37 | Meredam Ego

19.3K 1.6K 204
                                    

❇❇❇

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

❇❇❇

Di malam yang tenang Raya tengah bersantai membaca salah satu novel karya penulis favoritnya sembari bersandar di tempat tidurnya.

Sesekali ia tersenyum saat membaca adegan romantis pasangan yang ada di novel itu. Ingin sekali rasanya Raya menjadi pemeran wanita di dalam karya fiksi itu, di mana dia selalu diperlakukan istimewa oleh lelakinya dan tidak pernah disakiti oleh kekasihnya.

Tidak seperti pasangannya sekarang, sudah tahu memiliki kekasih tapi masih saja memprioritaskan sahabat perempuannya. Raya sungguh heran dengan pemikiran Angkasa itu. Dia jadi teringat bagaimana perlakuan cowok itu kepadanya terakhir kali saat bersama Venus tadi siang.

Raya mendesah kesal, tiba-tiba ia mendengar suara ketukan dari luar balkon kamarnya. Ia mengernyitkan dahinya, ada apa di sana?

Dengan penasaran, Raya meletakkan novelnya di atas nakas lalu berjalan menuju balkon. Secara perlahan, ia membuka pintu yang terbuat dari kaca itu hati-hati, takut jika ada orang asing atau bahkan hantu yang sedang mengganggunya. Membayangkannya saja ia jadi bergidik ngeri.

Saat sudah terbuka, Raya membelalakkan matanya saat melihat orang yang mendatanginya ini.

"Kamu ngapain malem-malem ke sini?!" tanya Raya kesal.

Yang ditanya justru meringis sembari mengelus tengkuknya. "Dateng ke rumah pacar sendiri gak papa kan, Ra?"

Raya memberenggut. "Ya gak papa, tapi ngapain malem-malem, Sa? Kamar aku lantai dua loh, trus kamu ke sininya gimana?"

Angkasa menaikkan dagunya sambil melirik ke arah tangga yang ia sandarkan pada tembok. "Tuh pake tangga, tadi nemu di samping rumah kamu," tutur Angkasa cengengesan membuat Raya memutar bola matanya.

Raya ingin menutup kembali pintunya, akan tetapi dengan cepat Angkasa menahannya.

"Kok malah ditutup, Ra?"

"Bodo! Udah sana pulang aja! Mending ke rumah Venus!" usir Raya pada Angkasa.

Angkasa menghela napasnya. "Kamu masih marah ya, gara-gara kejadian tadi siang?" tanyanya menatap manik Raya yang justru memalingkan wajahnya.

Angkasa menarik tangan Raya lalu menggenggamnya. "Maafin aku, ya? Aku janji kejadian kaya tadi gak berulang lagi, Ra. Please, ya maafin aku," ucap Angkasa memohon.

Raya masih tak bergeming.

"Raya maafin aku ya. Kamu boleh lakuin apa aja sesuka kamu ke aku deh, kalau mau pukul juga gak papa. Asalkan kamu bisa maafin aku, Ra. Maafin ya?" Angkasa menatap Raya dengan perasaan bersalahnya.

Raya membalas tatapan Angkasa. Dengan gerakan spontan ia memukul-mukul dada Angkasa keras. Namun, sang empunya justru diam tak bergerak sekalipun. Seakan dia membiarkan gadisnya ini meluapkan amarahnya kepadanya.

ANGKASARAYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang