkasa turun dari motornya, dan bersejajar di depan Raya. "Raya ... hei liat aku sekarang." Ucapan lembut dari Angkasa berhasil membuat Raya kembali menatap cowok itu. Angkasa mengambil tangan Raya dan menggenggamnya erat.

"Maafin aku, Ra, maaf, kalau selama kamu pacaran sama aku kamu nggak merasa nyaman karena sikap aku ke Venus. Aku minta maaf kalau aku juga gak bisa ngendaliin emosi aku ke kamu, Ra. Pasti itu sakit ya?" Angkasa menghela napasnya saat Raya tak menjawabnya.

"Mungkin selama ini caraku emang salah. Tapi yang perlu kamu tahu, aku cinta banget sama kamu, Ra. Sekali lagi aku minta maaf ya. Aku janji mulai hari ini aku akan usahain supaya nggak ngulangi perlakuan aku sebelumnya ke kamu, Ra. Kamu mau kan maafin kesalahan aku sebelumnya?"

Raya mendongak, menatap Angkasa lekat. Mata itu, menatapnya dengan sorot bersalah, tidak ada kebohongan di sana.

"Kamu beneran janji? Aku gak mau kalau nanti ujung-ujungnya bakalan gak kamu tepati, Sa, percuma." Raya memalingkan wajahnya.

ANGKASARAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang